Mujib Tunda Operasi demi Bereskan TPS, Wafat Tinggalkan Tiga Anak

Aisyah dan putrinya, istri petugas pemilu asal Pasuruan yang meninggal, Abd Mujib, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat, 26 April 2019.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Isak lirih terdengar bersahut-sahutan dari tengah kumpulan orang-orang yang duduk di kursi yang tertata di aula Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat petang, 26 April 2019. Mereka adalah anggota keluarga petugas pemilu yang meninggal dunia sepekan atau dua pekan lalu. Wajah sedih belum hilang betul.

Truk Tabrak Mobil Bak Terbuka di Sukabumi, Tewaskan Anggota KNPI

Di Grahadi, mereka hadir atas undangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk penyerahan santunan masing-masing Rp15 juta kepada ahli waris dari anggota keluarga yang meninggal dunia saat melaksanakan tugas penyelenggaraan pemilu 2019 di sejumlah daerah. Di Jatim, total 56 petugas pemilu plus dua anggota Polri yang wafat dan memperoleh santunan.

Di antara mereka terdapat seorang wanita berjilbab, Aisyatul Barroh (35 tahun), warga Gentong, Kecamatan Gading Rejo, Kota Pasuruan. Bersama Aisyah, putri bungsunya yang berusia 2,4 tahun, Maulidah Syarifatul Aminah, tak lepas-lepas dari gendongan.

Babe Cabita Sempat Minta Umrah Lagi Sebelum Meninggal, Tapi Gak Ada yang Izinin

Aisyah hadir di Grahadi sebagai ahli waris dari suaminya, Abdul Mujib, petugas Tempat Pemungutan Suara di Kelurahan Gentong, Kota Pasuruan. Mujib meninggal dunia di rumah sakit setelah beres-beres TPS usai penghitungan suara pada Rabu sore, 17 April 2019.

Aisyah mengungkapkan, Mujib memang memiliki riwayat penyakit penyempitan saluran kencing, baru diketahui setelah memeriksakan kesehatan di RS Bangil pada 28 Maret 2019. "Tanggal delapan (April) difoto, baru tanggal sebelas dinyatakan harua dioperasi. Tapi sama dokternya, Bapak bilang enggak mau, katanya mau dioperasi setelah pemilu," ujarnya.

Selebgram Bro Jabro Meninggal Dunia

Aisyah dan putrinya, istri petugas pemilu asal Pasuruan yang meninggal, Abd Muji

Di mata Aisyah, suaminya berjiwa sosial tinggi. Di kampung, Almarhum jarang absen ketika ada kegiatan masyarakat. Termasuk saat persiapan dan pelaksanaan pemungutan suara, Mujib mengambil peran membantu di salah satu TPS Kelurahan Gentong. "Kemarin itu saya bujuk untuk (operasi) ke UGD, tetap enggak mau, karena berat sama (tugas) pemilunya," ujarnya.

Sehari sebelum pemungutan suara, Selasa, 16 April 2019, bersama warga lain dan petugas PPS ikut mendirikan TPS di kampungnya dan selesai sore. Aisyah mengaku juga ikut membantu. Tak dinyana, malamnya penyakit Mujib kambuh. "Kan kalau kecapekan dia itu enggak bisa kencing," kata Aisyah.

Malam itu juga Mujib kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat dan ditangani secara medis. Namun, Tuhan berkehendak lain, Mujib meninggal dunia di rumah sakit di hari pemungutan suara berlangsung. Dia tak sempat melihat pesta demokrasi di TPS kampung dia ikut mendirikan. "Pas pemungutan sudah tidak di TPS," tutur Aisyah.

Mujib wafat meninggalkan istrinya, Aisyah, dan tiga anak, yakni Muhammad Harisul Fatah usia SMP kelas satu, Aidah Ainatul Fitriyah yang masih kelas tiga SD, dan yang paling kecil, Maulidah Syarifatul Aminah. "Yang kecil ini tadi sempat ingat waktu minta pampers di rumah sakit, 'Abah nini, Abah nini'," cerita Aisyah menirukan ucapan bungsunya kala memanggil Almarhum.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, selain santunan Rp15 juta kepada masing-masing ahli waris petugas pemilu yang wafat, Pemprov Jatim dan pemkab/pemkot agar menyiapkan beasiswa bagi anak-anak Almarhum.

"Kita pastikan kepada kabupaten/kota (agar memberikan bantuan pendidikan). Kecuali untuk SMA/SMK, maka bisa provinsi (membantu), karena yang SMA/SMK mulai Juli nanti sudah gratis," kata Khofifah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya