Muda, Hacker, dan Berbahaya

Ilustrasi-teroris siber.
Sumber :
  • Pixabay/Tigerlily

VIVA.co.id – Aksi remaja 19 tahun, Sultan Haikal membobol situs jual beli tiket daring, Tiket.com menjadi perhatian publik Tanah Air. Publik terkejut, saat situs korban Haikal dan rekannya, Khairul dan NTM itu mengaku merugi Rp4,12 miliar. Dalam pemeriksaan polisi, Haikal mengaku telah membobol 4.600 situs, termasuk website Polri. 

Ketrampilan Teknologi Digenjot, Salah Satunya Hacker

Polisi mengatakan, motif Haikal membobol situs Tiket.com dan bersama rekannya menikmati hasil uangnya itu adalah motif ekonomi.

Kepada polisi, Haikal mengatakan, awalnya memberitahu ada celah keamanan pada situs penyedia tiket daring tersebut. Dia membuka untuk bekerja sama dengan Tiket.com, namun penawaran itu tak digubris perusahaan daring tersebut. Akhirnya, Haikal menjebol situs Tiket.com, dengan dibantu kedua rekannya tersebut, dengan menyaru sebagai perwakilan maskapai penerbangan Citilink.

2 Sektor di Indonesia Jadi Sasaran Empuk Ransomware, Temuan Unit 42

Aksi remaja itu memang memprihatinkan, sekaligus menjadi peringatan penting bagi pengelola situs atas keamanan platform mereka.

Pengamat teknologi komunikasi sepakat, aksi Haikal menjadi pelajaran bagi penyedia situs terlebih penyedia layanan e-commerce. 

Informasi Sistem Penggajian Departemen Pertahanan Inggris Diretas

Pendiri Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama D. Persadha mengatakan, aksi Haikal tersebut masuk dalam kategori Black Hat Hacker. Kategori ini, merupakan peretas yang motifnya adalah menerobos sistem keamanan, dengan tujuan melakukan perusakan dan merugikan korbannya. 

Kategori ini berbeda dengan White Hat Hacker, yang mana peretas menjalankan aktivitasnya dengan memegang teguh etika. Peretas kategori ini mengakses sistem teknologi platform tertentu, untuk menguji dan mengecek ketahanan situs. Kemudian, jika menemukan celah keamanan akan memberitahukan dan menawarkan diri sebagai konsultan keamanan. 

Menurut Pratama, tak ada gunanya punya keahlian teknologi tinggi, tetapi dipakai untuk tujuan kriminal. Makanya, dia menyesalkan, kenapa Haikal menggunakan keahliannya itu untuk membobol Tiket.com.

Pengamat telekomunikasi dari ICT Institute, Heru Sutadi senada dengan Pratama. Pria yang akrab disapa Hersut itu menilai, tindakan Haikal masuk dalam kategori kriminal, dalam hal ini pencurian. Hersut mengatakan, peretas sejati pasti bergerak dengan motif membantu memperbaiki celah keamanan, bukan sebaliknya.

"Kalau ada keuntungan finansial yang dilakukan dari peretasan, mereka bukan hacker, tetapi pencuri," kata Hersut.

Pratama menuturkan, aksi Haikal dan rekannya itu menjadi peringatan bagi dunia teknologi, informasi dan komunikasi di Tanah Air untuk makin memprioritaskan keamanan sistem.

"Penangkapan Haikal sekali lagi membuktikan bahwa kerugian ekonomi akibat peretasan sebenarnya cukup besar. Dalam waktu kurang dari sepekan saja, Haikal dan timnya berhasil meraup 4 miliar rupiah lebih," ujar Pratama yang pernah mengabdi di Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) selama 19 tahun itu. 

Hersut juga sepakat. Menurutnya, kasus pembobolan tiket daring itu hendaknya menjadi pelajaran bagi penyedia layanan e-commerce, atau penyedia tiket daring untuk memerhatikan faktor keamanan.

"Proses transaksi harus dienkripsi dan lubang celah keamanan harus segera diperbaiki, agar situs tidak mudah diretas pihak yang memanfaatkan kelemahan layanan," ujar Hersut. 

Selanjutnya, jurus Haikal>>>

Ilustrasi hacker.

Polisi Bongkar Jaringan Hacker Luar Negeri

Polisi berhasil membongkar aksi jaringan peretas atau hacker luar negeri yang sudah mencuri data pribadi warga selama dua tahun.

img_title
VIVA.co.id
13 Mei 2024