-
VIVA – Abimana Aryasatya muncul tergesa-gesa dan langsung menyapa kami, tim VIVA, dengan raut wajah yang begitu lelah. Sudah pukul 20.30 WIB saat itu, kami adalah tim terakhir yang ditemuinya usai rangkaian promosi Gundala yang dijalaninya seharian.
"Capek banget ya, Mas?" sapa saya mempersilakan Abimana beristirahat sejenak.
"Enggak, kok, enggak," katanya cengar-cengir. Sang istri, Inong Ayu, menyahut, suaminya agak lelah karena mengendarai sendiri motornya menuju lokasi theatre visit Gundala, yang sekaligus menjadi tempat kami wawancara, di XXI Blok M Square.
"Tampak bahagia, jangan tampak kurang tidur," wanita yang akrab disapa Ibu Inong itu menyemangati suaminya yang memang sedang padat aktivitas roadshow, keliling berbagai kota untuk mempromosikan filmnya sejak tayang Kamis, 29 Agustus 2019 lalu.
Abimana tertawa lagi. Sudah sepekan sejak Gundala melenggang di bioskop. Tepat malam itu, Rabu, 4 September 2019, Gundala akhirnya melampaui satu juta penonton. Namun bagi Abi, jumlah penonton terasa lebih bermakna bagi para produser dibanding para pembuat film.
"Bahagia saya bahagia," katanya dengan nada yang lebih ceria. "Sebagai filmmaker, bukan jumlah penonton yang jadi patokan sebenarnya. Kalau kita, penontonnya happy, kita merasa sudah melakukan tanggung jawab kita," kata aktor pemeran Sancaka ini terkait perolehan satu juta penonton Gundala di bioskop.
Film yang disutradarai Joko Anwar itu memang mendapat respons positif dari para pengamat dan penikmat sinema. Gundala yang mengangkat kisah jagoan Indonesia dari komik Hasmi pada tahun 1969 dinilai berhasil menyajikan cerita lokal yang relevan dengan kondisi kekinian, tanpa harus memaksakan efek visual yang kerap masih jadi kelemahan bagi produksi film Indonesia. Hasilnya, bukan cuma asyik ditonton karena jalan ceritanya, tapi juga teknik CGI yang ditampilkan, halus dan pas.
Gundala adalah film yang dikerjakan dengan penuh komitmen dan dedikasi yang tak main-main oleh Abimana, dan sang istri, tentunya. Inong Ayu yang duduk menemani Abi dalam wawancara kami, tak kuasa menahan haru melihat Gundala bisa diterima dengan baik sejauh ini.
Meski kamera kami tak bisa menangkap ekspresi lelah, puas, dan bangga Inong, namun istri Abimana itu antusias ketika meneriakkan perasaannya.
"Aku nangis doooooong. Aku nangiiiss, terharuuu," seru wanita pemilik nama asli Nidya Ayu Riandri tersebut, dengan suara keras, agar penonton dan pendengar wawancara kami mengetahui luapan hatinya.
Abimana menatap sang istri penuh syukur, berterima kasih karena pencapaiannya sebagai Sancaka/Gundala, juga berkat wanita tangguh itu. Dia mengenang perjalanan Gundala-nya sejak 1,5 tahun belakangan. Inong, merengek, memintanya menerima peran tersebut. Namun tak langsung diiyakan Abi, sebab dia tahu, pekerjaan itu tidak mudah.
"Saya bilang ke dia, 'Ini akan kerja keras lho, siap enggak? Bukan hanya selewat gitu aja, kita harus mempersiapkan diri dan kerja keras sampai ke ujung, termasuk siap dengan konsekuensinya. Kalau udah ambil Gundala, kita harus lupain yang lainnya. Kita harus fokus sampai akhir,'" cerita Abimana, serius.
Benar saja, kerja sama mereka berdua sebagai tim dalam kehidupan berkeluarga dan bekerja, tak main-main. Pembagian tugas dilakukan. Inong bertanggungjawab untuk urusan jadwal dan asupan nutrisi yang harus dikonsumsi Abimana. Mereka harus menjaga tubuh Abi kurus, tapi cukup berotot, karena tempaan hidup yang dialami Sancaka.
"Sancaka kan dari kecil lari terus, enggak tahu kenapa dia lariiii terus, kan. Jadi enggak mungkin, Sancaka besar tiba-tiba sehat gitu, jadi harus kurus, kalau lari terus kan, kamu akan kurus," kata Abi.