Diburu Densus, Teroris Menyebar ke Daerah

DPO teroris
Sumber :
  • VIVAnews.com

VIVAnews -- Impian Beni Asri untuk memulai hidup baru di kampung halamannya kandas. Pria berusia 26 tahun itu dicokok anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri ketika berangkat salat Jumat pada 30 September 2011.

Beni dan istrinya baru datang dari rantau ke kampung halamannya beberapa bulan yang lalu. Dia menetap di rumah orang tuanya yang berada di Jorong Kasiak, Nagari Koto Sani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Tiga bulan lalu, dia memulai pekerjaan baru sebagai pedagang sayuran dari pasar ke pasar. Dia menjajakan dagangannya hingga pasar Dharmasraya yang berjarak ratusan kilometer dari kampungnya. Kebahagiaan Beni di kampung halamannya semakin bertambah saat sang istri melahirkan bayi laki-laki tiga bulan yang lalu.

Namun, tampaknya Beni tak sadar, sebulan belakangan dirinya telah diikuti oleh anggota Densus 88 Mabes Polri. Hingga pada Jumat pekan lalu dia ditangkap di daerah Jorong Niniak tanpa perlawanan.

Bintangi Series Main Api, Darius Sinathrya Minta Izin ke Istri dan Anak

Kerabat dan para tetangga Beni tak menyangka anak yang telah kembali dari rantau itu terlibat jaringan teroris. Mereka tak tahu menahu nama Beni masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak terjadinya bom bunuh diri di Masjid Adzikra, Kompleks Mapolresta Cirebon pada 15 April 2011 yang lalu.

"Beni sempat meminta tolong, sebelum dua orang yang menangkapnya mengatakan dari Densus 88," kata Wali Jorong (Kepala Dusun) Kasiak Buyuang Gindo Sutan pada VIVAnews.com, Minggu, 2 Oktober 2011.

Usai penangkapan, dua orang polisi berjaga-jaga di dekat kediaman orang tua Beni. Menurut Kapolres Solok AKBP, Lutfi Martadian, Densus langsung mengevakuasi Beni ke Padang sebelum diterbangkan ke Jakarta melalui Bandara Internasional Minangkabau untuk menjalani pemeriksaan.

Saat penggeledahan tempat tinggal Beni, anggota Densus 88 berhasil menemukan bahan yang diduga akan dijadikan bahan peledak, seperti belerang, tawas, dan arang. "Barang-barang ini diduga bisa digunakan untuk membuat bom, jumlahnya tidak begitu banyak yang tersimpan dalam kantong," kata Lutfi kepada VIVAnews.com, Senin, 3 Oktober 2011.

Material yang sama juga ditemukan di rumah sepupu Beni, Rojali, yang letaknya bersebelahan dengan rumah orangtuanya. "Di kediaman Rojali juga didapati sekantong tawas, serbuk belerang dan arang," kata Lutfi.

Selain itu, Densus 88 juga menyita tiga buku catatan, 20 majalah yang isinya mengenai jihad serta sejumlah foto Beni yang sudah dirobek-robek.

Masih banyak

Beni hanyalah salah satu DPO kasus bom Cirebon. Foto dan nama Beni berada di deretan bawah, terselip di antara sembilan foto lainnya yang disebar oleh Mabes Polri sebagai DPO tindak pidana terorisme.

Dalam daftar itu, juga tercantum foto dan nama Ahmad Yosepa Hayat, pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton, Solo Jawa Tengah pada Minggu 25 September 2011. Hayat ditemukan tewas dengan isi perut terburai usai meledakkan bom yang dia lilitkan di perutnya.

Selain Hayat yang telah tewas dan Beni yang ditangkap itu, masih ada delapan nama buronan kasus teroris yang masih berkeliaran bebas dan tidak jelas keberadaannya.

Mereka adalah Yadi alias Hasan alias Abu Fatih alias Vijai, Nanang Irwan alias Nanang Ndut, Heru Komarudin, Umar alias Bujang, Santoso alias Santo alias Abu Wardah, Cahya alias ramzan, Imam Rasyidi alias Imam Sukanto alias Harun alias Yasir, dan Taufik Bulaga alias Taufik Lawangan.

Dari delapan DPO itu, Taufik Bulaga alias Taufik Lawanga merupakan nama yang mungkin paling tenar. Rekam jejak Taufik Bulaga cukup panjang dalam dunia terorisme di Indonesia.

Dia diduga terlibat aksi bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan pada 19 Juli 2009. Kemampuan jebolan Moro, Filipina, tersebut dalam meracik bom disetarakan dengan sang maestro, Dr. Azahari, yang tewas dalam sebuah penyergapan di Malang, Jawa Timur pada 9 November 2005 silam.

Pada kerusuhan Poso, Sulawesi Tengah, Taufik memang disebut-sebut sebagai peracik bom. Dia juga ditengarai sebagai tersangka kasus Tentena, pembunuhan tiga siswi, pembunuhan pendeta, dan kerusuhan agama di Loki, Ambon.

Para DPO kasus bom Cirebon tampaknya telah menyebar ke beberapam daerah. Setelah menangkap Beni di Sumatera Barat, Detasemen Khusus 88 Antiu Teror giliran menyisir Jawa Timur. Sejak beberapa hari ini, Densus 88 telah berada di wilayah Bojonegoro untuk mencari buronan yang diduga terlibat peladakan bom di GBIS Kepunton, Solo.

Inisial DPO yang dicari-cari itu adalah A. Tak jelas siapa sosok A yang dicari-cari Densus ini. Namun yang jelas, Densus tak hanya menyisir wilayah Bojonegoro. Mereka melebarkan pencarian hingga ke Cepu. Perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah pun dijaga ketat untuk membatasi ruang gerak sang buronan.

Kapolres Bojonegoro, AKBP Widodo, mengaku tak tahu menahu siapa yang dicari oleh Densus itu. Yang dia tahu, anggota polisi di jajarannya disuruh untuk siap siaga selama pencarian tersebut. Tak hanya itu, sejak Sabtu 1 Oktober 2011, anggota Brimob dari Polda Jatim yang berada di Bojonegoro juga patroli di seluruh kecamatan yang berada di Bojonegoro. "Mereka menggunakan tiga mobil bersirene dan belasan motor," kata dia.

Widodo menambahkan, dirinya juga telah menginstruksikan jajaran di bawahnya untuk berjaga-jaga di pos dan tempat-tempat strategis lainnya selama 24 jam penuh. "Kami menginstruksikan anggota untuk berjaga di gereja," kata dia.

Ali Imron

Berbagai cara dilakukan Densus 88 Mabes Polri untuk membongkar jaringan teroris di Indonesia. Mereka mengeluarkan terpidana seumur hidup kasus bom Bali tahun 2002, Ali Imron.

Dukung Presidential Club Ala Prabowo, Zulhas: Ide Bagus, Kepentingan Merah Putih

Adik Amrozi, terpidana kasus terorisme yang telah dijatuhi hukuman mati ini dikeluarkan dari selnya di Lapas Kerobokan, Bali. Dia bahkan 'menghilang' cukup lama dari penjara itu, nyaris empat tahun.

'Peminjaman' Ali oleh Densus 88 diakui oleh Mabes Polri. Untuk membantu kinerja Densus, Ali ditempatkan di penjara Polda Metro Jaya. "Selama ini memang ditaruh di Polda Metro Jaya. Tapi, sejak Juli 2011 dia dipindah dari Bali ke Rutan Kelas I Cipinang dalam rangka penyelidikan," kata juru bicara Polri Inspektur Jenderal Pol. Anton Bachrul Alam di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Senin 3 Oktober 2011.

Kapolri, Jenderal Timur Pradopo, membenarkan kabar tersebut. “Kami kembangkan itu untuk kerahasiaan,” kata Kapolri di Istana Negara, Senin 3 Oktober 2011.

Ia menambahkan, Ali dipinjam untuk mencari informasi terkait jaringan teroris dan dapat dipertanggungjawabkan oleh Mabes Polri.

Timur mengatakan, ia belum mengetahui kapan Ali Imron bakal dikembalikan ke tahanan. “Tergantung proses. Saat ini masih dalam proses penyelidikan,” kata mantan Kapolda Metro Jaya itu.

Ilustrasi tersangka pelaku

Nekat Selundupkan Sabu 6 Kg, Tiga Warga Aceh Diringkus di Bandara Kualanamu

Dalam aksinya, tiga warga Aceh itu masing-masing membawa sabu seberat 2 kilogram di tas ransel mereka.

img_title
VIVA.co.id
9 Mei 2024