SOROT 173

Tak Semua Semujur Google

Bursa saham di Warsawa
Sumber :
  • REUTERS/ Kacper Pempel

VIVAnews - "Saya tak mau membeli," ujar Stephen Wozniak, salah seorang pendiri perusahaan teknologi terkemuka, Apple. Dia mengucapkan itu delapan tahun silam, menjelang perubahan status Google Inc menjadi perusahaan publik, pada Agustus 2004.

Wozniak sepertinya meremehkan Google, bahwa mesin pencari itu akan menjelma korporasi raksasa setelah menawarkan sahamnya di pasar bursa lewat initial public offering (IPO).  "Pengalaman sebelumnya kita melihat bagaimana harga saham meroket pada hari pertama, tapi sesungguhnya tak memperlihatkan apa yang akan terjadi beberapa tahun mendatang, bahkan jangka panjang," kata Wozniak.

Kesombongan Wozniak akhirnya runtuh. Saham Google mengucurkan rezeki deras bagi pemegang sahamnya. GOOG, kode saham Google di bursa Nasdaq, AS naik hingga 588 persen. Untuk menikmati laba ini, investor hanya harus bersabar selama 8 tahun.

Pertama kali dilepas ke pubik, saham GOOG dipatok US$85 per lembar. Perusahaan itu berhasil menghimpun dana hingga US$2 miliar.  Kini, saham itu terbang tinggi, di level US$585,11 per lembar. Kalau dikonversikan ke rupiah, ia berada di kisaran Rp5,3 juta per lembar. Tak satu pun saham di Bursa Efek Indonesia punya harga sehebat itu.

Tak ayal, Google pun ditasbihkan sebagai IPO perusahaan internet terbaik sepanjang sejarah. Hingga hari ini, belum ada perusahaan internet global yang bisa mengalahkan mereka.

Tapi, ada langkah Google yang sempat menggemparkan otoritas bursa Amerika Serikat, atau US Securities and Exchange Commision (SEC). Dikutip dari laman nytimes.com, para pendiri Google, Sergey Brin dan Larry Page, ternyata menjalin “hubungan terlarang” dengan majalah pria dewasa, Playboy.

Setelah mendaftarkan rencana IPO, Google masuk ke masa puasa bicara (quite period). Tapi, saat puasa bicara itu dia justru menerima tawaran wawancara dengan majalah Playboy. Hasil wawancara dicetak beberapa hari sebelum IPO dilangsungkan.

Tentu, penguasa bursa AS jadi gerah. Page dan Brin didebat banyak pihak. Mereka dianggap melanggar ketentuan quiet period. Para pihak terlibat proses IPO dilarang mengumbar informasi berkaitan prospektus perusahaan. Mujur bagi Page dan Brin,  entah mengapa, penguasa bursa tak melanjutkan kasus itu.

Saham Google pun dilepas ke publik sebanyak 19.605.052 lembar,  harganya US$85 per lembar. Penjamin emisi adalah Morgan Stanley dan Credit Suisse. Mereka memakai format unik dalam menawarkan saham Google, perusahaan dengan motto: "Jangan Menjadi Jahat" itu.

Maka  penawaran saham dirancang dengan memodifikasi sistem lelang Jerman. Harga ditetapkan dari tertinggi, terus diturunkan sampai diterima semua pihak. Sistem ini membuat investor individual lebih mudah membeli saham. Lonjakan harga yang biasanya terjadi hanya pada hari pertama, juga bisa dicegah. Pada hari perdana itu, yang terbentuk diharapkan adalah harga pasar sebenarnya.

Cara itu manjur. Harga GOOG melonjak pada perdagangan perdana. Padahal, banyak pihak menganggap cara tak lazim Morgan dan Credit Suisse ini bakal membuat malu perusahaan mesin pencari itu di pasar modal AS.

Aksi Google melepas sahamnya ini telah melahirkan sekitar 1.000 jutawan. Hal itu terus berlangsung hingga saat ini di Googleplex, markas Google di Mountain View, California, AS.

Kini, siapa yang tak mengenal Google. Usai IPO, perusahaan ini kian terus menggurita. Mereka mulai mencaplok perusahaan lain. Pada 2004, mislanya, Google mengakuisi saham Keyhole Inc dengan produknya Earth Viewer yang mampu menampilkan wajah dunia dalam bentuk 3 dimensi. Dengan sedikit pengembangan, Google mengubahnya menjadi Google Earth.

Akuisisi besar lainnya adalah membeli saham YouTube senilai US$1,65 miliar pada 2005. Pada 2007, Google kembali membeli Grand Central seharga US$50 juta yang kemudian diubah menjadi Google Voice. Diantara 2007 hingga 2010, Google terus merambah ke  saham perusahaan kecil yang dinilai berpotensi menggurita. Terakhir pada April 2010, Google membeli perangkat keras startup, Agnilux.

Sukses itu dinilai banyak kalangan sebagai awal dari perkembangan industri internet di jagat bumi.

Tak semua mujur

Sayangnya, asumsi perusahaan internet bakal bersinar di pasar modal tak selamanya benar. Usai Google melepas saham ke publik, dan meraih sukses besar, sejumlah perusahaan internet pun mencoba peruntungannya. Ada yang berhasil, dan ada yang gagal.

Groupon dan Zynga adalah salah satu dari perusahaan internet yang buntung setelah menggelar IPO. Setidaknya inilah yang dirasakan para pemegang saham mereka.

Groupon adalah situs pemberi diskon bagi para anggotanya, harus berjuang keras menunjukan kinerja perusahaannya. Saat ini, harga saham Groupon dengan kode GRPN di bursa saham Nasdaq, AS bertengger di level US$23 per lembar. Naik di atas harga penawaran perdana US$20 per lembar pada November 2011 lalu.

"Groupon adalah bencana," ujar Sucharitu Mulpuru, seorang analis seperti dikutip businessinsider.com

Kegagalan Groupon sepertinya sudah diramalkan sejak awal. Perusahaan ini terpaksa memundurkan jadwal IPO. Penyebabnya, otoritas bursa AS khawatir dengan cara Groupon menghitung pendapatan mereka.

Pada Juni 2011, Groupon sempat melaporkan valuasi perusahaan itu sekitar US$25 miliar. Namun, pada saat pendaftaran, Groupon justru meralat. Nilai perusahaan itu hanya berkisar US$10,1 miliar sampai US$11,4 miliar.  Tentu, proses akuntasi perusahaan itu dipertanyakan otoritas bursa AS.

Sialnya, tak lama kemudian, bursa saham AS dihajar krisis keuangan global.

Laba Bersih Bank Jago Naik 24 Persen Kuartal I-2024, Intip Sumber Cuannya

Masalah lain juga muncul. Model bisnis Groupon digugat para investor, terutama soal penjualan diskon yang dinilai telah usang. Sejumlah pedagang juga mengeluh. Pendapatan dan pelanggan mereka hilang akibat perjanjian diskon itu. Belum lagi, pesaing mulai memenuhi pasar penjualan diskon ini.

Bisnis Groupon kian berantakan setelah pesaing mereka seperti Living Social, Amazon.com, dan Google mengalami kebuntuan. Para pesaing ini juga mulai menerapkan model bisnis seperti Groupon.  

"Awalnya saya berpikir ini transaksi menyenangkan. Tapi para pengguna Groupon harus punya perhatian lebih dan berbicara lebih banyak ketika perusahaan memberikan pengalaman buruk bagimu," kata Sabrina Kidwai, salah seorang pengguna Groupon.

Hal lebih buruk justru dialami Zynga Inc. Perusahaan penyedia permainan online  harus menelan pil pahit ketika harga saham mereka terjerembab pada hari perdagangan perdana.

Seperti dikutip dari laman businessweek.com, saham Zynga tercatat di bursa Nasdaq, AS justru turun 4,2 persen ke level US$9,58 per lembar pada hari pertama perdagangan bursa. Zynga menetapkan harga perdana saham dengan kode ZNGA pada level US$10 per lembar.

"Kami memang bukan ahli di bidang perdagangan saham, dan tak ada niatan ke sana," kata CEO Zynga, Mark Pincus menanggapi anjloknya saham mereka di hari pertama perdagangan perdana. "Cerita ini akan terus didengar beberapa tahun. Bukan hanya beberapa hari perdagangan." (np)

Ini Mobil Andalan Pelatih Timnas Shin Tae-yong untuk Jalan-jalan di Indonesia
Mobil listrik Tesla

Tesla Bakal Luncurkan Mobil Listrik Murah? Ini Kata Elon Musk

Banyak investor merasa kecewa dengan perusahaan kendaraan asal Amerika Serikat, Tesla, karena tidak fokus untuk menghadirkan mobil listrik harga terjangkau.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024