- ANTARA/Zabur Karuru
VIVA.co.id - Nilai tukar rupiah berhasil menguat tipis sebesar 28 poin atau 0,21 persen dibandingkan perdagangan sehari sebelumnya yang mencapai Rp13.237 per dolar AS.
Dengan demikian, untuk pertama kalinya setelah enam hari berturut-turut berada di zona merah maka rupiah dapat sedikit bernapas lega dengan terkerek naik ke level Rp13.209 per dolar AS pada perdagangan Selasa, 17 Maret 2015.
Namun, penguatan ini jangan langsung disambut gembira karena nilai rupiah ternyata masih jauh meroket dibandingkan asumsi makro yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-P 2015 sebesar Rp12.500 per dolar AS.
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menyampaikan kepada VIVA.co.id, Selasa, 17 Maret 2015, dalam jangka pendek tidak ada yang bisa dilakukan pemerintah untuk meredam tekanan terhadap rupiah.
Apalagi, kata Bambang, faktor penyebab utamannya adalah gejolak ekonomi global akibat penguatan ekonomi AS saat ini. Akan tetapi, dia menegaskan bahwa koordinasi dengan otoritas moneter, yaitu Bank Indonesia (BI) terus diperkuat sehingga bauran kebijakan yang dikeluarkan efektif untuk meredam anjloknya rupiah akhir-akhir ini.
"Kalau (kebijakan) jangka pendek itu ada di BI," tuturnya.