Kasus Palu

Gerombolan Penembak Brutal Jaringan Teroris

Tersangka Penembakan Polisi di Palu
Sumber :

VIVAnews -Rabu 25 Mei 2011. Gerombolan itu secara brutal membombardir pos polisi di Palu. Dua polisi tewas. Tim pemburu polisi kemudian membekuk pelaku. Dari interogasi para pelaku, polisi memastikan bahwa gerombolan ini adalah anggota kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang dibentuk Abu Tholut.

Jasad Ibu dan Dua Anak Korban Longsor di Garut Ditemukan

Meski memastikan para pelaku adalah bagian dari jaringan teroris, polisi masih mendalami motif penembakan ini. Balas dendam atas penumpasan teroris atau sekedar merampok senjata.

Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Boy Rafli Amar, menegaskan bahwa para tersangka adalah bagian dari kelompok jaringan teroris yang pernah mendirikan kamp pelatihan di Hutan Janto, Nanggroe Aceh Darussalam, beberapa waktu lalu. "Sudah setahun mereka merencanakan tindakan teror di Poso," ujar Boy dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Minggu, 5 Juni 2011.

Kelompok ini diduga menjadi dalang aksi kekerasan dan pencurian senjata di sejumlah tempat di Sulawesi. "Mencuri senjata di Markas Brimob di Sulawesi Tengah, dan merampok Bank Rakyat Indonesia Unit Tayawa, Kabupaten Tojo Sulawesi Tengah," kata Boy. Dari penyelidikan dan interogasi seluruh pelaku, mereka diketahui sebagai anggota JAT.

Dalam aksi brutal di pos Direktorat Pengamanan Obyek Vital Polda Sulawesi Tengah, dua pekan lalu itu, empat pelaku datang dengan menumpang dua sepeda motor sekitar pukul 11.00 Wita. Dua orang di antaranya turun dari sepeda motor, lalu menyerang tiga anggota polisi yang berjaga di pos itu dengan senjata api laras panjang.

Bripda Gustiar Yudistira dan Bripda Prawira, tewas dengan tiga dan lima luka tembak. Satu polisi lagi, Bripda Dedi Edwar, terluka di bagian lengan. Setelah melakukan penembakan, pelaku mengambil senjata api milik anggota polisi itu, lalu melarikan diri. "Kuat dugaan mereka hanya merampok senjata," katanya.

Tangkap Pelaku
Kepolisian lalu bergerak. Memburu mereka hingga menyisir kawasan pegunungan. Empat pelaku dibekuk. Kepolisian masih mengejar tiga tersangka lain. Salah satunya aktor intelektual penyerangan.

Boy menjelaskan, ketiga orang itu S alias AW, B alias O, dan M alias DE. Demi kepentingan penyelidikan, kepolisian merahasiakan siapa dari ketiganya  yang menjadi aktor intelektual penyerangan yang brutal itu.

Empat pelaku penembakan yang berhasil dibekuk adalah Aryanto Haluta alias Abu Jafar alias Anto alias Fajar, Rafli alias Furqon, Dayat, dan Fauzan alias Charles. Usai melakukan aksinya, keempat pelaku berpencar dan kabur ke dua tempat. "Dua lari ke Donggala dan dua lainnya lari ke Pesisir Selatan arah Poso," kata Boy.

Aryanto Haluta berperan sebagai eksekutor dengan memegang senjata F16. Sebelum hari penembakan brutal itu, Aryanto sempat melakukan survei lokasi pos dan tempat di sekitarnya. Sedangkan Rafli berperan sebagai pengendara motor Aryanto.

Dayat juga berperan sebagai eksekutor. Memberondong pos polisi dengan senjata api laras panjang. Dia kemudian tertembak dalam bentrok dengan petugas di Nyage, Poso, Sabtu, 4 Juni 2011.

Pelaku keempat, adalah Fauzan yang berperan jadi pengendara motor untuk Dayat. "Dia juga menyediakan tempat tinggal dan akomodasi penyerangan itu," ujar Boy.

Dalam perburuan terhadap gerombolan ini, polisi menemukan gudang bahan peledak di rumah Ahmad Ridwan, tersangka yang lain, di Poso. Polisi juga menemukan beberapa bom yang siap ledak. Semua bahan laknat itu sudah diamankan oleh polisi.

Benda-benda yang diamankan itu antara lain, empat bom pipa berdiameter 4 cm, satu bom pipa besi aktif, dan delapan bom pipa paralon yang sedang disiapkan menjadi bom pipa. "Delapan pipa ini belum berisi bahan peledak, tetapi perangkatnya sudah disiapkan," katanya.

Perangkat yang dimaksud adalah 1 kg paku ukuran 5 cm, 2 buah lem, dan beberapa alat pendukung lain. Barang-barang ini biasa digunakan sebagai bahan campuran bom. "Saat ini bom sudah diurai dan tengah diteliti tim Pusat Laboratorium dan Forensik (Puslabfor)."

Pengamat teroris Al Chaidar menyayangkan pernyataan kepolisian yang menyimpulkan keterkaitan pelaku dengan JAT. Sebab,  menurut dia, pelaku teror di Sulawesi, khususnya di Poso, terpisah dengan Jawa. "JAT di Poso belum solid, cabangnya juga belum diresmikan," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Minggu malam. Dia mensinyalir ada organisasi teroris lain yang bergerak di kawasan Sulawesi itu.

Jeep Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Lebih Murah Usai Tak Laku, Berapa Harga Bekasnya?
PT Freeport Indonesia (PTFI) teken Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PTFI periode 2024-2026 bersama tiga Ketua Serikat Pekerja/Serikat Buruh (dok: Freeport)

Manajemen dan Serikat Pekerja Freeport Teken PKB, Menaker: Bisa Jadi Contoh bagi Perusahaan Lain

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas bersama tiga Ketua Serikat Pekerja/Serikat Buruh PTFI menandatangani Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024