Tips Efektif Cegah Penularan COVID-19 Selama Liburan Panjang: Anjuran dari Pakar Kesehatan
- VIVAnews/Fernando Randy
Jakarta, VIVA – Libur panjang seringkali menjadi momen yang dinantikan masyarakat untuk bersantai, berlibur, atau berkumpul bersama keluarga. Namun, di balik semangat berlibur, terdapat potensi ancaman kesehatan yang perlu diwaspadai, terutama menyangkut penyebaran virus COVID-19. Dalam situasi tersebut, Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K), Guru Besar dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, memberikan sejumlah panduan penting agar masyarakat tetap aman dan sehat selama masa liburan panjang.
Varian Baru COVID-19: Perlu Diwaspadai
Lebih lanjut, Prof. Faisal mengungkapkan bahwa virus penyebab COVID-19 masih mengalami mutasi, dan saat ini varian yang beredar merupakan turunan dari Omicron. Varian ini memiliki gejala khas seperti batuk, pilek, dan dalam beberapa kasus juga bisa disertai dengan sakit perut.
Untuk mengontrol penyebaran varian baru ini, ia menyarankan pemerintah tetap melakukan pengawasan ketat atau surveillance, terutama di pintu masuk negara dan fasilitas layanan kesehatan.
“Kita belum tahu apakah varian baru ini sudah masuk Indonesia. Maka dari itu, penting dilakukan pemantauan terus-menerus melalui tes PCR,” jelasnya.
Risiko Penularan COVID-19 Meningkat Saat Liburan
Warga pakai masker karena polusi udara meningkat. (Foto ilustrasi)
- VIVAnews/Fernando Randy
Menurut Prof. Faisal, setiap kali memasuki masa libur panjang, terjadi peningkatan mobilitas masyarakat. Banyak orang melakukan perjalanan, mengunjungi tempat wisata, atau menghadiri acara-acara besar yang mengundang kerumunan. Kondisi inilah yang menyebabkan potensi penularan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, menjadi lebih tinggi.
“Saat libur panjang, intensitas pertemuan antarorang meningkat. Ini memperbesar risiko penularan, apalagi jika tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik,” ungkap Prof. Faisal seperti dilansir Antara, Kamis 5 Juni 2025.
Panduan Hidup Bersih dan Sehat: Kunci Utama Pencegahan
Prof. Faisal menekankan bahwa meskipun pandemi telah dinyatakan mereda, kewaspadaan tetap perlu dijaga, terutama dengan kembali menguatkan prinsip dasar HBS (Hidup Bersih dan Sehat). Langkah-langkah sederhana ini terbukti efektif menurunkan risiko penularan virus corona:
- Menggunakan masker, terutama di tempat umum atau saat berada dalam kerumunan.
- Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol.
- Menghindari tempat ramai, terutama jika ventilasi buruk.
- Tidak berbagi makanan dan minuman dengan orang lain, guna menghindari kontak droplet secara tidak langsung.
“Sama seperti sebelumnya. Jangan anggap enteng. Tetap pakai masker, jaga kebersihan tangan, dan hindari kerumunan. Itu semua bagian dari hidup bersih dan sehat,” tegasnya.
Calon penumpang pesawat memakai masker di tengah kabut asap beberapa waktu lalu (Foto ilustrasi)
- ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Hindari Interaksi Dekat dengan Orang yang Bergejala
Dalam kondisi tertentu, seseorang bisa saja terinfeksi virus tanpa menyadarinya, atau bahkan tidak menunjukkan gejala yang parah. Oleh karena itu, jika ada orang di sekitar yang menunjukkan gejala batuk, pilek, atau flu, sangat disarankan untuk menjaga jarak. Virus bisa menempel di permukaan kulit dan mudah masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan jika tidak berhati-hati.
“Kalau ada yang batuk atau pilek, sebaiknya jaga jarak. Virus itu bisa menempel di kulit, lalu terhirup. Itu sangat mungkin terjadi,” ujarnya.
Menjaga Imunitas Tubuh Itu Penting
Selain menerapkan protokol kesehatan, menjaga daya tahan tubuh juga menjadi kunci agar tidak mudah tertular penyakit, termasuk COVID-19. Menurut Prof. Faisal, mengonsumsi makanan bergizi, minum cukup air, dan tidur cukup merupakan langkah sederhana namun sangat vital untuk menjaga sistem imun tetap kuat.
“Istirahat cukup dan asupan gizi seimbang sangat penting agar tubuh tidak mudah terserang virus,” katanya.
Waspada bagi Penderita Komorbid
Bagi mereka yang memiliki komorbiditas seperti penyakit jantung, diabetes, atau gangguan paru, risiko mengalami gejala parah akibat infeksi COVID-19 jauh lebih tinggi. Oleh karena itu, kelompok ini sangat dianjurkan untuk lebih selektif dalam memilih aktivitas, serta menghindari tempat yang padat atau berisiko tinggi.
“Mereka yang punya penyakit bawaan harus ekstra hati-hati. Hindari tempat berisiko tinggi dan selalu jaga kondisi tubuh,” sarannya.
Evaluasi Efektivitas Vaksin COVID-19
Terakhir, Prof. Faisal menekankan pentingnya mengevaluasi ulang efektivitas vaksin COVID-19 yang sudah diberikan kepada masyarakat sejak masa pandemi. Mengingat virus terus bermutasi, perlu dilihat apakah vaksin yang ada masih memberikan perlindungan optimal terhadap varian baru.
“Perlu kajian kembali soal seberapa efektif vaksin lama dalam menangkal varian baru ini,” tutupnya.