- ANTARA/Andika Wahyu
VIVAnews - Indonesia diharapkan mengikuti jejak Thailand dalam perhatiannya kepada mantan atlet. Sebab, masih banyak mantan atlet yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Menurut mantan pejudo nasional Ferry Pantaow, kondisi mantan atlet masih banyak yang memprihatinkan. Sebab, jika melihat negara lain, kehidupan mantan atlet mendapat perhatian penuh dari pemerintah.
"Indonesia seharusnya mengikuti jejak negara lain seperti Thailand, Malaysia dan China sangat menghargai perjuangan para atlet. Sementara di Indonesia perhatian semacam itu kecil sekali," kata Ferry Pantaow dalam keterangan persnya.
Ferry menegaskan, kurangnya perhatian pemerintah terhadap kehidupan mantan atlet setelah pensiun tentunya mendapat sentuhan dari pihak swasta. Peranan seperti itu harus diwujudkan Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) yang mempunyai keinginan membantu memberikan pengarahan pada mantan atlet yang kehidupannya kurang mampu.
Dia menyadari, bantuan pada mantan atlet itu sangat diperlukan. Namun ia berharap, bantuan yang diberikan itu berupa kail, bukan ikannya. Artinya, bantuan yang diberikan adalah dalam bidang usaha atau memberikan pengarahan sesuai bidangnya.
Bila hal itu mampu dilakukan dan diterapkan pihak swasta, maka akan menyentuh pemerintah dalam memberikan perhatian pada mantan atletnya. Bantuan pada mantan atlet yang kehidupannya di bawah garis kemiskinan itu seharusnya dilakukan sejak dari zaman dulu.
Pasalnya, saat ini sudah ribuan mantan atlet yang mengalami kehidupan di bawah garis kemiskinan. Hal itu tentunya yang memberatkan pemerintah bila ditarik menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Gebrakan dari pemerintah, khususnya datang dari Presiden dalam menyuarakan pemberian bantuan pada mantan atlet nasional yang kurang mampu. Bila perlu dikeluarkan Kepres agar para pengusaha diwajibkan membantu mantan atlet yang kurang mampu.
Melalui Kepres bisa disuarakan pada pemilik perusahaan swasta agar menerima para mantan atlet menjadi karyawan atau pekerjanya sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu, peranan swasta lebih mengarah. Bahkan bila perlu YOI yang menjadi koordinatornya untuk mengarahkan para atlet mendapat pekerjaan pada perusaha swata yang ditunjuk pemerintah. Melalui strategi itu katanya, peranan pemerintah dan YOI bisa padu dalam mengentaskan kemiskinan dilingkungan mantan atlet nasional.
Bantuan berupa materi katanya tidak dapat merubah kehidupan mantan atlet. Pasalnya, belum tentu mantan atlet memiliki pemikiran dalam penggunaan rumah atau bantuan berupa uang. Namun bila bantuan tersebut merupakan lapangan pekerjaan atau dana usaha, maka lebih terarah dalam merubah perekonomian mantan atlet yang hidupnya dibawah garis kemiskinan.