Raksasa-raksasa Internet Dunia Kecipratan Berkah Ramadhan

Ilustrasi jejaring sosial
Sumber :
  • REUTERS
VIVA.co.id
Dicari OTT Lokal yang Siap Lawan Google
- Ramadhan menjelang dan warga bersukacita menyambutnya. Ternyata tidak hanya warga yang senang dengan kehadiran bulan Puasa dan jelang lebaran, tapi juga para perusahaan teknologi, khususnya yang bermain di industry aplikasi dan platform internet. Tidak terkecuali Google, Facebook, Twitter, tapi juga pengembang aplikasi seperti Uber, GrabTaxi, hingga perusahaan e-commerce.

Agresifnya branding yang dilakukan perusahaan-perusahaan teknologi ini sama seperti apa yang pernah dilakukan operator telekomunikasi beberapa tahun lalu. Kala itu operator bertugas membangun basis pengguna sehingga promosi dan program ‘memanjakan pelanggan’ digelontorkan setiap hari selama Ramadhan. Bahkan iklan di televisi dipenuhi dengan branding dan promosi operator, tidak terkecuali kegiatan mensponsori program ramadhan di televisi.

Operator Siap Dukung OTT Lokal Lawan Google

Tahun ini sepertinya kondisi mulai berubah. Operator telekomunikasi tidak terlalu terlihat memanjakan pelanggannya. Bahkan dalam program tayangan Ramadhan di televisi, tidak terlalu kentara promosi operator dalam deretan sponsor. Yang terlihat justru pemain e-commerce gencar berpromosi. Beberapa pemain e-Commerce seperti Hijup.com, Blibli.com, Tokopedia dan beberapa lainnya kerap menghiasi durasi iklan televisi.

Dalam data yang dikeluarkan AdsTensity, sebuah aplikasi riset iklan televisi buatan PT Sigi Kaca Pariwara, ditunjukkan bahwa sepanjang Mei 2015 lalu, perusahaan e-commerce Traveloka menduduki posisi pertama sebagai pembelanja iklan terbesar di televisi dengan dana Rp273 miliar. Ini mengalahkan TVC milik grup Djarum.

Hasilkan Uang dengan 7 Keahlian Ini

Ternyata hal ini dianggap sebagai hal yang wajar oleh pengamat telekomunikasi dari Indotelko Forum, Doni Darwin. Menurut dia, operator telekomunikasi saat ini sudah realistis. Mereka menyadari jika layanan yang dikeluarkannya sudah menjadi kebutuhan dasar sehingga yang peru dijaga adalah kualitas layanan dan menaikkan margin.

“Pemain OTT, khususnya e-Commerce baru dapat dana segar. Mereka jor-joran menaikkan value dengan harapan dapat seeding baru. Gameplan-nya berubah. Operator mencari profit, OTT mencari skala value,” ujar dia.

Menaikkan Basis Pengguna

Sama halnya dengan e-commerce dan perusahaan teknologi lain, OTT raksasa pun gencar memanjakan penggunanya dengan memanfaatkan momen Ramadhan. Hanya saja, mereka memilih untuk tidak beriklan, melainkan membuka kesempatan menggunakan layanan sebagai platform untuk beriklan atau berpromosi.

Twitter, misalnya, menarik pengguna dengan menghadirkan hashflag, sebuah ikon yang muncul otomatis saat ada kata tertentu yang diposting menggunakan tagar. Hashflag sejatinya telah ada sejak lama namun kala itu hanya diperuntukkan bagi pengguna muslim global sehingga bahasa yang digunakan hanya bahasa Inggris. Seperti #Eidul fitri  atau #Ramadhan yang akan berubah menjadi sebuah ikon tertentu. Sekarang kata #Ramadhan #bulanpuasa #bukapuasa pun memiliki ikon otomatis.

Meski mengatakan jika semua itu dilakukan untuk memberikan apresiasi atau penghargaan kepada pengguna Twitter di Indonesia namun tetap saja terungkap jika Twitter berupaya menarik para pengiklan untuk mau menggunakan Twitter sebagai sarana promosi. Pasalnya, menurut survei lembaga bernama TNS, ada 78 persen pengguna yang pasti akan meningkatkan penggunaan Twitter selama bulan ini. Twitter Indonesia mengatakan bahwa tahun lalu tercatat ada 43 juta tweet dari pengguna di Indonesia selama bulan Ramadhan.

"Ini bisa menjadi kesempatan yang tepat bagi dunia usaha skala apa pun untuk terhubung dan berinteraksi dengan konsumen," kata Country Marketing Lead Twitter Indonesia, Didit Widiatmoko. Diketahui, Twitter masih belum bisa mengejar ketertinggalannya dari Facebook, khususnya dalam revenue dan jumlah pelanggan, sesama jejaring sosial.

Sepeninggal CEO Dick Costolo, Twitter gencar membuka akses untuk bisa menarik para pengiklan di platformnya agar revenue dari iklan digital bisa naik signifikan. Pengguna Twitter di Indonesia saat ini dikabarkan telah mencapai 50 juta.

Google pun memiliki cara khusus untuk menyambut bulan Ramadhan. Perusahaan yang besar di industry iklan digital ini memperkenalkan sebuah tool yang membantu aktivitas pengguna selama bulan puasa tahun ini. Tool ini bernama 'My Ramadan Companion' atau 'Sahabat Ramadhanku'.

Tool berbasis pencarian ini akan mengisi hari puasa pengguna dengan berbagai menu misalnya makanan, hiburan atau perencanaan hari ke hari di bulan Ramadhan.

Ini bukan pertama kalinya Google memberikan tool khusus untuk menyambut momen tertentu. Misalnya saat Natal, Google juga memperkenalkan aplikasi dan website Santa Tracker, yang membantu pengguna merayakan Natal.

Semua tidak lain dan tidak bukan bertujuan untuk mempertahankan, bahkan menaikkan jumlah pengaksesnya di Indonesia sehingga audiensi untuk iklan mereka terus meningkat, seiring dengan peningkatan revenue dan terus menjadi pemimpin di pasar industry digital.

Uber dan Go-Jek tidak mau ketinggalan. Penyedia aplikasi ridesharing itu menawarkan berbagai program menarik untuk meningkatkan jumlah penggunanya. Uber dengan UberBUKA, menu pemesanan makanan berbuka yang dijanjikan akan sampai dalam waktu 10 menit.

Go-Jek cukup dengan iming-iming tarif flat (datar) sebesar Rp10.000 untuk semua layanan yang digunakan. Go-Jek mengaku saat ini aplikasinya telah didownload 650.000 kali. Sayangnya Uber menolak untuk memberikan data jumlah pengguna aktifnya di Indonesia.

Meski tidak ada program khusus, raksasa teknologi asal Tiongkok mengaku telah menyiapkan beberapa produk dengan tema Ramadhan. Seperti produk Mobomarket dan Baidu Browser yang dibuat dengan tema Ramadhan.

“Tidak ada program khusus Baidu untuk pengguna di bulan Ramadhan, tapi dari sisi produk kami mengangkat tema Ramadhan. Mobomarket meng-highlight aplikasi-aplikasi bernuansa Ramadhan, Baidu Browser mengadakan daily activity bertema Koin Ramadhan yang baru akan digelar pekan depan,” ujar Director of Baidu Indonesia, Bao Jianlei.

Duit banyak, promosi gencar, tapi menolak diatur

Mengenai gencarnya cara perusahaan-perusahaan itu menggarap penetrasi di Indonesia, sekali lagi, dianggap sebagai hal yang wajar oleh Doni. Pasalnya, ini membuktikan jika Indonesia adalah pasar yang strategis bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

“Karena potensi itu, makanya diperlakukan spesial. Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbanyak, di mana potensi iklan digital terus naik dan pengguna internet naik terus.

Banyak kajian menyatakan pengguna internet Indonesia sangat ‘sosial’ alias akrab dengan media sosial, tentu ini pasar yang menggiurkan untuk digarap, di tengah negara lain tengah lesu ekonominya. Apalagi biasanya selama Ramadhan dan jelang Lebaran, daya beli meningkat,” ujar dia.

Para OTT asing maupun penyedia platform teknologi itu bisa dibilang memiliki dana yang banyak. Tidak heran jika mereka mampu berpromosi secara besar-besaran untuk meraih penetrasi pasar. Namun sayangnya, meski telah menggarap pasar sedemikian rupa, perusahaan-perusahaan asing ini masih menolak untuk diatur.

Apalagi Google, Facebook atau Twitter yang sama sekali tidak memberikan keuntungan ekonomi atau finansial apa-apa ke Indonesia. Seperti layaknya anak kecil yang diberi permen lollipop agar mau bersahabat, hanya dengan hashflag,

Indonesia diharapkan bisa luluh dan menganggap perusahaan-perusahaan tersebut telah peduli dengan negara ini. Padahal di balik itu semua, trafik dan keuntungan finansial tersedot setiap jam-nya melalui hitungan iklan yang dilihat pengguna di Indonesia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya