Penderita Gizi Buruk

Bayi Malang yang Ditelantarkan

VIVAnews - Khairul Rasyidi bayi berjenis kelamin laki-laki yang kini berusia 8 bulan. Nama itu adalah pemberian Inak Pajariah, seorang wanita setengah baya, yang kini menjadi orang tua angkat bayi malang tersebut. Bayi tersebut dirawat di sebuah rumah mungil di Desa Gadungan, Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat.

Khairul adalah anak mungil yang ditemukan Inak Pajariah tergeletak ditengah hutan. Seperti biasanya, setiap pagi Inak Pajariah pergi kehutan untuk mencari kayu bakar. Inak berangkat pagi-pagi, saat itu waktu menunjukan pukul 06.00 WITA, terlihat matahari masih malu-malu menampakan cahayanya ke bumi, tepatnya tanggal 12 Mei 2008 lalu.

Suara tangisnya menarik perhatian Pajariah yang tengah mencari kayu bersama anaknya. Saat ditemukan, kondisi Khairul sangat memprihatinkan. Tubuh mungilnya hanya berbalut kain popok yang berlumuran darah. Bahkan ari-arinya masih menjuntai ketanah. Tubuhnya hanya dilapisi secarik kain.

Iba dengan kondisi bayi itu, memaksa Pajariah membawa bayi tak berdosa itu kerumahnya. Berbekal pengalamannya sebagai seorang ibu Pajariah membersihkan tubuh mungil Khairul dan memotong ari-arinya. "Yang terlintas dalam benak saya saat itu adalah bagaimana agar anak ini selamat. Saya tidak berani melaporkan kejadian ini ke petugas kepolisian," kata Pajariyah saat berbincang-bincang dengan VIVAnews di rumahnya, beberapa waktu lalu.

Sejak ditemukan, Khairul selalu diberikan air beras tajin karena Pajariah yang kini berusia 80 tahun tidak mampu bekerja ekstra untuk membelikannya susu. Apalagi keuangan keluarga Pajariah sangat pas-pasan. Setiap harinya dari hasil mencari kayu kering dan menjual air tuak manis, Pajariah hanya memperoleh uang Rp 6000 sehari.

Sementara suaminya sudah sangat tua dan tidak mampu berbuat banyak. Pajariah dikaruniai lima anak yang kini sudah dewasa. Keempat anaknya berada jauh darinya. Dua anaknya di Malaysia dan dua lagi bekerja di pulau Sumbawa. Pajariah hanya ditemani seorang anaknya yang juga bekerja sebagai pencari kayu di hutan.

Positif Gizi Buruk
Akibat mengkonsumsi makanan yang tidak teratur membuat kesehatan Khairul melemah. Khawatir dengan kondisi anak pungutnya, Pajariah membawanya ke Puskesmas Gunung Sari. Terhitung sudah empat kali anak itu dibawa ke puskesmas namun tidak juga menunjukkan perubahan yang berarti pada kesehatannya.

Masyarakat sekitar tempat tinggal Pajariah  menyarankan kepada Pajariah agar anak itu dirawat oleh orang yang berpenghasilan sehingga dapat menjamin kesehatannya. Banyak juga orang yang menginginkan anak laki-laki itu.

Bahkan menurut Pajariah ada seorang dermawan yang hendak menukar anak itu dengan seekor sapi dan mobil. Namun permintaan itu ditolak Pajariah dengan berbagai alasan. "Saya ingin rawat anak ini hingga besar dengan harapan dia menjadi orang yang baik dan sholeh," ujarnya.

Kondisi kesehatan Khairul kian hari semakin memburuk. Puncaknya pada pertengahan bulan November Khairul terus-terusan buang air besar. Setiap makanan yang diberkikan selalu dimuntahkannya. Tubuhnya pun semakin kurus dan perutnya membuncit.

Setiap hari anak itu menangis dan meronta seolah menahan sakit yang teramat. Pajariah mengaku tidak tega melihat kondisi anak itu. Dia segera membawa anak pungutnya  ke  Rumah Sakit Umum Daerah NTB. Setelah diperiksa tim medis RSUD NTB, Khairul divonis menderita gizi buruk oleh dokter yang memeriksanya.

Dia juga mendapat pengawasan langsung dari dokter rumah sakit. Pertama kali masuk rumah sakit berat badan Khairul mencapai 4,5 kilogram. Menurut Rika Fianti perawat di ruang Dahlia tempat Khairul dirawat mengatakan berat badan Khairul sudah masuk level merah.

Artinya Khairul sudah layak disebut menderita gizi buruk. "Untuk menentukan seorang anak mendertia gizi buruk kami menggunakan rumus tertentu. Kasus Khairul ini termasuk katagori gizi buruk karena berat badannya tidak sesuai dengan usianya," kata Rika.

Saat ini Khairul masih tergolek lemas di kamar nomor 218 ruang Dahlia RSUD NTB. Berat badannya masih belum stabil dan berkisar antara 4,7 hingga 4,9 kilogram. Padahal anak seusianya seharusnya memiliki berat badan yang lebih. "Wong anak usia 6 bulan saja berat badannya mencapai 8 kilo, sedangkan anak ini masih dibawah berat itu," tutur Rika.

Keberadaannya menyita perhatian pengunjung rumah sakit. Menurut Pajariah hingga kini belum ada pejabat manapun yang datang melihat kondisi anak pungut itu. Dia juga berharap orang tua Khairul yang tega membuang anaknya datang berkunjung dan mengambil buah hatinya.

"Saya akan relakan jika sewaktu-waktu anak ini diambil orang tua kandungnya. Sementara ini saya ingin anak ini sembuh dan tumbuh sehat seperti anak lainnya," ujar Pajariah.

Reporter: Edy Gustan/Mataram

Fiorentina Pastikan Tiket ke Final Liga Konferensi Eropa 2023/24
Little Tokyo Blok M

Long Weekend Hemat! 5 Rekomendasi Wisata Gratis dan Seru di Jakarta

Beberapa destinasi di Jakarta bisa masuk dalam list untuk dikunjungi bersama keluarga. Yuk simak rekomendasi tempat liburan long week end Jakarta berikut ini!

img_title
VIVA.co.id
9 Mei 2024