Tentara Ukraina Tangkap Puluhan Ribu Rakyat Sendiri Gara-gara Kabur dari Wajib Militer
- unian.info
VIVA – Puluhan ribu warga Ukraina memilih untuk melarikan diri dari negaranya, setelah menolak untuk mengikuti wajib militer. Padahal, saat ini operasi serangan balik militer Ukraina tengah mengalami kemunduran.
VIVA Militer melaporkan dalam berita sebelumnya, militer Ukraina telah mendesak warga sipil untuk segera mendaftar wajib militer.
Desakan Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) terhadap warga sipil, menjadi bukti kemunduran operasi kontra ofensif terhadap pasukan militer Rusia di front timur.
"Saat ini saya ingin mengingatkan semua orang, bahwa tugas untuk membela negara mereka sudah tertanam dalam Konstitusi Ukraina, dan untuk siap memenuhi tugas melindungi Ukraina," ujar Fityo.
VIVA Militer: Warga Ukraina ditangkap karena kabur dari wajib militer
- nv.ua
"Seseorang harus datang ke pusat perekrutan teritorial dan dukungan sosial (kantor pendaftaran) untuk memperbarui kredensial Anda," katanya dikutip VIVA Militer dari Russia Today.
Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan jika aksi militer Ukraina telah gagal. Sejak operasi serangan balik dilancarkan, lebih dari 90.000 tentara Ukraina tewas dalam pertempuran.
Sayangnya, desakan militer Ukraina justru tak diindahkan para warga. Kepala Penjaga Perbatasan Ukraina, Kolonel Andriy Demchenko, melaporkan jika sejak invasi militer Rusia dilancarkan lebih dari 22.000 warga Ukraina telah ditangkap.
Puluhan ribu warga Ukraina ini mencoba menghindari wajib militer, dengan 16.000 di antaranya berusaha kabur dari Ukraina melintasi perbatasan yang tak berpenghuni.
VIVA Militer: Warga Ukraina ditangkap karena kabur dari wajib militer
- nv.ua
Demchenko juga mengungkap, setiap harinya ada 20 orang warga sipil dengan usia wajib militer ditangkap karena mencoba kabur.
Sementara itu, sekitar 6.800 orang warga sipil Ukraina juga diamankan otoritas penjaga perbatasan, karena mencoba keluar negara dengan menggunakan identitas palsu.
"Sekitar 6.800 lainnya ditangkap di penyeberangan perbatasan ketika mereka mencoba melewatinya menggunakan dokumen palsu," ujat Demchenko.
