Genap Setahun Invasi Militer Rusia, Presien Zelensky Akui Ukraina Babak Belur

VIVA Militer: Konvoi tank Angkatan Bersenjata Federasi Rusia di Ukraina
Sumber :
  • dw.com

VIVA – Hari ini, Jumat 24 Februari 2023, genap satu tahun lalu armada militer Rusia menginvasi negara tetangganya, Ukraina. Ratusan ribu nyawa melayang, baik dari kubu Rusia maupun Ukraina. Pun dengan warga sipil yang ikut menelan kenyataan pahit.

28 Perwira TNI AU Terima Brevet Kehormatan Setia Waspada Paspampres, Siapa Saja Mereka?

Agresi Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) ini adalah episode lanjutan dari Perang Rusia-Ukraina pertama pada 2014. Keinginan Ukraina bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), membuat Rusia murka. 

Hal ini yang jadi salah satu alasan Vladimir Putin menurunkan perintah menyerang Ukraina. Tak hanya itu, Rusia juga mengklaim ingin menyatukan dua oblast (provinsi) di wilayah timur Ukraina ke dalam kedaulatan negaranya. 

Letjen TNI Saleh Mustafa Buka Kejuaraan Taekwondo Pangkostrad Cup 2024

Seperti yang diketahui, ada dua kelompok separatis pro-Rusia, Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR). Keinginan kedua wilayah lepas dari Ukraina, harus dibayar mahal dengan perang yang merenggut jutaan korban.

VIVA Militer: Mayat tentara Ukraina di Republik Rakyat Donetsk

Photo :
  • Twitter/@rf200_now
'Bravo Zulu' Kapal Selam TNI AL KRI Alugoro-405 Tembakkan Torpedo Black Shark di Selat Bali

Di sisi lain, Donetsk dan Luhansk diakui kedaulatannya oleh Rusia. Kremlin menggelar referendum di Donetsk dan Luhansk, serta di dua wilayah lainnya, Kherson dan Zaporizhzhia.

Dilansir VIVA Militer dari The Moscow Times, Putin mengumumkan hasil referendum berupa lepasnya keempat wilayah dari Ukraina. Di sisi lain, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menolak hasil tersebut dan memastikan keempat wilayah masih bagian dari negaranya.

Dari medan pertempuran, VIVA Militer menyoroti keberhasilan pasukan Rusia saat menggempur kota pelabuhan Mariupol, mulai 24 Februari hingga 20 Mei 2022.

Militer Rusia yang didukung oleh sekutunya mengepung kota ini, dan terlibat kontak tembak dengan unit Neo-Nazi, Batalyon Azov dari Garda Nasional Ukraina.

VIVA Militer: Pasukan Resimen Azov, unit Neo-Nazi Ukraina

Photo :
  • aif.ru

Setelah dua bulan terkepung dan bersembunyi di balik pabrik baja Azovstal, pasukan ultra-nasionalis Ukraina itu akhirnya menyerah. Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari The Kyiv Independent, lebih dari 4.000 tentara Ukraina tewas selama pengepungan Mariupol.

Kemudian yang tak kalah mengerikan adalah direbutnya kota Soledar di Republik Rakyat Donetsk, Januari 2023 lalu. Pertama kali Rusia diklaim berhasil merebut kota tambang garam terbesar di Ukraina, justru oleh tentara bayaran Wagner Group.

Sejumlah personel Wagner Group berfoto di salah satu tambang bersama sang pendiri sekaligus pemimpin, Yevgeny Prigozhin. Sejumlah pejabat Ukraina membantah kabar tersebut. 

Hingga akhirnya, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Ukraina, Jenderal Valerii Zaluzhnyi, mengakui kekalahan pasukannya di Soledar. Zaluzhnyi bahkan memerintahkan pasukan Ukraina mundur ke Artyomovsk (Bakhmut).

VIVA Militer: Tentara bayaran Rusia, Wagner Group

Photo :
  • ria.ru

Ternyata, keunggulan militer Rusia membuat pergerakannya tak bisa dibendung pasukan Ukraina. Akhir pekan lalu, Zelensky memastikan jika kota Artyomovsk juga telah jatuh ke tangan pasukan Rusia.

Yang terbaru, Zelensky menandai setahun invasi militer Rusia dengan pernyataan miris. Ia menyebut jika saat ini situasi di front timur sangat memprihatinkan.

Meski tak dijelaskan secara detail bagaimana kondisi pasukan Ukraina di Donetsk dan Luhansk, kalimat yang dilontarkan Zelensky cukup menunjukkan kekalahan telak yang dialami di wilayah tersebut.

Tak cuma di timur, front selatan juga terancam dilibas penuh oleh militer Rusia. Seperti yang diketahui, di wilayah selatan ada dua daerah yang oleh Rusia diakui kedaulatannya, Kherson dan Zaporizhzhia.

VIVA Militer: Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky

Photo :
  • rnz.nz

"Situasi di timur sangat sulit. Menyakitkan. Tapi kami melakukan segalanya untuk bertahan. Situasi di arah selatan agak berbahaya," ujar Zelensky dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, RIA Novosti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya