Peringatan Hari Pabean Internasional 2024, Jalin dan Perkuat Kemitraan Dalam Hadapi Tantangan Global
- Bea Cukai
VIVA – Direktorat Jenderal Bea Cukai menjadi salah satu administrasi kepabeanan yang tergabung dalam World Customs Organization (WCO). Setiap tahunnya, Bea Cukai turut memeriahkan peringatan Hari Pabean Internasional atau International Customs Day (ICD) yang jatuh pada 26 Januari 2024. Tahun ini tema yang diangkat oleh WCO adalah Customs Engaging Traditional and New Partner with Purpose.
Tema ICD tahun 2024 dilatarbelakangi oleh tantangan yang dihadapi oleh administrasi pabean dalam satu dekade terakhir meliputi revolusi teknologi, krisis lingkungan dan kesehatan, serta kompleksitas isu geopolitik yang tidak hanya menuntut respon cepat, tetapi juga pendekatan proaktif oleh administrasi pabean di seluruh dunia.
Kasubdit Hubungan Masyarakat dan Penyuluhan, Encep Dudi Ginanjar mengungkapkan, “oleh karena itu, tema tersebut diangkat sebagai seruan kepada negara anggota WCO untuk meninjau kembali strategi kemitraan dalam bidang kepabeanan, baik dengan memperdalam kerja sama yang sudah ada, maupun dengan membentuk kemitraan baru di tengah kondisi global yang terus berkembang.”
Dalam amanat yang disampaikan pada upacara peringatan ICD 2024, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Askolani menyatakan dalam menghadapi tantangan global dibutuhkan sinergi dan kolaborasi yang kuat dengan berbagai entitas. Tujuannya adalah untuk menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan. Hal ini telah dilakukan Bea Cukai baik di level dalam negeri maupun internasional. Kerja sama tersebut mencakup pengawasan, penegakan hukum dan peningkatan kepatuhan pengguna jasa.
Kolaborasi dan inovasi terus dilakukan Bea Cukai untuk merespons tantangan dan memanfaatkan peluang dalam lanskap perdagangan global yang terus berubah. Sejalan dengan itu Bea Cukai terus menjalin kerja sama melalui berbagai platform kolaborasi untuk mewujudkan layanan publik yang lebih efisien, transparan serta pengawasan yang efektif. Selain mendorong kolaborasi dengan pelaku usaha, ke depannya Bea Cukai juga perlu membentuk kerja sama dengan mitra baru, seperti perusahaan dan platform teknologi, lembaga keuangan, organisasi non-pemerintah, dan akademisi.
“Kemitraan baru ini diharapkan membawa terobosan dan solusi inovatif dalam memfasilitasi perdagangan, meningkatkan keamanan perbatasan, dan memperkuat ketahanan rantai pasok global,” ujar Askolani.
Dalam rangka memperingati HPI, WCO memberikan apresiasi dalam bentuk Certificate of Merit kepada individu, tim, atau satuan kerja di lingkungan Bea Cukai, serta pihak eksternal yang telah memberikan kontribusi sesuai dengan tema ICD 2024.
Bea Cukai juga menyelenggarakan webinar bertema “Navigating the Global Landscape: Customs Forging Sustainable and Resilient Partnership”. Dalam kesempatan tersebut, Dr. Kunio Mikuriya, WCO Secretary General, menjelaskan keterlibatan administrasi Bea Cukai yang semakin luas dalam mengatasi isu-isu global. Bea Cukai sebagai agen perbatasan berperan penting dalam mengatasi tantangan tersebut dan harus bekerja sama dengan administrasi kepabeanan lainnya, organisasi internasional, dan pihak swasta.
Frank Heijmann, perwakilan dari Netherland Customs juga mengungkapkan terkait peran dan tantangan yang dihadapi oleh administrasi pabean saat ini, termasuk bagaimana cara menyeimbangkan peran antara fasilitasi dan pengawasan. Dalam penjelasannya, ia mengungkapkan bahwa manajemen risiko bea cukai berfungsi serta strategi penegakan hukum yang tidak hanya memperkaya pemahaman kita tetapi juga menyoroti pentingnya inovasi dan kolaborasi dalam mengatasi tantangan global.
Rizal Edwin Manangsang, Staf Ahli Bidang Transformasi Digital, Kreativitas, dan Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menjelaskan bagaimana ekonomi digital diharapkan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah merumuskan strategi pengembangan ekonomi digital hingga tahun 2045 melalui tiga fase: Prepare (perbaikan pondasi digital dasar), Transforms (percepatan transformasi untuk masyarakat dan bisnis yang cerdas), dan Lead (menetapkan standar teknologi inovasi). Strategi tersebut mencakup enam pilar utama: perluasan infrastruktur digital, peningkatan keterampilan SDM, komitmen pada riset, inovasi, dan pengembangan, inklusi finansial, serta dukungan regulasi yang sehat.