Berita Terbaru Galon sekali pakai

Mulai sadar akan dampak lingkungannya, para mahasiswa kos Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai meninggalkan penggunaan air minum kemasan.

Produksi galon sekali pakai yang kian masif membuat masalah sampah plastik semakin menggunung. Keberadaan galon tersebut bertentangan dengan target pengurangan sampah.

Persoalan sampah telah menjadi isu besar di Indonesia. Masalah sampah, terlebih plastik di Indonesia merupakan perkara serius yang memengaruhi lingkungan hingga kesehatan

Pakar ilmu pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritisi label BPA Free. Menurutnya, itu akan merugikan konsumen karena menyembunyikan informasi senyawa lain.

Pakar Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor Nugraha Edhi Suyatma mengkritisi label BPA Free yang dicantumkan pada galon sekali pakai.

Richard Lee membantah konten "bahaya BPA" yang dipublikasikannya itu merupakan pesanan pihak tertentu. Dia juga mengaku tidak mengetahui tentang adanya persaingan usaha.

Pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahmad Zainal Abidin mengingatkan bahaya yang terjadi bagi kesehatan para konsumen yang meminum air dari galon tersebut

Viral di media sosial Twitter seorang warganet menceritakan kejadian yang dialaminya, di mana ada galon sekali pakai yang bagian bawahnya gosong saat didistribusikan.

Temuan di lapangan bekas galon AMDK sekali pakai sulit untuk dikumpulkan. Menurutnya, karena ukurannya terlalu besar, masyarakat juga kebingungan untuk membuang sampahnya

Masyarakat mengendus adanya unsur persaingan usaha di balik iklan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) yang menyuarakan BPA Free dengan iming-iming kesehatan.

Keberadaan bank sampah jadi penyemangat untuk mengumpulkan sampah plastik sekali pakai dan menyetorkannya. Setiap sampah plastik yang disetor akan dapat uang atau emas.

Kampanye Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Abdul Ghofar mengkritik pemerintah yang seakan memberikan dukungan bagi perkembangan galon sekali pakai.