Merajut Mimpi ke Olimpiade Rio

- ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Cabor balap sepeda (BMX Supercross) yang mengutus satu atlet sebenarnya hampir saja tidak ikut Olimpiade 2016. Cabor ini telah dicoret dari daftar 13 cabor yang akan diberangkatkan. Namun, dengan perjuangan dan pembuktian, PB. ISSI selaku induk federasi olahraga sepeda tertinggi di Indonesia, sukses meloloskan wakilnya.
Hal ini dijelaskan oleh Raja Sapta Oktohari - Chef de Mission atau Kepala Kontingen Indonesia untuk Olimpiade Rio. Okto - yang juga memimpin Pengurus Besar Persatuan Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) - menceritakan secara singkat perjalanan Toni Syarifudin lolos ke Brasil. Dimulai dari menggelar kejuaraan BMX di Siak (Riau) dan Banyuwangi, setelah itu mengikuti kejuaraan dunia di Kolombia bulan Maret lalu, Toni lolos secara dramatis.
Okto juga menceritakan sebelumnya PB. ISSI justru fokus kepada atlet wanita, Elga Kharisma. Namun, setelah mengikuti beberapa ajang, PB. ISSI justru lebih memilih memberangkatkan Toni.
"Sebelum kita berangkat pra-kualifikasi di Kolombia, kami berpikir untuk coba menjemput bola. Kami menggelar kejuaraan di Siak dan Banyuwangi agar kami terus meningkatkan poin. Dari situ poin kita terus meningkat. Performa Toni terus melonjak secara signifikan," kata Okto.
Indonesia akhirnya lolos ke Olimpiade, lewat sistem kuota. Indonesia mengisi kuota kosong yang sebelumnya ditunjukkan untuk Brasil sebagai tuan rumah. Sebab, Brasil yang memiliki poin cukup sudah lebih dulu dipastikan lolos.
Terakhir adalah cabor renang, Glenn Victor dan Venisia Yessy Yosaputra dipercaya oleh PRSI untuk mewakili Indonesia di Olimpiade 2016. Glenn yang akan turun di nomor 100 meter gaya punggung putra dan Yessy di nomor 200 meter gaya punggung putri mendapatkan wild card dari FINA (federasi renang dunia).
Target Realistis
Bicara soal target, menurut Okto, Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) serta Satlak Prima (Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas) pernah menyampaikan bahwa target di Olimpiade 2016 ini adalah dua emas. Okto juga mengatakan kalau target tersebut bisa tercapai dan tugasnya sebagai CdM adalah memaksimalkan perforam para atlet yang turun bertanding nanti.
"Saya sudah beberapa kali dengar (target) dua emas. Karena itu disampaikan langsung oleh Satlak Prima dan Kemenpora juta, bahwa targetnya dua emas. Saya kira memiliki target itu bisa-bisa saja, tentunya saya selaku CdM dan tim yang akan terlibat akan memaksimalkan performa para atlet. Para atlet ini kami terima dengan kondisi yang sudah matang, tinggal dijaga supaya saat sampai di sana (Rio de Janeiro) jangan sampai basi. Kalau diibaratkan sebagai barang yang sudah matang, kalau salah dijaga ya bisa basi, busuk, dan tidak ada gunanya lagi," ungkap Okto.
Maria Londa, atlet lompat jauh
"Jadi, kami menjaga tingkat kematangannya, tingkat kematangannya, menjaga mood dan emosionalnya. Sehingga, saat mereka mengikuti pertandingan di Brasil nanti mereka dalam kondisi paling fit dan high performance. Olimpiade ini adalah paripurna multievent olahraga dunia. Jadi, kami mau memaksimalkan para atlet ini," lanjutnya.
Sedangkan dari KOI (Komite Olimpiade Indonesia) memang tidak menyebutkan target yang harus dicapai oleh kontingen Olimpiade. Namun Wakil Ketua Umum, Muddai Madang berani memprediksi Indonesia sangat mungkin membawa pulang tiga medali emas dari cabor bulutangkis dan angkat besi.
"KOI tidak membebankan kepada atlet, tetapi hanya memprediksi. Kami memprediksi kita bisa meraih tiga medali emas. Dasarnya adalah buluntangkis kita semua tahu, Indonesia punya ganda putra terbaik di dunia. Kemudian dari perjalanan selama turnamen selama bulutangkis dan kualifikasi, tunggal putra kita memiliki tren menanjak. Sehingga, ini memberikan harapan. Ditambah, kami melihat kedisiplinan para atlet bulutangkis dalam berlatih juga spirit dalam bertanding, menambah keyakinan kami bulutangkis bisa menyumbang dua medali emas.Â
Selain itu, kami juga berkomunikasi intens denga para atlet, pengurus cabang olahraga (cabor), dan Satlak Prima. Jadi, prediksi ini ada dasarnya dan kami bukan sembarangan bicara. Tapi, prediksi ini kan harus tergantung juga dengan keadaan di lapangan nanti. Yang jelas peluang di bulutangkis cukup besar. Itu untuk yang sektor putra," lanjut Muddai.
"Kemudian angkat besi. Angkat besi itu ada Eko Yuli Irawan dan Tri Triatno. Dua atlet ini sangat potensial di kelas mereka. Jadi, kami yakin satu diantara kedua atlet ini ada yang menyumbang emas. Entah itu Tri atau Eko. Saya cukup akrab dengan mereka, saya lihat mereka punya semangat yang tinggi. Dengan semangat yang tinggi saya rasa itu bisa mengangkat mental mereka," ujarnya lagi.
Bonus Besar
Menurut Okto, selama masa persiapan, baik cabor maupun kontingen tidak menghadapi kendala berarti. Pemerintah dalam hal ini memberikan dukungan penuh dari segala aspek, termasuk pendanaan.
"Sejauh ini tidak ada masalah dan kendala yang krusial. Tidak ada masalah yang krusial selain tantangan yang ada di Rio. Kita hampir bisa menyelesaikan semua masalah. Soal komunikasi, saya senantiasa berhubungan dengan seluruh atlet, kita punya grup (instan messaging) yang isinya pelatih dan atlet," kata Okto.
"(Masalah dana) enggak ada. Kami mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Contohnya, kami bisa berangkat dengan duduk di business class, Pak Menteri (Menpora Imam Nahrawi) juga mengawasi terus, Pak Cipto (Achmad Soetjipto/Ka. Satlak Prima) juga ikut mengawasi terus, selalu komunikasi dengan baik dengan kita. Menurut saya ini adalah sebuah titik balik bagi Indonesia. Kalau semua ini bisa dijaga dengan baik, Indonesia bisa mencapai prestasi terbaik," lanjut dia.
Punya tugas berat mengharumkan nama bangsa pada gelaran multievent paling bergengsi itu, kontingen Indonesia pun dijanjikan imbalan setimpal bila mampu meraih prestasi. Kemenpora lewat Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Gatot Dewa Broto mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan bonus Rp5 miliar untuk penyumbang medali emas.
Angka yang cukup wah, karena jumlahnya lima kali lipat dari Olimpiade 2012 silam, di mana pemerintah hanya menjanjikan bonus Rp1 miliar bagi atlet yang membawa pulang medali emas.
"Kami sadar, kami harus memanjakan para atlet. Kami juga merasa wajib memenuhi apa yang seharusnya menjadi hak mereka," kata Gatot. Dia bahkan mengungkapkan bonus yang akan diterima para atlet berprestasi di Rio akan jauh lebih besar dari yang diterima saat Olimpiade London
"Bonus kali ini kami akan tingkatkan lima kali lipat dibandingkan Olimpiade London. Untuk (peraih medali) emas Rp5 miliar, perak Rp2 miliar, dan perunggu Rp1 miliar," lanjut Gatot.
(ren)