SOROT 137

Sorakan Geram dari Tribun

Suporter Indonesia di Malaysia
Sumber :
  • ANTARA/Prasetyo Utomo

VIVAnews – “Sepakbola itu harusnya memberikan hiburan, tapi di Indonesia justru malah membuat orang menjadi stres."

 KPU Minta MK Tolak Tudingan Suara Nasdem Berkurang dan Golkar Bertambah di Jabar 1

Itulah ungkapan hati Nevi Effendi, Sekretaris Jenderal Bomber, Bobotoh Maung Bersatu, komunitas suporter Persib Bandung, menanggapi kegagalan Kongres PSSI yang bisa berujung pada sanksi FIFA terhadap Indonesia.

Nevi geram menyaksikan Kongres PSSI pada 20 Mei silam yang diwarnai dengan caci maki, protes dan interupsi. “Kalau mereka peduli dan memiliki niat baik, kondisi ini tentu tidak akan dibiarkan berlarut-larut.”

Penyebab Raibnya Foto Jokowi di Kantor PDIP Sumut Terungkap, Kini Sudah Terpasang Lagi

Ia tak menyebutkan dengan jelas siapa yang dimaksud dengan ‘mereka’. Namun, kelompok suporter yang lain menunjuk biang keladi kegagalan Kongres PSI pada Kelompok 78 yang memang pada saat sidang terlihat paling gencar melontarkan interupsi.

"Kalau Indonesia sampai dibekukan oleh FIFA, menurut saya, dosa terbesar ada di tangan Kelompok 78. Sebagai suporter kami ingin kelompok ini dibubarkan," kata Richard Ahmad, Sekretaris The Jakmania, komunitas supporter Persija Jakarta.

Uang Kuliah Tunggal Naik, Ratusan Mahasiswa USU Demo Rektor

"Mereka tidak tahu bagaimana dampaknya jika Indonesia terkena sanksi. Mereka tidak memikirkan bagaimana nasib tukang kaos, misalnya. Kelompok 78 harus tanggung jawab jika kita kena sanksi," ujar Heru Joko, Ketua Umum Viking, suporter Persib Bandung.

Padahal, ujar dia, awalnya Viking sangat mengapresiasi kelompok tersebut karena berisikan para reformis sepakbola saat berusaha menjatuhkan rezim Nurdin Halid. Tapi, kini malah berubah menjadi orang-orang yang lebih mengedepankan kepentingan tertentu dengan mengusung George Toisutta dan Arifin Panigoro menjadi calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI.

"Kami rindu dengan situasi seperti saat Piala AFF yang mampu menyatukan semua orang. SEA Games di Palembang adalah momen tepat, tapi akankah ini terulang bila sanksi dijatuhkan?" lanjut Heru yang menyebut sepakbola di Indonesia bukan hanya sebagai olahraga saja, melainkan juga sumber penghidupan bagi sebagian orang.

Ia merujuk pada final Piala AFF lalu, ketika orang rela antre berhari-hari demi satu tiket untuk menyaksikan tim nasional berlaga. Puluhan, bahkan ratusan pedagang kaos dan segala macam atribut Tim Merah Putih laku keras di setiap sudut Tanah Air.

Bahkan, bagi Aremania, suporter Arema Malang, sanksi FIFA tak hanya akan mempengaruhi para penjual atribut dan pernak-pernik sepakbola, tetapi juga mengancam kelangsungan lelang klubnya.

Menurut Presiden Klub Arema, Rendra Kresna, jika FIFA benar-benar menjatuhkan sanksi, investor akan berpikir ulang untuk membeli Arema. "Sebab, kalau sampai terkena sanksi investor akan rugi," kata Rendra yang juga menjabat sebagai Bupati Malang ini.

Handoko, Aremania Korwil Balai Arjosari Malang, menambahkan, "Kami berharap Kongres PSSI masih bisa dilanjutkan. Sebab, jika sampai terhenti dan mendapat sanksi dari FIFA, maka seluruh komponen yang ada dalam lingkungan sepakbola Indonesia akan rugi."

Meski banyak Kongres PSSI dinilai telah disusupi  kepentingan kelompok tertentu, Aremania tidak ingin terlalu jauh menyikapinya. Hanya saja, kata Handoko, Aremania menyayangkan bila benar ada kepentingan tertentu dari  Kelompok 78  yang menyebabkan Kongres PSSI gagal. "Mereka bilang ingin membawa perbaikan. Tapi perbaikan seperti apa yang diharapkan jika dilakukan dengan memaksakan kehendak?"

Pertanyaan senada dilontarkan oleh suporter fanatik Persebaya Surabaya, Bonekmania, meskipun, salah satu pentolan Kelompok 78, Wisnu Wardana, adalah wakil dari Persebaya.

 “Mengapa masih nekat mencalonkan George Toisutta dan Arifin Panigoro. Padahal, sudah jelas kedua nama ini dilarang ikut pencalonan oleh FIFA,” kata Hari Santosa, perwakilan Bonekmania.

Selanjutnya, Bonekmania meminta FIFA mengizinkan PSSI menggelar Kongres ulang dan menunjuk orang-orang yang netral dan tidak punya kepentingan apapun. "Kami minta FIFA sebagai lembaga independen dan netral untuk menunjuk orang-orang yang netral dalam Kongres.”

Sebab, suporter juga sudah bosan dengan pada pergolakan yang terjadi di tubuh PSSI. "Sebagai suporter, yang kami inginkan hanya satu, bisa mendukung tim kesayangan kami dengan baik dan tenang," ujar Deddy Pranata, Ketua Singa Mania, kelompok pendukung Sriwijaya FC Palembang.

Sanksi FIFA Tak Lama

Bagaimana tanggapan Kelompok 78 dengan berbagai tudingan yang dilontarkan para suporter?

"Seakan-akan kisruh itu dilakukan oleh Kelompok 78, padahal kan tidak," kata Wisnu Wardana, Juru Bicara Kelompok 78.

Dia menegaskan,  yang terjadi saat itu hanya interupsi. Dan seharusnya pimpinan sidang membuat keputusan, voting atau mencari solusi yang lain.

”Tapi ini malah dibiarkan. Kalau ada malaikat di sana yang melihat, masalahnya ada di Pak Agum Gumelar, pimpinan sidang," kata Wisnu.

Agum, kata dia, seharusnya mengakomodir keinginan sebagian peserta Kongres yang menginginkan keputusan Komite Banding, yang meloloskan George dan Arifin, dibahas dalam Kongres.

Dalam Kongres tersebut, Wisnu hanya mempertanyakan keputusan Thierry Regenass, Direktur Keanggotaan dan Pengembangan Asosiasi FIFA, yang menolak pencalonan Toisutta dan Panigoro karena menggelar Liga Primer Indonesia, yang tidak diakui FIFA.

"Tapi, nyatanya malah kontradiksi. Komite Normalisasi sudah memutuskan kalau LPI masuk di bawah PSSI. Lain cerita kalau LPI menolak masuk PSSI," kata Wisnu.

Menanggapi kekhawatiran bakal dijatuhkannya sanksi FIFA kepada Indonesia, Kelompok 78 menilai hal itu terlalu berlebihan. Menurut dia, kalaupun benar dijatuhi sanksi, durasinya tidak akan lama.

Dia memberi contoh beberapa negara lain yang kena sanksi akibat melanggar statuta atau ada intervensi pemerintah. ”Yunani cuma dihukum empat hari. Peru satu bulan. Irak tiga bulan. Kuwait tidak sampai setengah bulan.”

Namun, bagi Jacksen F Tiago, pria Brasil yang saat ini membesut Persipura Jayapura, masalah tersebut bukan hanya sekadar durasi. Bila sanksi FIFA benar-benar turun, tentu Persipura juga terkena imbasnya, tidak lagi bisa mengikuti lanjutan laga internasional.

Oleh karena itu, Jacksen masih berharap ada keajaiban, FIFA tidak memberi sanksi dan tetap memberikan kesempatan Kongres PSSI kembali dilaksanakan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya