Banjir di Terminal 3, Buah Pahit Proyek yang Dipaksakan

Banjir di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta
Sumber :
  • Twitter @dik_her

VIVA.co.id – Hujan di Jakarta dan sekitarnya dari Minggu siang hingga malam, 14 Agustus 2016, menjadi malapetaka bagi pengelola Bandara Soekarno Hatta, yaitu PT Angkasa Pura (AP) II. Sebab, pamor Terminal 3 “Ultimate” – yang baru saja dioperasikan dan digadang-gadang akan mengalahkan kemegahan Bandara Internasional Changi di Singapura – tercoreng dengan tergenangnya air di beberapa titik di plaza terminal tersebut.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta maaf kepada para pihak yang dirugikan akan kejadian tini. Masalah tersebut dipastikan akan dituntaskan dalam waktu dekat. 

Dia menceritakan, lubernya air dari lubang-lubang drainase di Terminal 3 itu terjadi karena banyak lubang utama saluran air yang memang sedang dibuka. Saat itu, kontraktor sedang membersihkan sisa-sisa bahan baku yang mengendap saat konsturksi dilakukan. 

"Masih belum selesai (bersih-bersih), sudah keburu hujan. Air hujan keburu ngumpul di situ (saluran drainase)," ujar Budi di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Senin 15 Agustus 2016.

Dia memastikan hal ini tidak akan terjadi lagi. Rapat dengan kontraktor pengembang bandara ini pun dilakukan untuk perbaikan dan mempersiapkan langkah-langkah antisipasi. 

"Untuk kemungkinan terjadi lagi, sudah disiapkan pompa air supaya bisa menghindari luapan air. Sampai pekerjaan sodetannya selesai. Rencananya garis besarnya, saluran akan dibor sampai lubang utama supaya air langsung ke sungai," tambahnya. 

Dirinya mengakui terminal ini belum siap 100 persen untuk dioperasikan, perbaikan-perbaikan dan pengembangan masih terus dilakukan hingga pengoperasian penuhnya pada 2017 mendatang. Namun, kejadian genangan air tersebut diklaim di luar perkiraan.

"Waktu simulasi kita belum ada masalah satupun, waktu kita simulasi AP di bawah Kementerian Perhubungan 10-20 kali tidak terjadi apa-apa," ungakpnya. 

Proyek yang terburu-buru

Pengamat Penerbangan, Suharto Abdul Madjid menilai, pengoperasian Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta jelas sekali terkesan terburu-buru. Sedianya pengoperasian perluasan Terminal 3 itu rencananya akan dilakukan pada  2017.

Namun dipaksakan beroperasi secara bertahap mulai tahun ini. Imbasnya, pelayanan pun menjadi tak maksimal dan tentunya dapat berdampak kepada terjadi masalah, seperti penundaan penerbangan (delay) dan fungsi fasilitas yang belum maksimal.

"Iya itu kan (genangan air) jelas sekali menunjukkan ketidaksiapan," kata Suharto saat dihubungi VIVA.co.id, Senin 15 Agustus 2016.

Dia menegaskan, kejadian ini harus menjadi perhatian utama otoritas terkait. Karena perlu diingat, dengan kejadian ini masyarakat yang menggunakan fasilitas itu akan dirugikan, dan citra Indonesia di mata internasional-pun dapat tercoreng. 

"Kalau saya sih terlepas dari siapapun menterinya, kalau pengoperasian suatu proyek yang memng terburu-buru, pasti jalannya tidak mulus," tegasnya,

Sementara itu mewakili konsumen,  Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi berpendapat serupa. Menurutnya, kepentingan konsumen sangat berkaitan dengan masalah ini. 

Hasil Tes PCR di Bandara Soetta Bisa Keluar 3 Jam, Segini Tarifnya

"Sangat memprihatinkan bahkan mengenaskan," kata Tulus di Jakarta. 

Karena itu, pihaknya meminta Angkasa Pura II dan Kemenhub melakukan menginvestigasi penyebab banjir dan mengaudit sistem drainase di Terminal 3. 

AP II Modernisasi Sub Tower AMC Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta

"Banjirnya Terminal 3 mengindikasikan sistem drainase-nya bermasalah," tuturnya.

Selain itu, jika hasil audit menemukan adanya keteledoran kontraktor, otoritas terkait harus tegas dengan memberikan sanksi yang sesuai dengan aturan.

Ribuan Simpatisan Habib Rizieq Masuki Kawasan Terminal 3 Soetta

"Ini bagian dari keteledoran kontraktor yang sangat serius," tegasnya. 

Evaluasi setiap bulan

Baru kurang dari dua minggu setelah resmi dioperasikan, perlahan-lahan permasalahan terus timbul. Hal ini menjadi sorotan berbagai pihak. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla pun meninjau langsung ke terminal tersebut untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang lagi.

Ketika mengunjungi Terminal 3, Senin 15 Agustus 2016, Wapres mengakui adanya kekurangan dalam persiapan pengoperasian terminal tersebut. Untuk itu, ia meminta pihak pengelola mencari kekurangannya dengan cara melakukan survei rutin setiap bulannya hingga dioperasikan secara penuh tahun depan

Namun, Kalla menilai wajar bahwa semua fasilitas yang baru digunakan pasti ada kekurangan dan kelebihan. Karena itu evaluasi perlu terus dilakukan.

"Di situlah namanya uji coba atau soft opening, atau operasi bagian demi bagian untuk mengetahui apa yang sudah sempurna dan belum. Ini memang justru saya minta mencari kesalahan dan kekurangannya," ungkapnya. 

Wapres menargetkan dalam waktu enam bulan ke depan, evaluasi dan perbaikan harus sudah selesai. Sehingga, pada saat pengoperasian penuh nanti dapat maksimal dalam melayani calon penumpang dan masyarakat yang berkepentingan. 
 
"Enam bulan ini mencatat segala kekurangan. Di mana-mana bandara selalu seperti itu. Di dunia manapun." 

Merespons hal tersebut, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan, pihaknya akan menunjuk sebuah lembaga atau badan demi membantu melakukan survei kekurangan-kekurangan yang ada di Terminal 3.  

Budi yang juga merupakan mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II itu menyadari, masih banyak kekurangan dari terminal itu. Karenanya, segala aspirasi, masukan dan kritikan akan ditampungnya demi memperbaiki pelayanan bandara di masa depan. 

"Jadi jangan hanya 10 orang (petugas) mewakili 12 juta (penumpang), jadi kita lakukan survei, dan menunjuk satu badan yang kredibel untuk melihat kekurangan kita," kata Budi di tempat yang sama.

Dengan adanya badan independen ini, Budi yakin survei yang dilakukan akan memberikan hasil yang netral dan akurat. Sehingga, semua tanggung jawab terkait dengan pelayanan dapat dipenuhi baik oleh operator dan regulator. 

Budi mengatakan, akan menunjuk lembaga pendidikan tinggi atau Universitas dalam membantu survei tersebut. 

"Badan gampang, kita bisa tunjuk universitas, katakanlah ITB (Institur Teknologi Bandung) dalam hal teknologi, UI (Universitas Indonesia) aksesibilitas, UGM (Universitas Gadjah Mada) survei layanan, atau Unpad (Universitas Padjajaran), jadi kita enggak susah, itu universitas yang kredibel," terang dia.

(ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya