Nyali Letjen TNI Prabowo Robohkan Pohon Hantu di Hutan Gunung Simbolon

VIVA Militer: Letjen TNI Johannes Suryo Prabowo saat masih aktif berdinas
Sumber :
  • Youtube

VIVA – Dikenal sebagai salah satu prajurit tempur terbaik yang pernah dimiliki oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Letjen TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo ternyata tak cuma punya pengalaman perang. Pria 66 tahun ini juga punya pengalaman mistis saat bertugas di tengah hutan Sumatera Utara.

Luar Biasa, Prajurit TNI Ini Rela Rugi Rp20 Juta Sebulan Demi Tolong Petani Singkong yang Menderita

VIVA Militer beberapa kali mengisahkan perjalanan karier Suryo Prabowo semasa aktif berdinas bersama TNI Angkatan Darat. Kembali dikutip dari buku otobiografi "Si Bengal Jadi Jenderal", kali ini VIVA Militer akan menceritakan bagaimana kejadian mistis, aneh tapi nyata, yang dialami oleh Suryo Prabowo.

Sekitar akhir tahun 1980, Suryo Prabowo mendapat tugas untuk membuka jalan baru. Suryo Prabowo yang menjabat sebagai Komandan Kompi (Danki) Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) 1 Komando Daerah Militer (Kodam) 1/Bukit Barisan (BB), diminta untuk membuka jalan baru yang menghubungkan Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, dengan Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun.

Merinding, Isi Pesan Terakhir Raja Aibon ke Pasukan Tengkorak Sebelum Tinggalkan Kostrad TNI

Seperti halnya para prajurit TNI lainnya, menjalankan tugas adalah sebuah kehormatan bagi Suryo Prabowo yang saat itu masih menjadi Perwira Pertama (Pama). Hal ini dibuktikan saat abituren Akademi Militer (Akmil) 1976 turun ke hutan belantara untuk membabat pohon-pohon besar untuk membuka jalan.

19 orang prajurit Batalyon Zeni Tempur di bawah komando Suryo Prabowo, diturunkan. Di sini lah cerita mistis yang bikin merinding itu berawal.

Demi Warga, Perwira Pasukan Naga Hitam TNI Berjibaku Lawan Ular Raksasa di Semak Perbatasan Negara

Para prajurit TNI anak buah Suryo Prabowo menemukan sebuah pohon tua yang sangat besar, dengan diameter kurang lebih 3 meter. Untuk membuka jalan, tentu saja pohon besar itu harus ditebang. Namun apa yang terjadi, 19 orang prajurit TNI ini justru gagal merobohkan pohon tua itu.


Berbekal kapak, gergaji mesin, bahkan buldoser, para anak buah Suryo Prabowo ini awalnya optimis mampu menebang pohon tua itu. Akan tetapi, hantaman kapak dan terpaan gergaji besi sama sekali tak membuat pohon itu tumbang. Bahkan, pohon besar itu sama sekali tidak tergores.

Bingung, para anak buah Suryo Prabowo pun memberikan laporannya. Meski awalnya sempat tidak percaya, Suryo Prabowo pun akhirnya turun tangan sendirian untuk menebang pohon tua itu.

Sebelum pergi ke hutan untuk menebang pohon, Suryo Prabowo juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri ke-19 anak buahnya yang diberi tugas menebang pohon akhirnya tumbang. Seluruh anak buahnya itu mendadak mengalami demam setelah pulang dari hutan.

Suryo Prabowo bergegas masuk ke dalam hutan untuk melihat langsung kondisi pohon besar yang katanya sulit ditebang itu. Berbekal kapak, Suryo Prabowo pun gagal merobohkan pohon itu. Merasa ada yang aneh, mantan Panglima Kodam (Pangdam) I/Bukit Barisan itu meminta salah satu anak buahnya untuk mencari orang pintar.

Setelah dihadirkan, orang pintar itu memberi tahu kepada Suryo Prabowo bahwa pohon itu ada penunggunya. Orang pintar itu juga menceritakan bahwa sang penunggu pohon meminta pesembahan berupa kepala dua ekor kerbau.

Suryo Prabowo pun dengan tegas menolak permintaan orang pintar itu. Bukan tanpa alasan, sebab harga dua ekor kerbau saat itu sebesar Rp1,2 juta. Jumlah itu sama dengan 15 kali gaji Suryo Prabowo yang masih menjadi Pama TNI Angkatan Darat. Jelas, uangnya tak cukup untuk membeli dua ekor kerbau.


Selain itu, Suryo Prabowo juga tidak melaporkan kejadian ini kepada Komandan Batalyon (Danyon). Suryo khawatir, komandannya justru akan menertawakannya setelah mendengar laporan.

Suryo Prabowo pun memutar otak mencari cara agar pohon besar itu bisa dirobohkan. Teringat teori sang ayah tentang hantu, Suryo Prabowo pun mendapat ide. Sang ayah pernah mengatakan kepadanya bahwa mahkluk halus seperti hantu takut dengan suara ledakan.

Yang ada dalam logika Suryo Prabowo sebagai seorang prajurit tempur atas apa yang diucap sang ayah, pernah dibuktikan. Sebab saat ia bertempur di belantara hutan Timor-Timur, Suryo Prabowo sama sekali tidak menemukan hal mistis terjadi.

Langsung saja, Suryo Prabowo berniat menghancurksan pohon itu dengan menggunakan dinamit. Dalam perhitungannya, perlu 1,5 kilogram bahan peledak untuk menumbangkan pohon itu.

Tak mau gagal, Suryo Prabowo pun menggali tanah hingga mencapai akar pohon dan meletakkan satu peti dinamit dengan berat mencapai 25 kilogram. Saat akan meledakkan pohon kejadian aneh terjadi. Pemicu bahan peledaknya tidak berfungsi dan membuat dinamit tidak meledak.

Tak kehabisan akal, Suryo Prabowo pun mencopot dua buah aki dari buldoser dan difungsikannya sebagai detonator. Hasilnya, pohon angker itu pun akhirnya roboh dan hancur berkeping-keping.


Setelah berhasil, Suryo Prabowo pun langsung melaporkannya kepada komandan batalyon di Medan. Akan tetapi, saat menggunakan sebuah truk untuk menempuh perjalanan ke markas batalyon, kendaraan yang ditumpangi Suryo Prabowo terguling masuk sawah.

Beruntung, Suryo Prabowo tidak mengalami luka berarti dalam kecelakaan itu. Pria asli Semarang, Jawa Tengah, ini mendapat pujian dari sang komandan, yang membuat perayaan kecil atas keberhasilan anak buahnya.

Setelah merayakan keberhasilannya, Suryo Prabowo pun kembali ke hutan yang kali ini menaiki kendaraan jip. Akan tetapi, kecelakaan kembali menimpa kendaraan yang ditumpangi Suryo Prabowo untuk kedua kalinya.

Kedua kendaraan yang ditumpangi Suryo Prabowo dan mengalami kecelakaan, dibawa ke bengkel markas batalyon. Anehnya, biaya perbaikan kedua kendaraan yang ditumpangi Suryo Prabowo adalah sebesar Rp1,2 juta. 

Ya, jumlah itu sama dengan permintaan orang pintar yang diminta Suryo Prabowo untuk membantunya menebang pohon tua nan angker itu. Aneh tapi nyata, yang jelas peristiwa ini akan senantiasa diingat oleh jenderal purnawirawan berbintang tiga itu. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya