Deretan Fakta Buktikan Azerbaijan di Ambang Kemenangan Perang

VIVA Militer: Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev (tengah)
Sumber :
  • Azertag.az

VIVA – Sudah hampir dua pekan Perang Armenia-Azerbaijan meletus di Nagorno-Karabakh (Artsakh). Sederet fakta membuktikan pasukan Angkatan Bersenjata Azerbaijan sudah berada di ambang kemenangan. Meski di sisi lain, Armenia mengklaim masih memiliki rencana untuk membuat pertempuran terus berlanjut.

Putin Resmi Dilantik Jadi Presiden Rusia, Lanjut Menjabat 6 Tahun Lagi

VIVA Militer melaporkan dalam berita, Selasa 6 Oktober 2020, jika Angkatan Bersenjata Azerbaijan memiliki armada tempur yang jauh lebih kuat dari militer Armenia. 

Buktinya saat pertempuran baru berjalan tiga hari, Kementerian Pertahanan Azerbaijan berani mengklaim bahwa pasukannya telah menghabisi nyawa 2.300 orang tentara Armenia, dan mengancurkan sejumlah kendaraan tempur dan artileri.

Rusia Ngamuk dan Ancam Serang Instalasi Militer Inggris, Apa Sebabnya?

Tak hanya itu, Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengungkap jika pasukan Azerbaijan telah berhasil merebut sejumlah desa di wilayah Nagorno-Karabakh dari pendudukan tentara Armenia. Lewat akun Twitter pribadinya, Aliyev memastikan ada tujuh desa di tiga distrik, yang berhasil dikuasai oleh pasukan Azerbaijan.

"Hari ini, Pasukan #Azerbaijan telah membebaskan desa Talish distrk Terter, Mehdili, Chaxirli, Ashagi Maralyan, Sheybey dan Guyjag distrik Jabrayil, dan Ashagi Abdurrahmanli distruk Fizuli #Karabakh adalah #Azerbaijan!" bunyi pernyaataan Aliyev.

Nyolong, Sersan Gordon Black Diringkus Polisi Rusia

Tak hanya tujuh desa yang berhasil direbut pasukan Azerbaijan. Aliyev juga mengumumkan pasukan Azerbaijan telah berhasil mengambil alih kota Madagiz. Bendera Azerbaijan kembali berkibar di kota Madagiz, yang oleh Republik Artsakh namanya sempat diganti menjadi Sugovushan, Sabtu 3 Oktober 2020.

Fakta lain yang membuktikan jika pasukan Armenia sudah sangat terdesak adalah kedatangan Perdana Menteri Nikol Pashinyan ke Nagorno-Karabakh, untuk bertemu langsung dengan Presiden Republik Artsakh, Arayik Harutyunyan, dan Panglima Pasukan Pertahanan Artsakh, Mayor Jenderal Jalal Harutyunyan.

Pertemuan itu membahas kondisi pasukan gabungan militer Armenia dan Artsakh di garis depan. Pihak Armenia mengklaim, rapat tertutup antara pejabat tinggi politik dan militer Armenia-Artsakh adalah untuk menyiapkan rencana serangan balasan terhadap pasukan Azerbaijan.

Posisi Armenia yang semakin terdesak ternyata tak membuat Rusia mau datang menolong. Meskipun Rusia adalah sekutu terbesar Armenia, Negeri Beruang Merah sepertinya enggan memberikan dukungannya dalam perang melawan pasukan Azerbaijan. Padahal, Armenia dan Rusia terikat dalam Pakta Pertahanan Keamanan Bersama (CSTO).

Presiden Vladimir Putin menegaskan, Rusia sama sekali tidak memiliki kewajiban membantu Armenia. Pasalnya, Armenia terlibat perang yang tidak berada dalam teritorialnya. Seperti yang diketahui, Nagorno-Karabakh bukan bagian dari teritorial Armenia meskipun penduduk mayoritasnya adalah etnis Armenia.

"Rusia tidak memiliki kewajiban untuk membela Armenia. Karena, konfliknya dengan Azerbaijan tidak terjadi di wilayah Armenia," ucap Putin dikutip VIVA Militer dari Daily Sabah.

Sejumlah pengamat militer dunia yakin, Perang Armenia-Azerbaijan tidak akan memakan waktu hingga tiga pekan. Sebab, Pashinyan kembali mendeklarasikan keinginannya untuk melakukan negosiasi gencatan senjata. Namun lagi-lagi, Pashinyan memberi syarat agar Turki yang merupakan sekutu Azerbaijan menarik tentara bayarannya dari Artsakh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya