SOROT 326

Kopi Cincau, Modal Murah Omzet Menggiurkan

cappucino cincau
Sumber :
  • starboothcoffee

VIVAnews - Hari menjelang malam, jam 19.00 tepatnya. Cuaca di awal Januari di tahun ini tak menentu. Kadang bisa saja hujan turun dengan lebatnya, atau seperti kemarin malam, udara begitu panas. Tak salah, jika banyak orang memilih membeli minuman dingin yang menyegarkan.

Terlihat, sekelompok mahasiswa yang baru saja keluar dari Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Telematika, Ciputat, Tangerang, langsung mendatangi kedai sederhana milik Suparso, si penjual minuman capuccino cincau. Minuman itu, berisikan capuccino dingin dengan campuran cincau hitam di dalamnya.

Suparso nampak sudah piawai meracik minuman segar tersebut. Memasukkan serbuk rasa capuccino ke dalam blender. Menambahkan batu es halus, gula pasir, dan air. Kemudian, memblender ketiganya.

Sebuah cup dia ambil. Cincau hitam yang telah diparut dimasukkan ke dalamnya. Lalu, menaburi susu cokelat ke dinding dalam cup. Selanjutnya, memasukkan es batu, gula, dan serbuk capuccino yang tercampur. Terakhir, menutup cup dengan menggunakan mesin press.

Pembeli cukup mengeluarkan Rp5 ribu saja untuk segelas kopi isi cincau dingin itu. Kafein dalam kopi akan memberikan stimulan ringan yang menyegarkan tubuh.

Saat berbincang dengan VIVAnews, Suparso mengaku membeli waralaba capuccino cincau pada 2013. Unik, dan menjadi cara baru menikmati minuman kopi menjadi dasar ketertarikannya.

Merek Dikuasai Pihak Lain, IKEA Alam Sutera Tetap Buka

Apalagi, saat itu Suparso kebingungan ingin memulai usaha dengan modal kecil.
Berawal dari bos pemilik angkutan umum yang bangkrut terkena imbas krisis 1998, ia memilih menjual semua angkutan umum miliknya. Uang itu, dia gunakan untuk membeli beberapa ruko yang disewakan.

Satu ruko digunakan sebagai tempat tinggal. Dia, kemudian membeli dua gerobak waralaba capuccino cincau. Saat itu, tak banyak saingan pembeli waralaba sejenis. Tak heran, per harinya dia bisa meraup omzet hingga Rp2,5 juta untuk satu gerobaknya.

Ia pun mempekerjakan dua karyawannya. Namun, beberapa bulan terakhir, karena mulai berkurangnya pembeli, dia menganggurkan dua pekerjanya dan menutup satu gerobak.

“Sekarang cuma punya satu gerobak. Terpaksa, saya menghentikan dua pekerja. Yang jaga saya dan istri. Sudah banyak penjual cappuccino cincau sekarang,” ungkapnya.

Lokasi jualan Suparso sebenarnya cukup strategis, yakni tepat di depan STT Telematika. Tak hanya mahasiwa yang menjadi target pasarnya, tetapi juga pejalan kaki, atau yang sekadar lewat ke jalan itu. Sayangnya, di sepanjang Jalan Regoso menjamur penjual capuccino cincau. Bahkan, di samping perguruan tinggi itu sudah ada penjual minuman sejenis.

"Sekarang, rata-rata paling terjual 50 cup. Apalagi. ini lagi musim hujan," ungkapnya.

Ety, pembeli Capuccino Cincau, mengatakan segelas kopi dingin dengan campuran cincau rasanya sangat nikmat. Apalagi, saat lelah dan udara panas.

"Capuccino menyegarkan dan enak rasanya. Pas dengan paduan cincau di dalamnya. Minuman ini terasa nikmat diminum, saat panas terik maupun malam hari," katanya.

Modal Rp3 juta, Omzet Rp1 Miliar
Adalah Bagus Abdi Sukma yang menjadi pemilik waralaba capuccino cincau. Kepada VIVAnews, Bagus mengaku semula ia adalah karyawan di salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Fokus menggeluti kegiatan barunya, Bagus lalu memutuskan berhenti dari statusnya sebagai pegawai. Pada 2012 lalu, ia mulai menjajakan kopinya di pinggir jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan. Tak muluk-muluk, ia hanya menggunakan gerobak.

Ia mengakui, terinspirasi dari minuman capuccino cincau yang sudah lebih dulu muncul di Riau, Pekanbaru sejak 2012. Di sana, minuman ini laku keras dan digemari oleh berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa.

"Saya, kemudian mengajak salah seorang teman untuk membuka bisnis ini. Hanya dengan modal awal sebesar Rp3 juta," ujarnya.

Dia mengungkapkan, bubuk kopi yang ia gunakan sebagai bahan minuman bukan sembarangan. Tetapi, diracik oleh tim khusus di pabrik. Sedangkan cincau hitam dibelinya dari pasar tradisional.

Selama kurang dari satu tahun, Bagus kemudian memiliki dua lokasi tempat jualan. Di daerah Panglima Polim dan Mall Gandaria City. Dia kemudian mengembangkannya menjadi bisnis waralaba.

Saat ini, tercatat 150 Capuccino Cincau waralaba yang tersebar di Jabodetabek dan luar Pulau Jawa, seperti Lampung, Banjarmain, dan Bali. Omzetnya pun tidak main-main.

Mencapai Rp1 Miliar per Bulan
"Pembukaan outlet baru memang sekarang tidak banyak, rata-rata hanya empat hingga lima gerobak per bulan. Omzet terbesar didapat dari penjualan serbuk kopi, mencapai 15 hingga 20 ton sebulan. Sehingga, omzet per bulan kurang lebih Rp1 miliar," ujar Bagus.
 
Bagus menjadi distributor serbuk capuccino. Per bungkusnya, dengan isi 1 kilogram (kg) bisa digunakan untuk 70-75 cup. Selain capuccino, dia juga menyediakan kurang lebih 30 rasa lain untuk minuman bubble tea, atau bubble drink.

Namun, dia sadar betul bahwa berhasilnya usaha yang digelutinya membuat banyak pesaing lain bermunculan dengan menjual minuman serupa. Bagus mengakui, hal itu tak membuatnya khawatir.

"Yang saya utamakan, saat ini adalah pelayanan dan kualitas produk," ujarnya.
Selain itu, Bagus mengaku akan memantau lebih menyeluruh pembeli waralabanya dan memperbanyak varian minuman cincau baru.

"Sistem waralabanya memang beli putus, mereka yang mengelola. Itu yang kemudian menjadi kendala, kami tidak bisa memantau lebih menyeluruh. Ke depan, kami akan perbaiki sistem ini," ungkapnya.

Dia juga berencana membuka waralaba Capuccino Cincau di pusat perbelanjaan. Tampilan luar gerai akan dia perbaiki. "Ini inovasi terbaru dari kami. Sebab, sebelumnya lebih banyak di pinggir jalan, atau di depan minimarket. Kami sedang mendesain masuk ke mal dengan booth. Tahun ini akan mulai buka di mal di daerah Ciledug," jelasnya.

Per tahun, Bagus menargetkan ada 50 pembukaan waralaba baru. Dia optimistis dengan kelangsungan bisnisnya ke depan. Sebab, waralaba yang ia jual cukup murah dan relatif mudah untuk dijalankan. Usaha ini juga tidak membutuhkan tempat yang besar dan permanen.

Bagus memaparkan, paket usaha waralaba Capuccino Cincau yakni hanya membeli satu kali di depan, dengan investasi Rp7,5 juta. Uang itu sudah termasuk ongkos kirim peralatan lengkap berjualan untuk Jakarta dan sekitarnya.

Satu hal yang menguntungkan lagi, ungkapnya, pembeli waralaba tidak dikenakan fee, atau bagi hasil.

Apa Kata Pengamat?
Sementara itu, pengamat bisnis dari Prasetiya Mulya Business School, Istijanto Oei, mengatakan bahwa ke depan waralaba Capuccino Cincau masih bagus dan mampu bertahan di tengah masyarakat.

Meskipun, di sisi lain, dia menyadari bahwa bisnis waralaba minuman ini sangat rentan ditinggalkan penggemarnya. “Waralaba seperti ini memang umurnya tidak akan lama. Butuh inovasi produk, minimal enam bulan sekali harus ada produk baru, atau varian baru. Bisnis (waralaba) ini mampu bertahan ke depannya, syaratnya itu, inovasi,” kata Istijanto kepada VIVAnews.

Selain itu, bisnis yang menyasar segmen pasar kelas menengah ini harus benar-benar menjaga kebersihan dan pelayanannya. “Karena kelas menengah rewel di situ,” ungkapnya. (asp)

Bisnis Quick Chicken Pratikkan Filosofi Jenderal Sudirman
Talkshow Waralaba di pameran Info Franchise dan Business Concept 2016

Ini Ragam Pilihan Bisnis Waralaba dengan Modal Rp3 Juta

Mulai dari bisnis kuliner, perawatan kesehatan hingga pendidikan.

img_title
VIVA.co.id
14 Maret 2016