Soal NII, Menteri Agama dan MUI Beda 'Fatwa'

Menteri Agama Suryadharma Ali dan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang
Sumber :
  • Dedhez Anggara/ANTARA

VIVAnews - Merah putih menyambut kedatangan Menteri Agama Suryadharma Ali di Pondok Pesantren Al Zaytun, Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

Usai Geledah Ruang Kerja, KPK Panggil Lagi Sekjen DPR Indra Iskandar

Saat memasuki pendopo kediaman pimpinan Al Zaytun, Panji Gumilang, Suryadharma disambut lantunan gamelan menyuarakan lagu-lagu perjuangan Indonesia.

Bendera merah putih dan foto-foto Presiden RI dari Soekarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melekat di semua penjuru rumah Masikhoh atau kediaman rumah Panji Gumilang.

Suryadharma tertegun dengan kemegahan pondokan yang 'wah'. Pesantren megah ini berdiri di atas lahan 1.200 hektare. Dari total lahan itu, baru 200 hektar dimanfaatkan sebagai lahan terbangun.

Anak Buah Luhut Sebut Lebih Cocok Mobil Listrik, Hidrogen Buat Bus dan Truk

Sisanya, 500 hektar digunakan sebagai lahan produktif, yakni untuk area persawahan, dan 500 hektar lainnya untuk hutan jati emas.
Meski begitu, pesantren Al Zaytun masih terlihat lapang untuk aktivitas 7.718 santri dari seluruh penjuru tanah air dan mancanegara.

Kekaguman Suryadharma terletak pada sistem pendidikan dan aktivitas santri. Al Zaytun memadukan pendidikan dan kenyataan hidup dengan pemberdayaan ekonomi dari mulai produksi, pengolahan, hingga penjualan.

Ciri Al Zaytun sebagai pesantren modern makin tak terbantahkan dengan bangunan paling monumental yaitu Masjid Rahmatan Lil Alamin. Masjid berlantai 6 itu dibangun di atas tanah kurang lebih 3.000 meter dengan kontruksi megah.

Terungkap, Ini Hasil Tes Kejiwaan Suami Mutilasi Istri di Ciamis

Tampak sebagian dinding dan lantai dibalut batuan granit dan marmer hitam. Ketika ditengok bagian bawah tanah masjid, terdapat ruangan yang berisi puluhan ribu kubik kayu ulin dan jati. Kayu-kayu berharga jual tinggi itu nantinya akan digunakan untuk kusen-kusen masjid yang dibangun sejak akhir 2009 itu.

"Saya tercengang di Al Zaytun yang memadukan pendidikan dan kenyataan hidup. Mereka mengolah, mendistribusi, menjual, hingga dinikmati masyarakat luas dan santri," kata menteri yang juga Ketua Umum PPP ini di Al Zaytun, Rabu lalu 11 Mei 2011.

Ini kali pertama Suryadharma menginjakan kakinya di Al Zaytun. Ia mengaku sulit mengaitkan pondok pesantren itu dengan paham radikal dan keras, termasuk gerakan Negara Islam Indonesia (NII).

Alasannya, pendidikan di Al Zaytun mengaitkan realitas kehidupan. Artinya, ada proses ekonomi yang terjadi. Mulai dari produksi, pengolahan, hingga penjualan.

"Hasil penelitian Kementerian Agama. Tidak ada kaitan Al Zaytun dengan NII. Jadi, ini bukan berarti membantah," kata menteri lulusan Institut Agama Islam Negeri Syarief Hidayatullah tahun 1984 ini.

Dia lantas membandingkan gerakan Islam garis keras. Biasanya, penganut garis keras ditandai dengan sifat sangat tertutup dan tradisional. Berbeda dengan Al Zaytun, yang terbuka, menurut Suryadharma. Alasan lain, gerakan radikal dan garis keras juga tidak toleran pada pandangan lain. "Sementara di sini [Al Zaytun], sangat modern," kata mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini.

Bagaimana dengan isu adanya Presiden dan Menteri di NII. Suryadharma mengaku risau. Karena menurutnya, sebutan itu hanyalah sekadar sebutan, di luar ada atau tidaknya NII. Sebab, hal yang sama pun kerap ditemui dalam kehidupan berpolitik. "Di partai politik pun ada shadow cabinet [kabinet bayangan]," kata dia.

Jika dianalogikan, imbuh Suryadharma, ketua umum partai politik itu sama dengan presiden sementara ketua dewan pimpinan pusat (DPP) itu sebagai menteri.

Suryadharma Dikecam

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menolak keras kesimpulan dan pujian Suryadharma untuk Al Zaytun. MUI sudah melakukan penelitian. Meski tak disebut kapan, hasil penelitian yang dilakukan MUI ada kaitannya antara Al Zaytun dengan NII.

Dari hasil penelitian itu, ada tiga kesimpulan; keterkaitan itu bersifat historis, finansial, dan kepemimpinan. "Hasil penelitian kami, di sana [Al Zaytun] ada lingkaran dalam dan ada lingkaran luar. Kalau hanya kesana bertamu, yang menerima hanya dari lingkaran luar," kata Ketua MUI, Amidhan, Kamis 12 Mei 2011.

Kunjungan formal itu yang disayangkan MUI. Menurut lembaga tersebut, Kementerian Agama tidak bisa membuktikan adanya keterkaitan antara Al Zaytun dengan NII dengan hanya berkunjung secara formal. Harus ada semacam sidak atau inspeksi mendadak. Justru, menurut Amidhan, kunjungan Menteri Agama ke pondok pesantren itu hanya sekadar menjadi ajang promosi Al Zaytun.

"Kalau kunjungan seperti itu sudah pasti tidak ada masalah. Kalau hanya sekedar menyelamatkan Al Zaytun tidak ada masalah. Namun untuk mengatakan tidak ada kaitannya dengan NII, itu kesimpulan sederhana," jelas Amidhan. "Dan hanya sekedar pencitraan saja. Saya sampai sekarang tidak tahu alasannya apa Menteri Agama menyimpulkan seperti itu," sesal Amidhan.

Langkah Menteri Agama juga dikritik pendiri NII Crisis Centre, Sukanto. Menurut dia, jika tujuannya untuk mencari keterkaitan dengan NII, percuma. "Mau dicari ke mana tetap Republik Indonesia, di kolong tempat tidur Panji Gumilang pun tetap merah putih," kata Sukanto.

Dia menegaskan, jika dikunjungi secara terbuka semua akan baik-baik saja. Itu juga yang dialami tim pencari fakta (TPF) yang dibentuk Departemen Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat menyelidiki Al Zaytun. Di permukaan, tak ada masalah yang terlihat.

"Jangankan NII, pasar saja kalau menteri lewat, tiba-tiba jadi bersih."
Artinya, Sukanto melanjutkan, jika akan mengungkap soal tersebut, perlu penyelidikan secara diam-diam, meniru aksi intelijen.

Penyelidikan tersebut, paling tidak bisa dimulai dari Mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia (NII), Imam Supriyanto, yang telah memberikan keterangan kepada penyidik Polri terkait laporan dugaan pemalsuan dokumen yang dilakukan pimpinan Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang.

Ia merasa diberhentikan secara sepihak dari kepengurusan Al-Zaytun oleh Panji Gumilang dengan cara memalsukan tanda tangan dan akta yayasan.

Tak hanya itu, keterkaitan Panji Gumilang dengan gerakan NII juga dia beberkan ke polisi. "Dalam keterangan saya itu, juga ada masalah makar," kata Imam, Rabu 11 Mei 2011.

Imam mengaku telah mengenal Panji Gumilang sejak 1988. Saat itu, Panji Gumilang menjabat sebagai Kepala Staf Komandemen Wilayah 9 NII.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya