Atasi Banjir, Laut Jakarta Dibendung

Gelombang besar di Teluk Jakarta
Sumber :
  • ANTARA/Fanny Octavianus

VIVAnews - Jakarta punya proyek baru untuk mengatasi banjir. Setelah selesai membangun Kanal Banjir Timur (KBT) pada 6 Januari 2010 Desember, kini sebuah tanggul atau dam raksasa bakal dibangun di teluk Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyebutnya sebagai Giant Sea Wall.

Pembangunan dam raksasa ini ditujukan untuk mengantisipasi ancaman Jakarta tenggelam. Sebab, penurunan muka tanah (land subsidence) telah terjadi di sebagian wilayah Jakarta.
 
Persoalannya, penurunan muka tanah Jakarta sudah terjadi sejak 1974 dan akan terus terjadi. Data terbaru 2010 menyebutkan sebanyak 40 persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut. Data ini keluar berdasarkan hasil penelitian konsorsium Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS), sebuah studi persiapan untuk membuat tanggul raksasa di pantai utara Jakarta.

Yang lebih mengkhawatirkan, hasil penelitian itu menyebutkan dalam tempo 10-20 tahun ke depan, sekitar 50 persen wilayah Jakarta juga berada di bawah permukaan air laut.

Data kuantitatif memaparkan sejak 1974-2010 ditemukan fakta telah terjadi penurunan permukaan tanah hingga 4,1 meter.  Itu terjadi di wilayah Muara Baru, Cilincing, Jakarta Utara.

Sejumlah wilayah lainnya seperti di Cengkareng Barat mengalami penurunan 2,5 meter, Daan Mogot 1,97 meter, Ancol 1,88 meter (titik pantau di area wisata Ancol), Cempaka Mas 1,5 meter, Cikini 0,80 meter dan Cibubur 0,25 meter.

Sejatinya, sepanjang 1974-1982, penurunan permukaan tanah belum terjadi secara signifikan seperti sekarang karena penggunaan air tanah belum berlebihan dan bangunan juga masih sedikit. Namun, mulai 1982-1991, tanah Jakarta mulai menurun, bahkan penurunan semakin meluas pada dua dekade berikutnya (1991-2010).

Tak pelak, kondisi tersebut mendorong pemerintah DKI Jakarta berencana membangun dam raksasa.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Deputy Representative Bos Witteveen, perusahaan Belanda yang menjadi anggota Konsorsium JCDS, Sawarendro mengatakan dam raksasa ini akan dibangun  di tiga lokasi alternatif. 

Pertama, tanggul laut diintegrasikan dengan reklamasi pantai utara Jakarta. Kedua, tanggul laut berada di luar wilayah reklamasi, yakni di laut lebih dalam misalnya 16 meter. Ketiga, tanggul laut menghubungkan antar pulau di Kepulauan Seribu.

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024

"Pilihan yang paling logis sebenarnya yang pertama. Tapi masih akan kami bahas lagi beberapa kemungkinannya," kata Sawarendro kepada VIVAnews.com, Jumat, 4 Februari 2011.

Kata Sawarendro, sejatinya Jakarta telah memiliki tanggul mengatasi ancaman banjir dari laut. Tanggul itu telah dibangun antara lain di Muara Angke, Muara Karang, Pluit, Luar Batang, Cilincing, Marunda dan Martadinata di bagian Pantai Utara Jakarta pada 2008 dan 2009.

Tanggul beton maupun tanggul batu kali yang dibangun panjangnya kurang lebih 3.000 meter dengan ketinggian bervariasi antara 1-3 meter di atas permukaan tanah.

Namun, menurut Fauzi Bowo, tanggul yang ada belum memadai. Diprediksi, dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, DKI harus memiliki sistem penanggulangan terbaru. Apalagi sistem yang ada, sudah tidak bisa diterapkan.

Jika ingin membangun dam raksasa, kata Foke, dari beberapa pilihan lokasi itu dia akan memilih pilihan ketiga. Tanggul dibangun dengan menghubungkan pulau terdekat dengan daratan Jakarta. Nantinya kawasan laut yang berada di dekat daratan sebelum pulau-pulau itu akan dijadikan sebagai penampungan air atau polder.

"Sistem ini telah diterapkan di Belanda dan New Orleans, Amerika Serikat. Meski air laut tinggi, tetapi kawasan di bawah permukaan air laut tetap kering karena ada tanggul raksasa yang akan memompa air ke laut," jelasnya.

Sedangkan, menurut Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Pitoyo Subandrio, pembuatan tanggul raksasa akan dibuat untuk membendung laut di Pantai Utara. Panjangnya diperkirakan akan mencapai 35 kilometer.

Pembendungan akan dilakukan mulai dari kawasan Tanjung Burung, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang, hingga ke Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Dari Tanjung Priok sampai di Muara Gembong Bekasi. Namun untuk Pelabuhan Tanjung Priok tetap dibuka," ujarnya lagi.

Menurut Peneliti Geodesi Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas, giant sea wall memang merupakan solusi yang paling realistis diterapkan di Jakarta untuk menghindari bencana banjir yang makin parah tiap tahunnya.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Namun, yang paling mengkhawatirkan jika terjadi dekat pantai. Air laut bisa tumpah menggenangi daratan, seperti rob. Kejadian ini diprediksi bisa membuat tanah menurun hingga 6 meter. "Terbayang nanti bukan rob lagi, tapi bisa jadi tsunami kecil," ungkap Heri kepada VIVAnews.com.

Heri mencontohkan, salah satu lokasi yang telah diteliti timnya adalah Pintu Air Pasar Ikan, Jakarta Utara. Kini air laut di kawasan itu telah mencapai dua meter. Bila pintu air dibuka, bencana Situ Gintung bisa terulang.

Tapi, pengamat tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menilai konsep tanggul raksasa hanya mimpi atau wacana untuk menyelesaikan persoalan yang sebenarnya tak masuk tata ruang yang ada sekarang ini. "Konsep ini malah keluar dari permasalahan."

Menurut Yayat, sebenarnya sudah banyak rencana untuk Jakarta. "Yang ini (tanggul raksasa) kajiannya belum. Kalaupun ada, baru diwacanakan. Jadi jangan sampai tidak ada basis yang kuat," ujar Yayat saat berbincang dengan VIVAnews.com.

Bila Jakarta konsisten mengawasi kegiatan penanaman pohon di sepanjang pantai utara, semestinya tidak akan muncul kegelisahan oleh ancaman banjir rob. "Persoalannya menanam pohon hanya sekedar simbolis."(hs)

Jemaah haji Indonesia mendengarkan khutbah Subuh jelang wukuf.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Menurut Direktur Bina Haji PHU Arsad Hidayat, jemaah haji diminta tidak asal membagikan informasi yang beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024