SOROT 479

Wabah Dunia dan Gerakan Antivaksin

Pemberian Vaksin Campak Rubella
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra

VIVA – Pria berewokan itu penuh percaya diri. Ia berdiri sendirian di panggung presentasi. Di hadapannya ratusan pasang mata menatap kagum dan tersihir ucapan pria itu.

8 Mitos Vaksin di Balik Wabah Campak: Autisme hingga Konspirasi Barat

Dialah Bertrand Zobrist, ahli bidang genetika kedokteran terkenal dunia. Dia mempresentasikan populasi di muka bumi yang kian melonjak dan terus menyesaki dunia.

Zobrist mengatakan, butuh 100 ribu tahun untuk mencapai populasi satu miliar di dunia dan butuh 100 tahun agar populasi manusia bertambah menjadi dua miliar. Zobrist terus melanjutkan presentasinya. Kata dia, butuh waktu 50 tahun untuk membuat populasi dunia menjadi 4 miliar pada 1970. "Dan butuh waktu 50 tahun lagi untuk mencapai populasi 8 miliar jiwa di dunia," kata dia.

Difteri Jadi Penyakit Langganan di Indonesia, Ternyata Ini Penyebabnya

Sorot mata Zobrist makin serius. Dia menatap semua hadirin yang khikmad menyimak. Dengan pertumbuhan populasi dunia itu, Zobrist berpendapat, lama-lama dunia akan sangat sesak. Telunjuknya menuju ke layar, dia menganalogikan pertumbuhan populasi itu dengan air yang dikucurkan di dalam gelas. Air akan cepat mengisi penuh gelas tidak sampai semenit, dan setelahnya air akan meluber.

Seperti air mengisi gelas itu, kata dia, populasi manusia akan makin terus tumbuh, dan jika tak dihentikan akan seperti air dalam gelas tersebut.

Broadcast Viral Cabe Bubuk Picu KLB Difteri, Kepala Dinkes: Itu Hoax

Zobrist menggeser sedikit tubuhnya. Dia berucap, dalam 40 tahun ke depan, akan ada 32 miliar jiwa menyesaki dunia. "Setiap wabah di Bumi adalah akibat overpopulasi," jelas Zobrist.

Latihan Renang khusus bayi di mesir

Sejumlah orang tua saat mengikuti kelas latihan berenang untuk bayinya di Kairo, Mesir. (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)

 

Namun menurutnya, langkah pengendalian kelahiran untuk menekan overpopulasi tidak efektif. "Itu keterlaluan, melanggar hak-hak Anda,” ujarnya. Nada Zobrist meninggi dan berteriak, pengendalian kelahiran pasti melanggar privasi orang, dan mengganggu hak asasi orang. Nadanya kemudian menurun.

"Ada lima kepunahan besar dalam sejarah kita, dan jika kita tak bertindak kitalah selanjutnya yang akan punah. Waktu kita hampir habis," ujar Zobrist, seraya tangannya memutar menunjuk semua penjuru hadirin di ruangan.  

Materi presentasi di layar berakhir. Layar gelap, ruangan turut gelap.

Tepuk tangan membahana dari ruangan tersebut. Zobrist meninggalkan ruangan saat hadirin masih bertepuk tangan dan berdiri. Hadirin dari seluruh dunia terpukau dengan presentasi overpopulasi dunia Zobrist tersebut.

Idenya tentang overpopulasi manusia langsung menarik perhatian dunia, dan membuat WHO tersentak. Terutama gagasannya tentang mengatasi overpopulasi dikenal dengan trans humanisme, yang berlambangkan H+. Dengan gagasan itu, Zobrist menghipnotis orang dan meyakinkan orang bahwa cara terefektif menyelamatkan umat manusia yakni mengurangi populasi hingga sepertiga dari populasi saat ini.

Solusinya langsung ditolak mentah-mentah oleh WHO. Namun idenya tidak bisa dibendung. Ia menyewa konsorsium rahasia dunia, The Mendacium. Zobrist menciptakan wabah yang akan mengurangi populasi dunia secara perlahan.

Wabah yang disebarkan dan ditanam di sebuah tempat tersembunyi merupakan virus yang bertindak sebagai vektor (pembawa) yang akan masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengubah struktur DNA manusia.  

Orang yang terinfeksi virus ini tidak akan merasa bahwa dirinya sedang terinfeksi. Virus ini akan mengubah struktur DNA manusia sehingga manusia yang terinfeksi tidak akan mampu bereproduksi (mandul). Harapannya, wabah itu akan menekan populasi dunia sehingga menjadi sesuai keinginannya, bisa menjadikan populasi dunia tinggal sepertiga dari populasi saat ini.

Cerita soal wabah penyakit yang digagas Zobrist ini merupakan cuplikan dari film Inferno 2016 yang diangkat dari novel Dan Brown.

Wabah Dunia

Namun wabah penyakit tidak hanya muncul di layar bioskop. Di dunia nyata, beberapa wilayah di belahan dunia diketahui beberapa kali terserang wabah penyakit mematikan. Sama halnya dengan wabah berbahaya yang ingin disebarkan Zobrist dalam film tersebut, wabah penyakit yang melanda dunia juga membuat khawatir pemerintah negara bersangkutan dan WHO.  

Selain difteri di Indonesia, wabah seperti campak pernah melanda Amerika Serikat belum lama ini. Peneliti kesehatan memastikan wabah campak terbesat dalam tiga dekade di Minnesota, AS terjadi karena meningkatnya penolakan terhadap vaksin.

Sejak wabah itu teridentifikasi pada April 2017, muncul 48 kasus campak pada Mei 2017. Sebanyak 46 anak dan balita yang terkena wabah campak merupakan keturunan Amerika-Somalia yang tak divaksin. Departemen Kesehatan Minneapolis dikutip dari CNN, menegaskan orangtua anak-anak korban wabah itu telah menjadi target propaganda antivaksin.

Departemen tersebut juga mengatakan, wabah ini muncul dan menyebar dari komunitas Somalia yang menolak vaksin dengan berbagai alasan. Gerakan antivaksin juga sempat merepotkan Amerika Serikat.

Komunitas orang keturunan Somalia di Minnesota yang menolak vaksin memang terus meningkat. Alasannya vaksin bisa menyebabkan autisme pada buah hati mereka. Padahal penelitian telah membuktikan, tak ada efek samping vaksin Measles, Mumps, and Rubella (MMR), seperti autisme pada anak.

Dikutip dari Vox, Negeri Paman Sam sudah sejak 1960-an dilanda kengerian wabah campak. Kala itu muncul 4 juta kasus wabah campak. Drai jumlah ini sebanyak 48 ribu dirawat inap dan 500 kematian akibat campak terjadi tiap tahun. Wabah ini mendorong pemerintah AS mengeluarkan vaksin pada 1963.

Pada 2000, AS telah menyatakan virus campak bisa dihilangkan. Warga banyak diimunisasi sehingga wabah dan kematian ini pada awal milenium jarang terjadi.

Seorang bidan menunjukkan vaksin campak dan vaksin bcg yang asli di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, Jakarta, Selasa (28/6/2016)

Petugas kesehatan sedang menunjukkan vaksin campak dan BCG. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)

 

Satu dekade berjalan, wabah campak melanda Texas. Kala itu seorang pastur mengajak anak-anak untuk melawan vaksinasi. Pada 2014, pejabat AS mencatat ada lebih dari 664 kasus campak terjadi di 27 negara bagian AS.

Ini merupakan wabah besar dalam dua dekade terakhir. Mewabahnya kembali campak di AS ini dikaitkan dengan eksistensi kelompok antivaksin, salah satunya komunitas Amish, kelompok orang antimodernitas di Ohio.

Setahun kemudian, pemerintah AS juga dibuat pusing dengan munculnya kembali wabah campak hingga hampir 150 kasus. Wabah yang berasal dari Disneyland di California ini juga terkait masyarakat yang menolak vaksin.

Meningkatnya wabah campak ini mengkhawatirkan para orangtua dan sekolah di California. Orangtua takut anak mereka terjangkit campak dari anak-anak yang tak mendapat vaksinasi di sekolah. Sementara sekolah mengambil langkah pencegahan penyebaran wabah, yakni merumahkan anak-anak yang menolak divaksin.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan ada kaitan antara meningkatnya wabah campak dengan gerakan antivaksin. CDC menunjukkan pada 2014, 79 persen kasus campak di Negeri Paman Sam melibatkan orang tak yang mau divaksin, dengan beragam alasan.

Beberapa alasan dari orangtua di AS yang menolak vaksin yakni berlandaskan pada pandangan pribadi yang prinsip dan keyakinan agama. Hanya orangtua di negara bagian  Mississippi dan West Virginia yang dilarang menolak vaksin dengan klaim pengecualian filosofis atau agama. Negara bagian Colorado, termasuk yang paling buruk vaksinasinya, mencapai 82 persen. Orangtua di negara bagian ini menolak vaksin dengan alasan yang filosofis.

Sedangkan di Minnesota, pejabat kesehatan setempat menawarkan vaksin MMR untuk menghadang penyebaran virus campak. Vaksin diberikan pada anak dalam dua dosis yakni anak 12 bulan dan anak usia 4 sampai 6 tahun. Pejabat kesehatan di sana juga meminta anak yang tinggal di daerah mewabahnya campak untuk segera mendapatkan dosis kedua, paling tidak 28 hari setelah dosis pertama.

Mengeksekusi pencegahan wabah, semua anak keturunan Somalia di Minnesota menerima vaksin pertama pada awal April 2017. Penyedia layanan kesehatan di seluruh negara bagian ini turun tangan untuk merekomendasikan pemberian vaksin kedua lebih awal.

Pejabat kesehatan Minnesota merekomendasikan semua anak berumur 12 bulan dan lebih tua yang tak menerima vaksin MMR harus segera diberi vaksin pertama. Badan kesehatan tersebut juga meremendasikan orang dewasa yang lahir pada 1957 atau sesudahnya. Tidak hanya itu, warga yang belum menerima vaksin dan tak pernah terkena campak sekali pun, harus divaksin.

Gerak gesit dan kekhawatiran pemerintah negara bagian AS atas menyebarkan campak bukan tanpa alasan. Sebab campak bisa menyebar begitu cepat. Laman Vox menuliskan, dalam populasi tanpa imunisasi, satu orang terkena campak bisa menginfeksi 12 sampai 18 orang lainnya. Tingkat keganasan penularan campak ini lebih mengerikan dibanding virus Ebola, HIV, SARS.

Director of Infectious Disease Epidemiology, Prevention and Control Division Departemen Kesehatan Minnesota, Kristen Ehresmann mengatakan, campak adalah penyakit yang serius. "Anda bisa terkena pneumonia dan dehidrasi dan orang bisa mati karena campak. Jadi kami mengambil langkah yang serius," ujar Ehresmann.

Sedangkan Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Infeksi Universitas Minnesota, Michael Osterholm membandingkan kengerian wabah campak ini dengan bencana kebakaran hutan. Campak bisa cepat menular layaknya jilatan api dalam kebakaran hutan, jika tidak segera ditangani dengan tepat. Campak menurutnya salah satu yang paling menular dari semua agen penyakit menular.

"Jika Anda mengalami wabah besar dari sebuah komunitas seperti orang Somalia-Amerika, percikan api terbang keluar dari api dan menyalakan api di sekitar negara bagian. Itulah yang kami khawatirkan," ujarnya.

Vaksin difteri

Kabupaten Garut KLB Difteri, Ini Tanda Gejala dan Cara Pencegahannya

Apakah itu difteri? Penyakit ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, masalah irama jantung dan bahkan kematian. Difteri diketahui juga dapat menularkan ke orang lain.

img_title
VIVA.co.id
2 Maret 2023