SOROT 585

Pengamat Ekonomi Digital: Agar Tak Rontok, Mulai Efisiensi

Pengamat Ekonomi Digital Heru Sutadi
Sumber :
  • VIVA/Istimewa

VIVA – Indonesia sedang mengalami euforia dengan bisnis digital dan terus mendorong tumbuhnya bisnis start up. Presiden Joko Widodo memberikan perhatian khusus terhadap lini bisnis ini. Hasilnya, start up tumbuh bak cendawan di musim hujan. Kesuksesan Gojek, Tokopedia dan Bukalapak membuat orang berlomba-lomba membuat start up.

Bukalapak Cetak Pendapatan Rp 1,16 Triliun di Kuartal I-2024

Pengamat Ekonomi Digital, Heru Sutadi, mengatakan, Indonesia masih menjadi lahan yang sangat subur bagi ekonomi digital. Menurut dia, sepanjang 2019 pasar ekonomi digital Indonesia tumbuh meyakinkan. Menurut dia, pertumbuhan pasar ekonomi digital persentasenya di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Meski demikian, tak sedikit start up yang tumbang. Selain itu masih banyak start up yang belum bisa menangguk untung meski nilai valuasinya sudah tinggi. Salah satu strategi ‘bakar uang’ diduga menjadi salah satu penyebabnya.

Transaksi Grup GoTo Q1-2024 Meningkat, Kerugian Mulai Dipangkas

Lalu, bagaimana peluang dan tantangan bisnis digital di tahun 2020. Demikian penuturan Heru Sutadi kepada VIVANews.

Bagaimana Anda melihat ekonomi digital sepanjang 2019?

Mantan Bos Gojek Bikin Motor Listrik, Ini Bocoran Wujudnya

Sepanjang 2019 ini pasar ekonomi digital Indonesia tumbuh meyakinkan, bahkan persentasenya di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sekitar 5,2 persen. Kita memiliki 4 perusahaan unicorn dan 1 yang sudah tergolong decacorn.

Bagaimana pertumbuhannya?

Pertumbuhannya positif. Kontribusi terhadap PDB dihitung lebih dari 3 persen. Diperkirakan pasar digital terutama e-commerce kita capai 100 miliar dolar pada 2025.

Bagaimana Anda melihat kinerja dan perkembangan start up di tanah air sepanjang 2019?

Start up, ada yang bersinar dan naik kelas, ada juga yang berguguran. Bahkan, meski berstatus unicorn, banyak juga yang secara keuangan masib merugi alias masih bakar uang.

Bagaimana Anda melihat kinerja Bukalapak, Tokopedia, Gojek dan OVO?

Unicorn kita atau bahkan decacorn secara valuasi meningkat. Hal ini karena penilaian unicorn atau decacorn dihitung usai mendapat uang tambahan dari pendanaan baru. Sehingga di satu sisi pendanaan bertambah, tapi di sisi lain pendapatan belum seperti diharapkan. Sementara pendanaan baru kerap cepat habis dipakai untuk mendapatkan pengguna baru, mengembangkan layanan baru, dan juga promosi yang sekaligus mempertahankan loyalitas pengguna agar terus aktif menggunakan layanan.

Bagaimana Anda melihat ekonomi digital secara umum sepanjang 2019?

Ekonomi digital secara umum mulai bergerak, perannya makin besar, walau memang sebagian besar kita masih menjadi pasar. Hal itu karena produk yang dijual di e-commerce misalnya masih 90 persen produk luar alias impor. E-commerce Indonesia harus didorong menjadi penggerak ekonomi kerakyatan.

Bukalapak kabarnya PHK banyak karyawannya sebagai buntut kondisi perusahaan yang merugi. Apa benar. Tanggapan Anda?

PHK karyawan akan banyak terjadi di bisnis start up kita. Hal itu karena tujuan efisiensi dan perubahan strategi perusahaan serta kebutuhan saat ini dan ke depan. Hanya memang, perlu diubah mindset kita bahwa kalau kerja di start up yang jadi unicorn atau decacorn akan aman, semua bisa terjadi. Bahkan, bisa terjadi di perusahaan sekelas Gojek nantinya. Walaupun harusnya tidak terjadi karena aset dan pekerja sebagian besar adalah mitra dan milik mitra.

Banyak yang mengatakan bisnis start up itu membakar uang. Apa benar. Tanggapan Anda?

Bakar uang terjadi karena pertama mereka harus mematikan layanan konvensional. Ojek pangkalan dimatikan dengan tarif ojek aplikasi yang murah, yang sebenarnya subsidi. Belum lagi marketing yang menghabiskan Rp100-150 ribu untuk mendapatkan satu pengguna baru. Bayangkan kalau sejuta atau lima juta pengguna saja sudah berapa. Pendapatan yang belum maksimal juga masih harus berhadapan dengan bagaimana menjaga loyalitas pengguna, yang dilakukan dengan promosi dan subsidi. Bakar uang memang tidak terelakkan.

Logo Bukalapak.

Waspada Penipuan Program Bukalapak

Bukalapak menegaskan bahwa mereka tidak pernah membuat program-program tersebut. Perusahaan juga tidak pernah menggunakan surat jaminan program ataupun keterangan yang se

img_title
VIVA.co.id
2 Mei 2024