- VIVAnews/Romys Binekasri
VIVAnews - Wageningtias berhasil raup omzet puluhan juta rupiah per bulan dari durian. Dalam hitungan bulan, usahanya telah berkembang hingga lebih dari 40 cabang, tersebar di berbagai kota di pulau Jawa.
Bisnis Wage ini bermula dari pengalamannya sebagai pecinta durian. Ibu empat anak ini sering kesulitan mendapatkan durian saat tidak musim. Kalau pun ada, harganya mahal, kualitasnya jelek pula.
Situasi itu yang membuat Wage berkeinginan untuk menyajikan buah beraroma khas ini sepanjang tahun. Tak itu saja. Oleh Wage, buah durian itu diolah menjadi minuman dengan berbagai varian.
Misalnya, durian dipadukan dengan kepala, krim, kacang hijau dan bahan lain. Jadilah, minuman atau sop durian yang lezat di lidah.
Merasa rasanya pas di lidah, Wage memberanikan diri untuk membuka lapak. Dia memilih Sop Duran Duren sebagai nama merek dagangnya, di bawah bendera CV Edra Group.
"Tapi tak semudah itu juga. Risetnya lebih dari setahun, sebelum akhirnya membuka bisnis," ujar Wage ihwal awal mula membuka bisnis.
Jadilah Mei tahun 2014 ia memberanikan diri untuk membuka lapak Sop Duran Duren untuk pertama kali. Kala itu, ia membuka lapak di ajang pameran wirausaha yang diselenggarakan komunitas Tangan Di Atas.
"Sebenarnya saya jadi EO (event organizer) acara itu. Saya pikir sekalian saja buka lapak, hahaha..." kata seraya terkekeh.
Tak dinyana, selama tiga hari ajang itu berlangsung, lapaknya selalu dikerubuti pengunjung. Selama pameran berlangsung, per harinya Wage mengantongi omzet Rp3 juta. Sudah begitu ada enam pebisnis yang sepakat jadi mitra Sop Duran Duren.
Barangkali yang buat pelanggan kesengsem dengan Sop Duran Duren adalah menu-menunya. Buah durian itu disajikan dalam sedikitnya 15 menu dengan aneka varian. Misalnya, dengan taburan keju, kelapa, kacang hijau, brownis atau pun stroberi.
Ketan Durian, salah satu menu yang ada di Duran Duren (Foto: duranduren.com)
"Waktu merasakan, saya langsung tertarik," ujar perempuan yang ingin dipanggil Gea ini. Sejak tujuh bulan lalu, ia menjadi mitra-bisnis Sop Duran Duren. Dia buka gerai di Jalan Howitzer Lanjutan, Sumur Batu, Jakarta Pusat.
Gea mengungkapkan, modal awal yang digunakan untuk mempersiapkan bisnis ini sekitar Rp35 juta. "Saya tidak pakai gerobak sistemnya, jadi semacam kedai," ujarnya.
Kalkulasi Bisnis
Sop Duran Duren menawarkan empat paket investasi untuk kemitraan. Terdiri dari paket Hemat (tanpa booth) senilai Rp6,9 juta, paket Simply (konckdown booth) Rp8,9 juta, dan ketiga paket Outdoor senilai Rp12,4 juta (booth besar). Terbaru, ada paket Mini Cafe yang dibanderol Rp75 juta.
Dengan investasi itu, mitra bakal mendapat aneka perlengkapan Sop Duran Duren, seperti banner, spanduk, seragam, kemasan, hingga bahan baku sebagai awalan.
Wage mengasumsikan, dengan penjualan minimal 30 cup per hari, maka mitra akan mengalami titik impas (break event point/BEP) dalam waktu tiga bulan. Sop Duran Duren dibanderol dalam tiga jenis: menu Pas (Rp10 ribu), Mantab (Rp15 ribu) dan menu Mantab (Rp20 ribu). Tambahan toping dihargai seribu rupiah per toping.
Wage tidak memungut biaya royalti dari mitra. Sebab, Sop Duran Duren belum masuk kategori franchise (waralaba). Cuma, mitra wajib membeli bahan baku seperti durian, kemasan, dan sebagainya dari kantor pusat Sop Duran Duren. Minimal pembelian senilai Rp500.000.
Mitra tak perlu khawatir soal durian. Sebab, Wage mengaku telah memiliki stok durian untuk sepanjang tahun. "Kami dapat pasokan durian dari Sidikalang, Medan," ujarnya. Durian itu dikemas dalam bentuk sachet dan dibekukan.
Pengakuan Wage itu dibenarkan Gea. Menurutnya, hanya beberapa bulan membuka Sop Duran Duren, bisnisnya dia sudah mencapai BEP. Saat ini, gerainya mampu membukukan omzet Rp35 sampai Rp40 juta per bulan.
"Dibilang balik modal sih belum, karena kita mempekerjakan tiga orang karyawan juga. Justru kita lagi kumpulin modal," ujar Gea seraya mengutarakan keinginan buka cabang baru lagi.
Pilih Mitra
Mendapatkan mitra, bagi Wage, boleh dibilang jadi dilema. Sebab, kalau tak hati-hati, keberadaan mitra malah jadi bumerang. Alih-alih meraup untung, yang ada malah buntung lantaran mitra bisnis yang tak serius.
"Kami seleksi calon mitra tersebut. Tidak sembarangan," ujar dia.
Langkah Wage ini mendapat acungan jempol dari pengamat usaha dari Prasetya Mulya Business School, Istijanto Oei. Usaha kemitraan, kata Istijanto, ibarat pedang dengan dua sisi tajam.
Dengan memilih model bisnis kemitraan, akan memudahkan dalam pembangunan merek (brand building). Bahkan, mendapatkan promosi dengan biaya murah.
"Karena dengan adanya mitra, sebuah brand akan cepat dikenal karena ada di mana-mana," kata Istijanto, yang juga menggeluti dunia pemasaran (marketing).
Pembukaan cabang yang dilakukan mitra bisnis, membuat sebuah merek dagang cepat dikenal masyarakat. Berbeda dengan usaha makanan-minuman yang hanya memiliki satu gerai.
"Kalau gerainya banyak, di mana-mana orang bisa melihat, brand cepat dikenal," kata dia.
Tetapi, pola seperti itu cukup berisiko juga. Utamanya, bila mitra menyalahi standar operasional. Satu atau dua cabang mengecewakan, bakal berimbas pada cabang-cabang lainnya. Pada akhirnya, sebuah brand akan hancur.
"Seleksi yang dilakukan Sop Duran Duren, sudah benar langkahnya. Perlu dikontrol juga secara berkala untuk memastikan semua mitra berjalan sesuai SOP," katanya.
Maka itu, Wage tidak segera mengiyakan ketika datang lamaran dari mitra bisnis. Malah, Wage mengaku harus melihat mentalitas dari calon mitra. Kalau calon mitra tidak memiliki mental wirausaha, jelas Wage bakal menolak pinangannya.
"Karena berbisnis itu tidak instan. Harus siap dan tahan banting," kata dia.
Wage juga mengaku enggan mengabulkan permohonan kemitraan bila pemilik modal tak turun langsung. Menurutnya, jika mitra menyerahkan bisnis ke karyawan, resiko tak terkelola dengan baik sangat besar.
"Namanya karyawan kan ada bosannya juga. Jadi, saya maunya pemiliknya terlibat langsung biar jangka panjangnya bagus," ujarnya.
Kelangsungan Bisnis
Untuk memaksimalkan kinerja Sop Duran Duren di tangan mitra, Wage memberikan pembinaan. Setelah disetujui, mitra akan mendapat pelatihan sebelum membuka gerai Sop Duran Duren.
Wage membiarkan mitranya menjalankan bisnis sekira satu hingga dua bulan. Baru, setelah itu, dia akan melakukan kunjungan ke gerai mitra tersebut. Selain memastikan semua pelayanan sesuai standar, dia juga ingin mendengar keluhan dari mitra.
"Saya selalu terbuka menerima keluhan dan mencarikan solusi untuk para mitra. Karena filosofi kami, mitra berkembang, pusat juga tumbuh," ujar dia.
Agar bisnis tetap langgeng (sustain), Istijanto menyarankan adanya inovasi menu. Minimal enam bulan sekali harus ada menu baru. Langkah ini perlu dilakukan mengingat karakter bisnis makanan-minuman cepat jenuh.
Yang juga perlu dilakukan adalah menjaga kualitas. Tak saja kualitas makanan. Kualitas layanan, seperti kebersihan gerai, penyajian makanan juga perlu dijaga.
"Kendala bisnis jenis kemitraan, mereka punya merek bagus, tapi kurang memperhatikan kebersihan. Ini yang membuat cepat layu," kata Istijanto. (ren)