Banjir Jakarta dan Sumbar Ahok

Pengerjaan Sodetan Kali Ciliwung - KBT
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA.co.id - Sepekan terakhir, awan mendung mulai menyelimuti Jakarta dan wilayah sekitarnya. Setelah lama ditunggu, hujan mulai turun. Tamu tak diundang mulai datang, dan Jakarta harus siap. Meski hanya hujan sesaat, banjir mulai sapa warga Jakarta.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi hujan dengan intensitas sedang akan mulai terjadi di seluruh wilayah Jakarta mulai November 2015.

Beberapa Ruas Jalan Jakarta Tergenang Air Usai Diguyur Hujan

Potensi hujan sedang dan lebat utamanya terjadi di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Sore dan malam hari. Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi.

Pada Sabtu, 7 November 2015, saat hujan deras mengguyur Jakarta, kawasan underpass atau di bawah jembatan Dukuh Atas terendam banjir hingga 1 meter. Lalu lintas terputus, genangan meluas hingga ke jalan di depan Hotel Shangri-La.

Menurut Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, banjir di bawah jembatan Dukuh Atas terjadi karena pompa air tersumbat lumpur yang mengeras sehingga tidak bisa menyerap air. Menurut Ahok, perawatan berkala selalu dilakukan.

Ada enam pompa yang dipasang di terowongan itu, sebanyak empat pompa dengan kapasitas 250 liter per detik dan dua lainnya kapasitas 100 liter per detik. Tapi saat banjir kemarin, pompa ini tidak bisa difungsikan.

Tapi itu dipastikan hanya kendala teknis kecil, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan telah siap menyambut musim hujan yang diperkirakan mulai berlangsung akhirnya tahun ini.

Selain telah menyiagakan pompa air dan membuat sodetan Kali Ciliwung, titik rawan banjir juga telah dipetakan, saluran air skala besar dan di pemukiman penduduk mulai dibenahi dan dikeruk. Pemangkasan pohon guna memperkecil dampak dari cuaca buruk juga dilakukan.

Diharapkan persiapan DKI menghadapi musim hujan dapat efektif sehingga banjir besar yang kerap melanda tidak terulang. Ahok mengklaim banjir yang bakalan melanda Jakarta pada musim penghujan tahun ini tidak akan lebih dari satu hari. Ini karena sistem pembuangan air yang disedot rumah pompa Pasar Ikan yang kemudian dialirkan ke Waduk Pluit telah diperbaiki.

Kawasan Jakarta Pusat, termasuk ring satu Istana memang sempat terendam banjir pada awal tahun 2015 lalu. Itu disebabkan matinya aliran listrik, sehingga pompa-pompa yang membuang air ke Waduk Pluit saat hujan sedang deras-derasnya melanda tidak dapat difungsikan. 

Menurut Ahok ini tidak akan terjadi lagi karena banjir Jakarta akan surut dalam satu hari karena seluruh jaringan pompa air sudah siap dioperasikan dengan maksimal.

"Asal Waduk Pluit oke, pompa Pasar Ikan oke. Kalau tidak ada masalah, banjir tidak akan lebih dari sehari," ujar Ahok.

Dijelaskan Ahok, saat ini satu-satunya kawasan yang masih rentan tergenang banjir saat ini adalah beberapa titik di wilayah Jakarta Utara. Ini karena belum tuntasnya pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) yang termasuk ke dalam tahap A proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).

Saat laut pasang, rob (limpahan air laut) tidak tertahan. Limpahan yang cukup jauh mencapai daratan tidak kembali lagi ke laut. Ditambah hujan deras yang berpotensi melanda, Ahok mengatakan kondisi banjir di sana bisa cukup bertambah parah. Hal itu disebabkan karena pompa-pompa yang ada, juga berpotensi terendam. Akibat belum adanya tanggul laut, rob yang mencapai daratan menjadi tidak terbendung.

"Makanya kita berdoa saja supaya sewaktu pasang, hujannya tidak sampai tiga hari tiga malam," ujar Ahok.

Sodetan Ciliwung Belum Selesai

Suara bising dari dentuman beton yang dihujamkan di Ciliwung memang mengusik ketenangan warga di Kampung Pulo, Jakarta Timur, beberapa bulan terakhir. Benton-beton atau sheet pile dipasang untuk menggantikan pepohonan yang tumbuh di bibir Ciliwung.

Proyek normalisasi Sungai Ciliwung ini dilakukan agar lebar sungai dapat dipertahankan dan tidak ditempati warga ilegal. Banjir dapat diatasi karena kapasitas tampung air yang tinggi.

Tapi belum lagi proyek ini selesai, Kampung Pulo, Jakarta Timur, sudah merasakan air kiriman dari Bogor pada Senin, 9 November 2015. Menurut warga, banjir setinggi 1 meter justru terjadi karena proyek normalisasi Ciliwung.

Tak hanya dari limpahan Ciliwung, air banjir juga datang dari saluran got yang mengalir dari atas pemukiman yang lebih tinggi. Warga sudah mencoba mengadu namun belum ada solusi. Mereka mendesak dibuatkan gorong-gorong agar banjir bisa cepat surut.

Proyek normalisasi Sungai Ciliwung ini dilakukan sepanjang 19 km. Mulai dari Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan hingga kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Selain pemasangan beton yang akan tersambung hingga kawasan Manggarai yang lebih dulu dipasangan, pengerukan sungai juga dilakukan.

Tapi banjir di kawasan Kampung Pulo sepertinya tidak mungkin dapat diatasi hanya dengan normalisasi. Karena itu percepatan proyek sodetan Kali Ciliwung ikut dilakukan. Proyek Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) sepanjang 1,2 kilometer berfungsi mengalihkan aliran air Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT).

Tapi pembuatan terwongan pada kedalaman tujuh meter ini sering kali terkendala oleh sulitnya pembebasan lahan yang dimiliki oleh warga. Pembebasan ini menjadi tugas dari Pemprov DKI Jakarta. Target proyek yang harusnya rampung akhir 2015, dipastikan tidak akan tercapai. Banjir dipastikan akan kembali menghantui warga Jakarta.

Menurut Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, selain normalisasi, permasalah banjir tahunan ibu kota juga dilakukan dengan adanya sodetan Kali Ciliwung yang diperkirakan baru dapat dioperasikan pada 2017.

"Proyek itu masih jalan, baru selesai tahun 2017. Jadi belum bisa menolong debit air," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu, 11 November 2015.

Setelah lahan, penggunaan bor menjadi kendala lain yang menghambat berlangsungnya proyek tersebut. Pekerjaan proyek ini tidak bisa secara langsung menggunakan dua bor sekaligus. Satu dari dua mesin yang didatangkan tak berjalan.

Banjir kerap kali melumpukan Jakarta. Pada 2013, jalan utama Sudirman dan Thamrin bahkan tidak dapat diakses karena air banjir tinggi dan tidak dapat ditembus meski oleh kendaraan besar.

Di kawasan ini, saat ini sedang dikerjakan proyek Mass Rapid Transit (MRT). Mulai dari Senayan hingga Setiabudi dan Bundaran HI. Saat musim hujan datang, proyek MRT harus waspada dari banjir. Mereka harus memastikan pengeboran bawah tanah sedalam 20 meter itu tetap kering dan bebas dari banjir.

Sebelum proyek ini mulai dilakukan, PT MRT sudah menyampaikan kesiapannya menghadapi banjir saat pekerjaan dilakukan. Secara teknis, salah satunya dengan menyiapkan pompa-pompa dalam ukuran besar.

Pemantau ketinggian air di Kanal Banjir Barat yang mengalir dekat Stasiun Dukuh Atas dan Stasiun Bundaran HI terus dilakukan. Mereka juga mendata curah hujan dari tahun ke tahun.

Katulampa Siaga I, Jakarta Tak Akan Diterjang Banjir Besar


Darurat Banjir Jakarta

Apakah Anda ingat, Jakarta pernah menetapkan darurat banjir pada 17 Januari 2013. Saat itu, kawasan ring 1 Istana dan kawasan Hotel Indonesia terendam banjir. Jakarta lumpuh.

Selama sepekan kerugian akibat banjir Jakarta pada tahun itu mencapai Rp20 triliun. Lebih dari 20 orang meninggal akibat hanyu, tersengat listrik dan sakit. Sebanyak 60.723 jiwa terdampak akibat banjir ini. Jumlah pengungsi mencapai 119.086 jiwa.

Dari berbagai arah banjir menerjang. Penyebabnya mulai dari kerusakan lingkungan di daerah hulu sungai yang menyebabkan banjir kiriman, pasang laut, curah hujan tinggi dan kondisi topografi Jakarta.

Banjir kiriman ini terjadi akibat daerah resapan seperti Puncak, Cisarua, Megamendung, Ciawi, sudah dipenuhi hotel dan vila. Air dari 13 aliran anak sungai tidak tertampung dengan baik langsung masuk Katulampa dan mengalir ke Jakarta. Sampai hari ini, kutukan dari 13 aliran sungai ini belum dapat diatasi.

Dari Katulampa air kemudian mengalir ke empat Daerah Aliran Sundai (DAS). Bila muka air di Katulampa dalam posisi Siaga IV atau dalam ketinggian 80 centimeter dan ditambah hujan selama perjalanan air dari Bogor hingga Depok, sudah dapat dipastikan bantaran Ciliwung akan banjir. Dalam waktu paling lambat 14 jam air sampai Jakarta.

Kondisi ini diperparah karena daerah hilir banyak terjadi penyempitan sungai dan kendangkalan sungai akibat sampah. Selain Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat, air Ciliwung juga meluap di Depok. Sementara banjir di Jakarta Utara disebabkan karena pengaruh rob atau pasang laut.

Di Bekasi banjir disebabkan luapan air sungai Cikeas dan Ciliengsi yang bersatu. Kemudian di Tangerang, banjir disebabkan karena luapan air Sungai Cisadane. Kali Pesanggarahan dan Angke yang berada di tengah kawasan Depok ikut menyebabkan banjir di kawasan Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Tengerang Selatan.

Sungai Ciliwung

Kerusakan di Daerah Aliran Sungai Kian Parah

Banyak yang sudah alih fungsi lahan.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016