Jam Malam untuk Geng Motor

Ilustrasi kendaraan yang dirusak gang motor.
Sumber :
  • Zahrul Darmawan/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Aksi brutal geng motor kembali terjadi. Jelang sahur, Minggu dini hari 19 Juni 2016, puluhan orang dari suatu geng motor menebar teror dengan menyerang kelompok remaja klub motor di Kota Depok, Jawa Barat.

Polisi Tangkap Anggota Geng Motor All Star di Jakarta Pusat

Saat diserang, remaja klub motor Club Suzuki Satria FU (CSSFU) itu sedang nongkrong di pelataran parkir mini market Indomart, Jalan Boulevard, Grand Depok City (GDC), Sukmajaya Depok. Remaja CSSFU itu diketahui sedang beristirahat usai menggalang dana kemanusiaan.

Kebrutalan geng motor tersebut bisa dilihat dari aksi penyerangannya. Mereka yang berjumlah 20-an orang sebagian menggunakan penutup muka, tiba-tiba menyerang dengan senjata tajam dan kayu. Sebilah pedang juga dipakai untuk melukai remaja klub motor tersebut. Bahkan, menurut laporan saksi, ada yang menodongkan pistol yang tidak sempat diletuskan.

14 Anggota Genk Motor Pelaku Kekerasan Diciduk

Remaja CSSFU panik, kabur menyelamatkan diri saat tiba-tiba geng motor menyerbu mereka. Ada yang lari ke perkampungan, ke rumah warga, ada yang ke masjid. Malang, ada remaja SSFU yang terkepung. Korban pun berjatuhan.

Tiga remaja klub CSSFU, Rizki, Ipan dan Yuda, mengalami luka bacok. Selain melukai korbannya, kawanan geng motor itu dengan brutal merusak belasan motor remaja klub motor. Usai puas menebar teror dengan aksi brutal, kawanan geng motor kabur dengan menjarah sejumlah helm milik remaja CSSFU.

10 CCTV Belum Mampu Ungkap Geng Motor Kemang

Aksi brutal geng motor memang tak pernah berhenti. Sebelum aksi di brutal, pada Minggu dini hari 5 Juni 2016, kebrutalan geng motor menewaskan Pratu Galang, anggota TNI dari Komando Daerah Militer (Kodam) III Siliwangi Jawa Barat. Pratu Galang tewas dengan empat tusukan di punggungnya. Pratu Galang dicegat 20 orang dari geng motor di perbatasan kota Bandung.

Pola kebrutalan yang bisa dibilang mirip juga terjadi di Yogyakarta pada Minggu siang 5 Juni 2016. Puluhan remaja yang menggunakan lebih dari 50 motor di Gunungkidul, Yogyakarta tiba-tiba menyerang korban dan melukai tujuh remaja yang baru saja mengikuti tradisi Padusan, ritual mensucikan diri jelang puasa.

Geng motor ini mendekati mereka dan memukuli mereka dengan senjata tajam seperti pedang dan gir sepeda motor.

"Padahal saya sudah bilang kalau saya ini anak SMP, mereka menjawab tidak peduli dan terus memukuli saya dan teman-teman. Bahkan, saya sempat akan disabet sabit tetapi saya menghindar," kata Diki, salah satu korban, di RSUD Wonosari, Gunungkidul, Minggu 5 Juni 2016.

Tak hanya membuat onar di wilayah Gunungkidul, geng sepeda motor juga berbuat ulah di wilayah Kabupaten Sleman. Yogyakarta. Bahkan, mereka melempari rumah warga dengan menggunakan bom molotov.

Kapolres Sleman, AKBP Yulianto, Senin, 6 Juni 2016 menuturkan aksi pelemparan bom molotov itu menimpa rumah yang sebagian tempatnya digunakan untuk warung makan. Rumah itu milik Rujito, warga Dusun Mangunan, Desa Harjobinangun, Pakem, dengan kejadian Senin, 6 Juni 2016, sekitar pukul 02.15 WIB. Saat kejadian, kebetulan warung makan itu banyak berkumpul anak dari Rujito bersama rekan-rekannya.

Niat mereka saat itu ingin menyantap makan sahur karena setelah Salat Subuh akan bermain ke pantai. Tiba-tiba, datang sekelompok anak-anak remaja yang diperkirakan berjumlah sepuluh orang menggunakan sepeda motor dan langsung melakukan penyerangan ke warung tersebut, termasuk melempar sebuah bom molotov dan mengenai tembok serta kaca hingga pecah.

"Bom molotovnya itu dari botol bekas. Mereka menyerang orang-orang yang ada di dalam warung pakai senjata tajam. Ada yang tergores, kaca meja warung pecah," kata Yulianto.

Dari rentetan insiden tersebut, geng motor masih menebar ancaman untuk masyarakat, terlepas dari motif aksi kebrutalan mereka.

Kengerian masyarakat bisa dilihat dari munculnya pesan berantai tentang penculikan dan menghabisi geng motor. Pesan itu muncul mengatasnamakan Panglima Daerah Militer (Pangdam) III Siliwangi, Mayor Jenderal TNI Hadi Prasodjo, agar mengambil tindakan tegas kepada anggota geng motor yang meresahkan.

Dari tujuh poin dalam pesan tersebut, dua poin yaitu nomor lima dan enam, meminta prajurit TNI untuk tegas dengan aksi brutal geng motor.

"Perintah terakhir, 'Kalau ada begal tembak saja, saya tanggung jawab'. Tidak usah takut, harusnya kita yang ditakuti. Habisi saja," demikian isi poin kelima.

Sedangkan poin selanjutnya, tertulis, jika tidak mampu menculik geng motor maka langkah terakhir yakni melenyapkan geng motor.

"Kalau sanggup menculik, culik saja, yang penting tidak ketahuan buang ke laut atau kubur dalam-dalam," tulis poin keenam.

Belakangan Pangdam membantah soal pesan tersebut, bukan dari dia.

Kegeraman atas ulah geng motor juga dilontarkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu atas penusukan Pratu Galang di Jawa Barat. Menurutnya, geng motor seperti itu harusnya sudah diberantas habis karena meresahkan masyarakat.

"Harus ditangkap semua itu. Geng-geng itu dihabisin saja," kata dia usai buka puasa bersama di rumah Megawati Soekarnoputri, Rabu 8 Juni 2016.

Merespons aksi brutal geng motor, Polda Jawa Barat, Selasa 7 Juni 2016, akhirnya membentuk tim khusus yang terdiri dari jajaran Direktorat Resor Kriminal Polda Jawa Barat dan Polres Kota Besar Bandung.

Kepala Bidang Humas Polda Jabar Kombes Pol. Yusri Yunus mengatakan tim bekerja dengan menggelar patroli dan razia di berbagai tempat untuk membekuk pelaku brutal geng motor.

"Seluruh jajaran Polda Jawa Barat melaksanakan patroli, khususnya di tempat rawan kelompok bermotor," tuturnya.

Sedangkan Kapolresta Depok, Ajun Komisaris Besar Harry Kurniawan, Minggu, 19 Juni 2016, mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati dan tetap waspada terhadap aksi kriminalitas.

"Kalau bisa hindari nongkrong sampai larut malam," kata dia.

Selanjutnya: Penyebab Munculnya Geng Motor

Ilustrasi Geng motor

Polisi Kantongi Identitas Geng Motor yang Pura-pura Jadi Pembeli

Aparat sedang melakukan pengejaran.

img_title
VIVA.co.id
15 Februari 2019