Ingin Ganti Rezim, Yaman Simak Mesir

Demonstrasi di ibukota Yaman, Sanaa
Sumber :
  • AP Photo/Hani Mohammed

VIVAnews - Saat Tunisia berjuang pulih dari revolusi, dan Mesir masih bergolak, huru-hara melanda negara Arab lainnya, Yaman. Seperti Ben Ali dari Tunisia dan Mubarak di Mesir, presiden Yaman saat ini dianggap terlalu lama memerintah. Gelombang demonstrasi pun meletup menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh mundur setelah hampir 32 tahun berkuasa.

Rakyat Yaman, begitu pula dengan presiden mereka, berupaya tidak mengulang bentrokan berdarah di Mesir. Maka pada Kamis pagi, 3 Februari 2011, di ibukota Yaman, Sana’a, puluhan ribu massa terbagi dalam dua kubu beradu argumen di tempat yang diatur agar berjauhan.

6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions

Satu kubu massa anti pemerintah berdemo di dekat Univesitas Sana’a, dan kubu pendukung pemerintah berdemo di Lapangan Tahrir. Keduanya berdemo dengan damai tanpa bentrokan.

Seperti dilansir dari laman Los Angeles Times, Jumat, 4 Februari 2011, ribuan massa demonstran anti pemerintah menuntut dilakukannya reformasi politik dengan langkah pertama yaitu mundurnya Saleh sebagai Presiden. Saleh yang menjabat presiden sejak 1978, dinilai korup dan tak becus mengatur pemerintahan.

Saleh telah menjawab tuntutan rakyat Rabu kemarin. Dia mengatakan tidak akan mundur. Namun, dia berjanji tak akan kembali mencalonkan diri lagi pada pemilu presiden 2013 nanti. Dia juga tak akan memasukkan anaknya dalam bursa calon presiden di Yaman. Selain itu, Saleh mengatakan akan membicarakan masalah reformasi dengan para tokoh oposisi.

“Kami melihat pidato presiden kemarin sebagai sesuatu yang positif, namun demonstrasi kami ini menuntut adanya pemerintahan jujur, bukan hanya konsesi,” ujar pemimpin partai Islah, Muhammad Abdul Malik Mutawakkil.

Massa demonstran juga mengatakan demonstrasi mereka kali ini akan berlangsung damai. “Kami berdemo dengan damai, dan tak akan membiarkan adanya provokator merusak aksi kami", ujar salah satu demonstran, Ibrahim Mohammed Ali Azan.

Di lapangan Tahrir, nama yang sama seperti alun-alun di Kairo, Mesir, massa pendukung pemerintah tak kalah banyaknya. Mereka membawa poster Saleh dan mengelu-elukan namanya. Beberapa dari mereka datang dari luar kota, demi untuk membela junjungan mereka itu.

“Saya disini untuk mendukung Presiden Ali Abdullah Saleh. Kami ingin menyatukan kekuatan. Oposisi ingin merusak persatuan negara ini,” ujar salah satu demonstran dari wilayah Khowlan, Saleh Mutayer.

Melansir dari laman Christian Science Monitor, para massa demonstran pendukung Saleh diyakini adalah orang-orang suruhan pemerintah itu sendiri. Massa pro-Saleh terdiri dari para pegawai pemerintahan, dan para pengangguran mendapatkan jatah logistik langsung dari pemerintah untuk berdemo. Salah satu demonstran, pengangguran Iyad Nasser, mengatakan dia dibayar untuk ikut dalam rombongan.

Langkah ini disebut meniru para pendukung Presiden Hosni Mubarak di Mesir yang terdiri dari para preman, dan polisi bayaran untuk menandingi massa anti pemerintah. Namun banyak warga Yaman melihat massa pendukung pemerintah di Sana’a adalah salah satu taktik Saleh menunjukkan pendukung dirinya masih kuat.

“Dengan jiwa dan darah kami akan berkoban untukmu, wahai Ali,” teriak para demonstran pro Saleh.

“Ali Abdullah Saleh adalah singa di semua Arab, bukan pengecut seperti Mubarak atau Ben Ali. Dia adalah pahlawan kami, dan kami akan melakukan apapun untuk melindungi dia,” ujar salah satu demonstran pro Saleh, Abdul Rahman Ghanam.

Kekhawatiran akan adanya bentrokan antara kedua kubu tidak terbukti, Demonstrasi di Sana’a berakhir pada sore hari dengan damai, dan para demonstran pulang ke rumahnya masing-masing. Massa anti pemerintah berjanji akan mengadakan demonstrasi setiap Kamis sampai Saleh turun.

Sementara itu, massa pro pemerintah mengatakan mereka akan berkemah di Lapangan Tahrir hingga Jumat malam.

Tak seperti Mesir

Tuntutan massa anti pemerintah itu menindaklanjuti protes yang mereka lakukan pada Jumat, 28 Januari 2011. Kantor berita Associated Press mengungkapkan, kala itu puluhan ribu warga Yaman beraksi protes di berbagai kota. Mereka menuntut perbaikan kesejahteraan sekaligus mendesak Presiden Ali Abdullah Saleh turun.

Memerintah selama hampir 32 tahun, Saleh dan rezimnya dianggap sudah tercemar korupsi, dan tak mampu menjaga wibawa di daerah. Sumber penghasilan utama Yaman, yaitu minyak mentah, dikhawatirkan bisa habis dalam satu dekade berikut.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Demonstrasi di Yaman berbarengan dengan demonstrasi di Mesir menuntut Presiden Hosni Mubarak turun yang sampai saat ini masih berlanjut. Hosni Mubarak terkenal korup, dia juga bertangan besi, dan tak segan menangkapi atau menahan para penentangnya. Termasuk melarang gerakan Ikhwanul Muslimin untuk ikut dalam perpolitikan Mesir.

Meski sama-sama dituding pemimpin korup, Saleh tak menggunakan kekerasan melanggengkan kekuasaannya. Seperti dilansir dari laman CNN, Saleh sangat cerdik memainkan persaingan antar suku, politik dan agama di negaranya.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Ketika Saleh berkuasa, dia menjalin hubungan dengan Sheikh Abdullah al-Ahmar, kepala aliansi suku terkuat di utara Yaman. Pembagian kekuasaan para suku di Yaman diatur oleh pemerintahan pusat di Sana’a, pimpinan Saleh. Tidak jarang beberapa suku terlibat persaingan memperebutkan wilayah. Hal ini menguntungkan pemerintahan Saleh lemah untuk tetap berkuasa.

Dengan banyaknya persaingan antar suku dan perpecahan diantara mereka, tak adanya persatuan kekuatan besar yang akan menandingi pemerintahan Saleh. Para demonstran menuntut Saleh turun dan melarang anaknya untuk ikut mencalonkan diri menjadi presiden. Mereka tak punya calon yang cukup mumpuni menggantikan Saleh. Tak seperti Mesir, yang punya beberapa tokoh, diantaranya ElBaradei yang siap menggantikan Mubarak.

Hal ini dikarenakan pendidikan di Yaman bisa dibilang tak mencukupi untuk disebut negara berkembang sekalipun. Yaman adalah negara termiskin di Timur Tengah, dan Afrika Utara, dengan GDP per kapitanya hanya US$2.600, terhitung kecil jika dibandingkan Tunisia, US$9.500.

Tingkat buta huruf sangat tinggi, dan standar hidup juga sangat rendah. Hanya sepertiga dari 23,5 juta total penduduk Yaman tinggal di perkotaan. Itu pun kebanyakan para warga pendatang dari desa. Hal ini membuat mereka tidak punya kapasitas untuk bersatu menggulingkan Saleh.

“Situasi di beberapa negara Arab hampir sama, namun terdapat perbedaan besar dalam hal antusiasme masyarakat di jalan, termasuk kemampuan mereka untuk turun ke jalan,” ujar pemimpin partai sosialis Yaman, Aidroos Al Naqeeb, seperti dilansir dari laman Washington Post.

"Di Yaman, kondisi rakyatnya lebih buruk dari Mesir. Pelayanan publik juga jelek. Kemarahan juga lebih besar daripada Mesir, namun warga sipil di Yaman sangat lemah, dan oposisi tidak populer di sini,” kata Al Naqeeb.(np)

Anang Hermansyah dan Ghea Indrawari

Pertanyakan Ghea Indrawari yang Belum Menikah, Anang Hermansyah Dihujat Netizen

Anang Hermansyah mulanya menanyakan berapa usia Ghea Indrawari. Suami Ashanty tersebut nampak keheranan karena sampai kini Ghea Indrawari belum punya pasangan.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024