Pantaskah Hari Perempuan Internasional Dirayakan

Suasana Women's March dalam rangka Hari Perempuan Internasional
Sumber :
  • dok. Serikat Sindikasi

VIVA – "We cannot all succeed when half of us are held back." (Malala Yousafzai). Pernyataan itu keluar dari Malala Yousafzai, gadis muda asal Pakistan, yang merupakan aktivis pendidikan, serta peraih Nobel Perdamaian.

Cekcok dengan Istri, Seorang Pria di Surabaya Banting Bayinya yang Berusia 6 Hari

Sejak usia belia, ia sudah mengampanye pentingnya pendidikan untuk anak perempuan melalui catatan anonim di internet. Karena perjuangannya itu, Malala nyaris saja kehilangan nyawa, ketika sebuah peluru dari milisi Taliban menebus kepalanya.

Pernyataan Malala benar adanya, masih banyak perempuan di seluruh dunia yang belum mendapat kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, bahkan masih hidup di bawah bayang-bayang diskriminasi dan kekerasan.

Gegara Pulang Awal saat Lebaran Tanpa Izin Suami, Istri Tewas Alami KDRT

Namun, tidak bisa ditampik juga, makin banyak perempuan yang berprestasi gemilang di ranah yang dianggap maskulin. Meski begitu, dalam era millenial ini isu ketidaksetaraan gender serta kekerasan terhadap perempuan masih berhembus kencang.

Hari ini, wanita di seluruh dunia dipersatukan

Keluarga Tegaskan Lettu Agam Tak Pernah Lakukan Kekerasan Fisik ke Istrinya

Setiap tahun, tanggal 8 Maret ditandai sebagai hari International Women's Day, atau Hari Perempuan Internasional. Hari di mana, seharusnya wanita mendapat penghargaan dan pengakuan secara global diperoleh melalui perjuangan panjang mulai dari seratus tahun lalu.

Menilik sejarah, cikal bakal lahirnya hari ini dimulai pada 28 Februari 1909 di New York, Amerika Serikat. Dikutip dari situs Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), saat itu digelar Hari Perempuan Nasional untuk pertama kalinya.

Agenda itu diusulkan oleh Partai Sosialis AS, untuk memperingati setahun berlalunya demonstrasi perempuan pada 8 Maret 1908. Kala itu, kaum perempuan pekerja pabrik garmen menuntut hak berpendapat dan berpolitik. Lalu, pada 1910, organisasi sosialis internasional berkumpul di Kopenhagen untuk menetapkan Hari Perempuan.

Vijaya

Kongres PBB saat penetapan 8 Maret sebagai Women International Day. Dok.PBB

Usul itu disepakati oleh 100 perempuan dari 17 negara. Tetapi, belum ditetapkan pada tanggal berapa hari tersebut akan diperingati. Tahun-tahun selanjutnya, Hari Perempuan Internasional pada 19 Maret diperingati di Austria, Jerman, Swiss, dan Denmark.

Pada periode 1913-1914, Hari Perempuan Internasional dipakai sebagai gerakan penolakan terhadap Perang Dunia I, sekaligus aksi solidaritas sesama perempuan di beberapa negara Eropa. Hingga akhirnya pada 1975, untuk pertama kalinya PBB memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret. Sejak itu, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional di seluruh dunia.

Hari Perempuan Internasional telah menyatukan pemerintah, organisasi, terutama organisasi wanita, serta bisnis di banyak negara. Berbagai kegiatan seperi talkshow, pertunjukan, demonstrasi, acara networking, dan pawai untuk menyuarakan aspirasi perempuan dilakukan di seluruh dunia.

Di Jakarta, berlangsung aksi Women's March pada Sabtu 3 Maret 2018. Women's March sendiri bukan berasal dari Indonesia. Aksi itu bermula pada 2017 di Washington DC, Amerika Serikat. Muncul sebagai respons para perempuan yang kecewa dengan berbagai pernyataan Presiden AS Donald Trump yang dinilai seksis dan diskriminatif terhadap perempuan dan kelompok minoritas lain.

 

women march

Aksi Women’s March di Jakarta

Dikutip dari BBC, aksi Women's March di kawasan MH Thamrin dihadiri oleh 1.500 lebih peserta. Isu yang diangkat diantaranya perlindungan atas pekerja rumah tangga dan buruh migran, pernikahan anak, kekerasan dalam pacaran serta perlindungan untuk pekerja seks.

Di tingkat kebijakan, bertujuan mendorong pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, RUU Pekerja Rumah Tangga, dan mengkritik Rancangan KUHP berkaitan tentang zina, serta larangan distribusi alat kontrasepsi atau pendidikan kesehatan reproduksi. Di Indonesia, aksi ini juga mendesak agar pemerintah membangun kebijakan publik yang pro-perempuan. Selain di Jakarta, aksi Women's March juga berlangsung di 12 kota lain.

Berikutnya, mimpi buruk berlanjut>>>

Teuku Ryan

Teuku Ryan Tegaskan Bukan Hal Ini Penyebab Cerai dengan Ria Ricis

Teuku Ryan mengaku dirinya sudah berusaha mempertahankan rumah tangganya dengan Ria Ricis, meski pun pada akhirnya tetap berakhir.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2024