- ANTARA/Zabur Karuru
VIVA.co.id - Geliat sepakbola Indonesia kembali terganggu. Baru dua tahun berhasil melepaskan diri dari sanksi FIFA, kini Indonesia kembali menghadapi ancaman yang sama setelah Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, membekukan PSSI.
Keputusan ini tertuang dalam surat yang dikirimkan pada 17 April 2015 atau sehari sebelum Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Surabaya, berlangsung. Sanksi dijatuhkan setelah PSSI dianggap tidak mengindahkan tiga surat peringatan (SP) 1, SP2, dan SP3 yang dikirimkan.
Masalah bermula saat Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) menerbitkan nama-nama klub yang diizinkan bertarung di Liga Super Indonesia (ISL) atau saat ini dikenal sebagai QNB League. Dua klub asal Jawa Timur, yakni Arema Cronus dan Persebaya Surabaya, dinyatakan tidak lolos verifikasi karena masalah kepemilikan.
Namun, PT Liga Indonesia selaku verifikator resmi, berkata lain. Mereka tetap menggulirkan QNB League dengan mengikutsertakan kedua tim tersebut. Menpora pun berang, lalu mengeluarkan SP1 yang disusul SP2, SP3, hingga surat pembekuan.
FIFA sebenarnya sudah berusaha menjelaskan bahwa verifikasi klub hanya boleh dilakukan oleh federasi. Lewat suratnya pada 10 April lalu, FIFA juga mengingatkan agar pemerintah Indonesia tidak mencampuri urusan PSSI, karena bertentangan dengan statuta FIFA.
Namun, hal ini tidak digubris pihak Kemenpora. Sebaliknya, menpora berdalih bekerja sesuai dengan Undang-Undang SKN No.3 Tahun 2005.
Tak hanya membekukan PSSI, menpora juga berniat membentuk Tim Transisi yang akan mengambil alih tugas PSSI. Berkaca kepada pengalaman negara-negara lain, langkah ini justru semakin mendekatkan Indonesia dengan sanksi pembekuan oleh FIFA. Ini berarti, kerugian yang sangat besar bagi sepakbola Tanah Air.
Ketua Umum PSSI yang terpilih lewat KLB Surabaya, La Nyalla Mattalitti, tidak kaget dengan langkah menpora. Sebab, menurut dia, upaya membekukan PSSI memang menjadi skenario untuk menjegal langkahnya menjadi orang nomor satu di PSSI.
La Nyalla Mattalitti didampingi pengurus PSSI periode 2015-2019 mengangkat tangan usai Kongres Luar Biasa PSSI. Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Lantas, seperti apa La Nyalla menghadapi sanksi ini dan langkah yang akan dilakukan untuk menyelamatkan Indonesia dari sanksi FIFA? Berikut ini petikan wawancara VIVA.co.id, dengan mantan ketua Badan Tim Nasional (BTN) itu, saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, belum lama ini.
Kapan pertama kali Anda mengetahui kalau menteri Pemuda dan Olahraga (menpora) memutuskan untuk membekukan PSSI?
Saya mendengar kabar itu sesaat setelah kami terpilih. Saya dapat kabar dari voter (pemilik suara) yang hadir di sana (KLB PSSI Surabaya).
Apa reaksi Anda?
Saya santai saja. Karena, saya sudah tahu bahwa sejak awal, keributan semua karena mereka tidak suka sama saya. Saya sudah tahu langkah menpora akan seperti ini. Tapi, bagi saya, jabatan itu bukan milik manusia, tapi milik Tuhan. Jadi, siapa pun ingin menghalangi saya, tapi Allah menginginkan saya jadi ketua umum, maka tidak ada orang yang bisa menghalanginya.
Sebaliknya, siapa pun yang ingin membantu saya jadi ketua umum, kalau garis tangan saya tidak jadi ketua umum, tidak akan bisa. Jadi, siapa pun yang ingin menghalang-halangi siapa pun yang diberi kuasa oleh Allah, itu berarti dia melawan takdir Allah.
Kenapa tidak disukai? Apakah sebelumnya Anda pernah punya ada masalah dengan Menpora?
Saya tidak tahu. Kalau dari saya sebenarnya tidak pernah punya masalah dengan menpora, tapi tidak tahu dengan dia. Coba tanyakan langsung kepada yang bersangkutan.
Sebagai ketua umum terpilih, seperti apa Anda menyikapi pembekuan ini?
Pemerintah itu sifatnya adalah sebagai regulator, bukan eksekutor. Tapi, yang ada sekarang ini, regulator ingin jadi eksekutor. Contohnya BOPI. BOPI didirikan kalau ingin membantu pemerintah untuk memverifikasi, tapi bukan verifikasi secara detail. Bukan begitu. Harusnya itu kan tugas Liga Indonesia (PT Liga Indonesia).
Club Licensing itu yang memverifikasi PSSI dan orang-orangnya berlisensi, mereka harus punya background yang jelas. Sampai saat ini, kami juga tidak tahu siapa saja yang menjadi tim verifikasi BOPI.
Seorang pria duduk di depan Kantor PSSI di Kompleks GBK Senayan, Jakarta. Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A.
Sebelum membekukan PSSI, menpora telah mengirim tiga surat peringatan. Bagaimana sebenarnya sikap PSSI terkait surat peringatan tersebut?
Yang ditegur isinya cuma satu, kenapa melibatkan Arema dan Persebaya? Memangnya Arema dan Persebaya masalahnya apa? Saya kembali tanya, kenapa kok tidak bisa ikut?
Komunikasinya ini saya tidak tahu seperti apa. Ini harusnya yang menjelaskan Liga Indonesia. Kalau alasannya dualisme itu, tidak bisa. Karena itu sesuai hasil Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel Borobudur 2013. (Bahwa kompetisi strata I diikuti oleh 18 klub Indonesia Super League (ISL) hasil kompetisi 2013 dan empat klub Indonesian Premier League musim 2013 dengan catatan tidak termasuk Persema Malang, Arema IPL, Persija IPL, Persibo Bojonegoro, dan Persebaya IPL). Jadi, sudah tidak ada masalah.
Lantas, apa upaya Anda untuk menyelamatkan Indonesia dari sanksi FIFA?
Kami akan berusaha sekuat tenaga agar Indonesia tidak sampai di-suspend oleh FIFA, karena ini akan merusak sepakbola Indonesia.
Di dalam negeri, kami akan berusaha melobi pemerintah untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan ini. Kami telah bertemu dengan Puan Maharani (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia). Kami sudah jelaskan semuanya. Sejauh ini hasilnya bagus.
Kami juga sudah bertemu Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Dan hasilnya juga bagus. Kami juga sudah bertemu dengan DPR. Semua sudah kami jelaskan. Tanggapannya juga bagus.
Nah sekarang, tinggal menpora ini, Kalau dia tidak mau, ini ada apa? Kenapa ngotot. Ada apa di balik ini? Kami juga telah mendaftarkan gugatan terhadap keputusan menpora ke PTUN. Setelah itu, kami akan melobi FIFA. Rencananya kami akan bertemu mereka, 30 April 2015.
Bagaimana komunikasi dengan menpora?
Kami akan tetap berusaha menemui menpora. Kemarin (Senin, 20 April 2015) kami sudah ke sana, tapi tidak diterima. Besok, kami akan ke sana lagi (juga gagal bertemu menpora). Kalau tidak diterima juga, kami akan coba lusa. Kami akan coba sampai tiga kali.
Kalau sampai tiga kali tidak diterima juga, berarti menpora memang tidak menghargai kami. Karena itu, kami juga akan berlaku sama.
Pihak menpora selalu mengatakan bahwa PSSI selalu berlindung di balik FIFA. Apa pendapat Anda?
Wajar, kami berlindung di sana karena kami anggotanya FIFA.
Setelah membekukan PSSI, menpora berniat membentuk Tim Transisi. Apa tanggapan Anda?
Kalau itu mengatasnamakan PSSI, pasti akan saya tuntut. Kalau dia (menpora) ingin bikin kongres, landasannya apa? Itu adalah pembuatan yang liar, dan pasti akan tuntut. (art)