-
VIVA – Sebagai seorang prajurit satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Jenderal TNI (Purn.) Abdullah Mahmud Hendropriyono memiliki naluri yang tajam di bidang intelijen. Kemapuan ini yang membawanya masuk dalam Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI dan akhirnya di Badan Intelijen Negara (BIN).
Menurut data yang dikutip VIVA Militer dari situs resmi Akademi Militer (Akmil), Hendropriyono adalah jebolan tahun 1967. Sejak 1968 hingga 1985, pria kelahiran Yogyakarta 7 Mei 1945 ini menjadi perwira Kopassus, dan ikut serta dalam sejumlah operasi militer. Mulai dari pembasmian Darul Islam/Tentara Nasional Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat, hingga Operasi Seroja di Timor-Timur.
Kemudian pada 1985, Hendropriyono ditunjuk sebagai Asisten Intelijen (Asintel) Kodam Jayakarta/Jaya. Di sini lah Hendropriyono mendalami ilmu di bidang intelijen.
Setelah menjadi Komandan Komamdo Resor Militer (Danrem) 043/Garuda Hitam (Gatam) periode 1987 hingga 1991, Hendropriyono ditarik ke Badan Intelijen Strategis (BAIS) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sejak 1991 hingga 1994, Hendropriyono menjabat Direktur A dan D BAIS ABRI.
Photo :- VIVA/ Reza Fajri.
Setelah pensiun dari dunia militer, Hendropriyono pun dipilih untuk menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang pertama di era Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. Menduduki jabatan itu selama 2001 hingga 2004, banyak pembuktian naluri intelijen Hendropriyono yang pada akhirnya terbukti benar.
Tak hanya di dalam negeri, sejumlah peristiwa yang menggemparkan dunia internasional juga pernah masuk dalam prediksinya. Salah satunya adalah Peristiwa 9/11 di New York, Amerika Serikat (AS).
Momen mengerikan itu terjadi saat dua menara kembar World Trade Center (WTC) roboh dan rata dengan tanah akibat ditabrak dua pesawat yang diduga dibajak oleh anggota kelompok teroris Al-Qaeda.