Heboh 'Mahar Politik' Pilkada

Ilustrasi uang rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA – Isu mengenai mahar politik kembali mengemuka. Hal ini tidak lepas dari nyanyian Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur, La Nyalla Mattalitti, karena tak diberi rekomendasi oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra, Prabowo Subianto, untuk maju ke Pemilihan Gubernur Jawa Timur.

Ketua DPD RI Ikut Berduka Cita atas Meninggalnya Hero Tito

La Nyalla merasa dimintai uang lebih dahulu sebesar Rp40 miliar. Dia pun mengancam akan menuntut Prabowo secara hukum.

"Saya akan tuntut secara hukum. Nanti kami siapkan," kata La Nyalla dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, 11 Januari 2018.

La Nyalla: Hak Konstitusi Partai Baru Dijegal Pasal 222 UU Pemilu

La Nyalla mengaku diberi surat tugas oleh Prabowo pada tanggal 9 Desember 2017 untuk mengumpulkan dukungan partai terkait pencalonan dirinya sebagai bakal calon gubernur. Selain itu, dia juga diminta Prabowo untuk menyiapkan uang saksi untuk seluruh tempat pemungutan suara (TPS) di Jawa Timur sebesar Rp40 miliar.

"Saya dimintai uang Rp40 miliar, uang saksi disuruh serahkan sebelum tanggal 20 Desember. Kalau tidak bisa saya tidak akan direkomendasikan," kata mantan Ketua Umum PSSI tersebut.

Tolak Pemilu Ditunda, La Nyalla: Elit Politik Bisa Ditawur Rakyat

Kemudian, ia merasa heran karena sanggup memenuhi permintaan uang saksi sebesar Rp40 miliar. Namun, dia ingin agar uang saksi itu diberikan setelah pencalonannya di Pilgub Jawa Timur sudah terdaftar di KPU.

Namun, kata La Nyalla, Prabowo meminta agar uang itu telah diserahkan sebelum tanggal 20 Desember. Keberatan dengan permintaan Prabowo, La Nyalla mengembalikan surat tugas yang diberi Prabowo.

"Tanggal 20 Desember saya kembalikan surat tugas. Padahal, saya sudah siapkan Rp300 miliar. Tapi apabila sudah selesai pencalonan saya sebagai calon gubernur, baru saya taruh duit di situ. Ini belum apa-apa sudah minta duit, ya kabur kita," ujarnya.

Benarkah Prabowo “memalak” atau meminta mahar politik kepada La Nyalla? Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Sodik Mujahid membantahnya.

"Kalau dipalak, Gerindra malak, itu omongan bualan 100 persen," kata Sodik dalam pesan singkatnya kepada VIVA, Kamis, 11 Januari 2018.

Dia menuturkan Gerindra terutama Prabowo tak menerapkan sistem uang wajib puluhan miliar untuk pembayaran saksi. Bahkan, Gerindra mendorong dan mendukung pembiayaan untuk tokoh-tokoh unggulan.

Selama ini, Gerindra juga mendorong setiap kandidat yang dinilai punya kapasitas dan kapabilitas menjadi pemimpin untuk maju. Contohnya, seperti Pilgub Jawa Barat yang akhirnya Gerindra mengusung Mayjen (Purn) Sudrajat. Maka, sangat tidak tepat kalau Prabowo justru meminta atau memalak La Nyala yang ingin maju di Jawa Timur.

"Kalau kami mengingatkan bahwa untuk pilgub dan pilkot perlu dana, ya kami lakukan. Untuk tokoh unggul yang tidak ada dana kami bantu," katanya.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti

Ketua DPD: Amandemen 2002 Kecelakaan Akibat Kebut-kebutan Tanpa Rem

Ketua DPD La Nyalla Mattalitti menyinggung lembaga yang dipimpinnya seolah seperti kehilangan peran.

img_title
VIVA.co.id
14 Maret 2022