Jenderal Kardus Berujung Duet Prabowo-Sandi

Deklarasi Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno
Sumber :
  • ANTARA/Sigid Kurniawan

VIVA – Peta politik menjelang hari terakhir pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pemilu 2019 sudah mengerucut. Joko Widodo sebagai presiden petahana akan kembali head to head melawan Prabowo Subianto.

Tanggapi Bamsoet, Dasco Sebut Prabowo Sudah Rekonsiliasi sejak Quick Count

Namun, kali ini Prabowo menggandeng Wakil Gubernur DKI Sandiaga Salahuddin Uno. Sementara, Jokowi memilih Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin sebagai figur pendampingnya.

Berbeda dengan kubu Prabowo, barisan partai pendukung Jokowi yang bernama Koalisi Indonesia Kerja cukup kompak mengakomodir nama Ma'ruf. Dibandingkan Sandi sebagai cawapres sempat membuat alot poros oposisi. Meski mengejutkan, namun Sandi dalam empat hari terakhir sudah digadang-gadang siap mendampingi Prabowo.

Menkeu Terus Komunikasi dengan Tim Prabowo soal Anggaran di Pemerintahan Baru

Menguatnya Sandi berlanjut karena cuitan Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief. Andi berang terhadap Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Alasannya, karena Prabowo pilih Sandi sebagai cawapres berdasarkan mahar uang yang diberikan ke PKS dan PAN.

Murkanya Andi ini dengan menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus karena punya kualitas buruk. Menurutnya, mental Prabowo ambruk karena guyuran uang Sandi untuk PAN serta PKS.

Maruarar Sirait Klaim Dukung Jokowi dan Prabowo Bukan Demi Kursi Menteri

"Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi Uno untuk mengentertain PAN dan PKS," kata Andi dikutip dari akun Twitternya, @AndiArief_, Rabu, 8 Agustus 2018.

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (kiri) berbincang dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan)Foto: Pertemuan SBY dan Prabowo Subianto di Cikeas pada 2017.

Baca: 'Jenderal Kardus' Bikin Rusak Romantisme Demokrat-Gerindra

Dinamika politik pada Kamis pagi, 9 Agustus 2018 makin menguatkan Sandi sebagai pendamping Prabowo. Salah satunya Sandi sudah mengurus surat tidak pailit di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengurusan ini sebagai syarat maju sebagai capres atau cawapres.

Kemudian, sepanjang Kamis kemarin, Prabowo mesti melobi pimpinan PKS dan PAN. Eks Komandan Jenderal Kopassus itu juga bertemu dua kali dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca: PAN Coret AHY dari Daftar Cawapres Gara-gara Insiden Jenderal Kardus

Masuknya Sandi dinilai ada kelemahan logistik di barisan partai oposisi. Pemantapan komunikasi antara Gerindra dan Demokrat soal Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dianggap mentok. Bersaing di pilpres bukan seperti pilkada. Strategi logistik dinilai jadi salah satu faktor penentu.

"Intinya ada sesuatu yang tak selesai antara Gerindra dan Demokrat. Ini membawa bau tak sedap soal kebutuhan logistik kubu oposisi," ujar pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, kepada VIVA, Kamis, 9 Agustus 2018.

Realitas Politik Mahal

Walikota Medan, Bobby Nasution saat menunjukkan KTA sebagai kader Partai Gerindra.(B.S.Putra/VIVA)

Bobby Nasution Resmi jadi Kader Partai Gerindra

Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution, resmi menjadi kader Partai Gerindra. Dia juga, mendaftarkan diri sebagai bakal calon Gubernur Sumatera Utara untuk Pilkada.

img_title
VIVA.co.id
20 Mei 2024