Daftar Nama yang Berani Rebut Kursi Ahok

Teman Ahok
Sumber :

VIVA.co.id - Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta masih terbilang lama, sekitar tahun 2017 mendatang. Namun, calon-calon gubernur sudah banyak bermunculan.

Habiburokhman Tantang Teman Ahok Terjun dari Monas

Mereka, bahkan sudah mendeklarasikan diri menantang Gubernur DKI Jakarta yang sekarang, yakni Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok. Sejumlah visi misi ditawarkan, agar warga mendukungnya jauh-jauh hari.

Para pesaing Ahok yang belakangan ini ramai dibicarakan datang dari berbagai kalangan. Sebut saja pengamat perkotaan, mantan menteri, pesaing Ahok saat pilgub lima tahun lalu, anggota dewan, hingga pejabat pemerintahan. 

Meksi baru dua orang calon yang mendeklarasikan maju di Pilgub DKI Jakarta, namun perang kata-kata sudah terjadi antara pendukung. Mereka menggunakan media sosial sebagai wadah untuk menjatuhkan calon pengusungnya.

Jubir 'Teman Ahok' Jadi Sekretaris Tiga Partai Pendukung

Pengamat politik Emrus Sihombing, berpendapat, perang antarpendukung di sosial media itu bisa membentuk opini publik yang menyesatkan.

"Jadi, kalau para pendukung sama-sama saling lempar kritik di sosial media, tidak tepat," ujar Emrus pada VIVA.co.id, Selasa 22 September 2015.

Emrus menjelaskan, jika para pendukung masih melakukan hujatan, dapat merugikan calon gubernur yang akan maju. "Intinya, kita sama-sama bisa melihat kinreja masing-masing kandidat," kata dia.

Dia berharap, publik juga tak terlalu mendewakan sosial media. Sebab, bisa saja ada pihak yang sengaja menggunakan media tersebut guna mengadu domba.

"Twitter itu kan bisa dikendalikan orang. Artinya, sosial media itu belum tentu cerminan publik," kata Emrus.

Pesaing terkuat

Pengamat ini menilai, sampai sejauh ini, dua sosok yang mampu menandingi Ahok pada saat Pilkada 2017 mendatang adalah Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan  Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. 

Alasannya, kedua sosok itu sudah teruji di daerahnya masing-masing memimpin pemerintahan. Sedangkan kandidat calon DKI 1 lainnya, yakni Sandiaga Uno dan Adhyaksa Dault, bukanlah orang yang pernah memimipin daerah yang sudah teruji kepemimpinanya.

"Sandiaga Uno kan seorang pengusaha, sedang Adhyaksa Dault mantan menteri, tetapi itu tak cukup kuat untuk memecah basis suara Ahok. Ibarat petinju itu profesional dihadapkan dengan profesional, amatir ya dengan amatir," kata Emrus.
 
Ermus menegaskan, untuk bisa memberikan perlawanan yang sengit kepada Ahok, caranya adalah dengan menghadirkan sosok, atau calon yang seimbang.

"Nah, menurut saya yang bisa memberikan perlawanan kuat, ya Ridwan Kamil, atau Risma. Kalau dua sosok itu yang diusung, bisa jadi Ahok tak ada jaminan bisa menang," ujarnya.

Alasan Kang Emil sapaan Ridwan Kamil dan Risma sapaan Tri Rismaharini dinilai cukupn kuat, karena kedua kepala daerah tersebut sudah terbukti mampu mempimpin pemerintahan di daerahnya masing-masing.

"Ya, faktanya Jokowi dulu bagaimana? Dari Solo ke Jakarta, berhasil kan. Nah, kasusnya saat ini bisa jadi akan sama, Risma dan Ridwan Kamil itu sangat luar biasa. Ahok itu dilihat orang bersih dari korupsi, ketegasan, tetapi kelemahannya soal etika," katanya.

Menurutnya, dua wali kota itu dari sisi komitmen dan integritas luar biasa. Kejujurannya semua dianggap sama dengan Ahok. Kelebihan lainnya adalah dua kepala daerah tersebut lebih santun tutur bahasanya.

Teman Ahok Tak Efektif Dongkrak Sandiaga Uno

"Ahok kalah kalau soal etika tutur katanya. Kalau Ahok, ya empat huruf yang ada di televisilah," katanya.


Berani deklarasi

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Adhyaksa Dault mendeklarasikan diri untuk maju bersaing merebutkan kursi orang nomor satu di Jakarta periode 2017-2022. Dia didaulat oleh Forum Peduli Jakarta (FPJ).

Meski sudah siap, namun dia mengaku beban tersebut sangat berat. Ia merasa amanah menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga selama lima tahun pada era Presiden SBY sudah cukup untuknya.

"Takut jadi lagi, sudah cukup jadi menteri," kata Adhyaksa beberapa waktu lalu.

Dia menegaskan, jika ada sosok yang jauh lebih dari pribadinya, ia siap untuk tak jadi maju menjadi calon gubernur Jakarta.

"Saya terima, tetapi kalau ada yang lain ingin maju ikhlas demi Jakarta. Saya siap mundur, atau kalah, saya tidak akan setengah-setengah," ujarnya.

Sementara itu, saat ditanya soal kepemimpinan gubernur DKI Jakarta saat ini, Ahok, ia mengatakan Ahok adalah pemimpin yang baik, karenanya dia tidak setuju jika ada pihak yang mencaci maki Ahok.

"Ahok baik, tak boleh kita caci maki Ahok. Intinya, saya siap kalau ada partai yang punya calon lebih baik. Saya siap berikan amanah ini kepada calon tersebut yang lebih berkualitas," kata mantan ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini.

Adhyaksa juga mengaku belum punya kendaraan partai politik untuk bersaing dalam debut pilgub DKI ini.

Selain Adhyaksa, ada juga seorang arsitek sekaligus pengamat perkotaan, Marco Kusumawijaya.

Dia mendeklarasikan dirinya sebagai bakal Calon Gubernur DKI periode 2017 - 2022. Marco melakukan deklarasi itu di laman Facebook pribadinya.

"Penduduk Jakarta yang saya hormati, Saya, Marco Kusumawijaya, bermaksud mengikuti pilkada Jakarta 2017-2022 sebagai calon gubernur," tulis Marco.

Untuk maju menjadi Cagub, Marco mengaku belum memiliki modal apa pun. Ia tidak memiliki dana, tim kerja, hingga sokongan partai politik. "Pada saat ini, modal yang saya miliki barulah pengumuman ini," tulis Marco.

Marco secara tegas meminta bantuan dari warga Jakarta yang hendak mendukungnya jadi cagub. Marco meminta warga untuk mengikuti akun media sosialnya, serta membaca blognya di mkusumawijaya.wordpress.com untuk mengetahui ide dan pemikirannya.

Beberapa hal yang Marco janjikan adalah pembangunan sistem angkutan umum sambil menata kembali tata ruang, dan membangun ketahanan terhadap bencana dengan menata sistem air dari hulu hingga hilir, yakni dengan menghentikan penurunan tanah, memperbaiki lingkungan hulu dengan bekerjasama dengan pemerintah pusat dan pemerintah sekitar, serta mewujudkan investasi publik untuk pengadaan air minum terpipa.

Marco juga menjanjikan pembangunan sistem pengurangan sampah besar-besaran dan penghilangan residu maksimum di sumbernya.

"Saya punya sebagian pengetahuan dan kemampuan untuk mewujudkan semua di atas. Sebagian lagi ada di Anda semua, warga Jakarta. Yang sudi bekerja bersama saya, mari bertemu! Banyak rincian yang harus kita siapkan," kata Marco mengakhiri deklarasinya.



Ahok siap maju lagi

Ahok menyatakan siap bersaing memperebutkan kursi DKI 1, meskipun orang-orang hebat turun dan ikut mencalonkan diri di Pilgub Jakarta.

"Warga Jakarta akan mendapatkan gubernur terbaik dari yang terbaik," ujar Ahok beberapa waktu lalu.

Sementara itu, terkait dengan beberapan nama yang mulai ramai dibicarakan, Ahok menilai jika mereka (kandidat), merupakan orang yang kompeten.

"Ya bagus dong, bagus itu. Jakarta begitu turun sudah pusing. Belanda masih jauh, tahun depan saja tanya saya," kata Ahok.

Nama-nama tokoh yang mencuat bakal menjadi lawan politik Ahok di antaranya, pengusaha Sandiaga Uno, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.

Mendengar nama-nama itu disebutkan oleh wartawan, Ahok menjawab dengan mengatakan, saat ini dia fokus pada kerjaannya. "Kami mah urus kerja aja, Belanda masih jauh," ujar Ahok.

Kesiapan kandidat

Beberapa nama dari partai politik untuk maju bersaingan dengan Ahok sudah mulai dikumandangkan. Meski belum resmi mengusung, namun mereka sudah melakukan semacam tes pasar untuk menilai layak atau tidak kah memimpin ibu kota Indonesia.

Nama yang pertama muncul, yakni Sandiaga Uno. Nama itu muncul dari Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, Muhammad Taufik. Menangapi hal tersebut, Sandiaga menyambut baik.

Sandiaga, bahkan siap untuk menumbuhkan dunia usaha di tingkat akar rumput, yang selama ini berada di bawah bayang-bayang kelas menengah ke atas.

"Menumbuhkan usaha di akar rumput, jadi PR buat kita semua," kata Sandiaga.

Politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini menilai ,Jakarta belum bisa setara dengan kota-kota besar dunia lainnya. Hal itu, karena pengelolaan di sejumlah sektor yang kurang baik.

"Kita belum melihat DKI setara dengan kota-kota metropolis yang lain," ungkap Sandiaga.

Sandiaga juga siap dengan munculnya calon-calon gubernur lainnya. Karena menurutnya, dengan begitu akan banyak gagasan-gagasan bagus untuk membuat Jakarta menjadi lebih baik lagi.

"Saya kira, semakin banyak yang digadang-gadang semakin bagus akan membawa kebijakan-kebijakan DKI yang lebih baik," kata Sandiaga.

Selain Sandiaga, muncul juga nama wakil ketua DPR RI, Fadli Zon.

Orang kedua yang nekat beradu dengan Ahok ialah Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat DKI Jakarta, Nachrowi Ramli, alias Nara. Dia bukanlah orang asing bagi Ahok,

Sebab pada pemilihan gubernur 2012 lalu, Nara bersama Fauzi Bowo bersaing melawan Joko Widodo dan Ahok.

Dalam kesempatan berbeda, Nara, bahkan mengaku akan maju lagi untuk merebut singgasana Ahok. "Saya akan calonkan diri memimpin Jakarta," kata Nachrowi.

Sementara itu, tokoh terbaru yang dikabarkan akan melawan Ahok datang dari Partai Golkar. Tak tanggung-tanggung, mereka mencalonkan tiga orang sekaligus. Di antaranya, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham; Wakil Ketua Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Tantowi Yahya; dan Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar Azis Syamsuddin.

Ini diungkap langsung oleh Ketua Fraksi Golkar DPRD DKI, Zainuddin. Menurutnya, ketiga orang tersebut sangat berpotensi. Ketiga nama itu, kata dia, memiliki kesamaan dalam hal potensi memimpin DKI Jakarta sebagai gubernur. Ketiganya dianggap mewakili generasi muda, cerdas, dan memiliki rekam jejak yang bagus.

Meski demikian, Zainuddin mengatakan, partainya masih terus melakukan pembicaraan internal untuk menentukan nama yang pasti akan diajukan.

Selanjutnya, Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Dia mengaku tidak tertarik pindah ke Jakarta. Emil menegaskan, tetap akan membangun Bandung tempat kelahirannya hingga menjadi kota terdepan.

"Saya jawabannya sama. Belum terpikir mau ke mana-mana," sahutnya.

Meski begitu, Emil mengaku mengapresiasi siapa-siapa saja yang menyebut-nyebut namanya dalam pencalonan apa pun. "Kalau ada yang menyebut, saya apresiasi. Tapi kalau ditanya, saya fokus di Bandung dulu. Pe-er saya masih banyak," kata dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya