VIVA – Peringatan untuk pengguna Android. Apabila ponsel pintar mulai lelet disertai daya baterai yang cepat habis, maka smartphone Anda mengalami gejala cryptojacking.
Ini adalah serangan siber dengan teknik menambang kripto yang memanfaatkan sumber daya orang lain secara diam-diam. Jenis serangan siber ini perlahan mulai bergeser dari ransomware ke cryptojacking.
Pelaku penyebar cryptojacking, atau biasa disebut cryptojackers, menggunakan metode ini untuk menyerang Android dengan tujuan meraup untung.
Mengutip situs Business Insider, Senin, 3 September 2018, menambang mata uang digital atau cryptocurrencies pada dasarnya hanya melakukan transaksi secara digital.
Namun, perbedaannya ada pada penyelesaian masalah menggunakan perangkat keras atau hardware sebagai imbalannya. Para hacker atau penjahat dunia maya ini telah menemukan cara paling murah untuk menambang, yaitu membajak Android.
Satu smartphone saja tidak memiliki kekuatan untuk proses penambangan. Beda halnya jika menggunakan banyak smartphone dan digunakan secara bersamaan.
Dengan ide ini maka cryptojackers semakin merajalela, bahkan hingga saat ini. Untuk proses, hacker memancing korban untuk download aplikasi yang tampaknya tidak berbahaya, namun sebenarnya, akan menjadi malware tambang pada perangkat korban.
Daftar aplikasi yang menyembunyikan penambang malware pun semakin bertambah. Salah satunya adalah Bug Smasher, tapi telah dihapus pada Januari tahun ini.
Butuh biaya besar
Ponsel berbasis android lebih rentan terkena cryptojacking, karena iOS melatih lebih ketat aplikasi yang diizinkan dan berada di App Store. Pada Juni lalu, Apple menambahkan pedoman pelarangan penggunaan perangkat untuk tambang kripto.
Kabarnya Google juga mulai melarang penggunaan perangkat untuk aktivitas tambang. Di mata Chairman Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, aktivitas tambang kripto atau cryptomining dimaksudkan untuk mengolah transaksi cryptocurrency.