Urusan Seni, Remy Memang Gila

Remy Sylado
Sumber :

VIVAnews - "Tentang seni, selama ini pengetahuan kita banyak yang keliru. Itu dimulai dari acuan yang keliru, dan KBBI berperan besar menyesatkan masyarakat. Ironisnya lagi, dosen-dosen juga mengikuti sehingga kita menjadi keliru. Karena alasan yang demikian itu, saya berusaha untuk  menulis buku ini,” kata Remy Sylado dalam presentasinya Diskusi Seni dalam rangka peluncuran bukunya, 123 Ayat tentang Seni di Kawasan Wisata Punclut, Sabtu, 29 September 2012.

Niat Mulia Maarten Paes untuk Timnas Indonesia

Berbaju putih dengan gaya orasinya yang khas, sang Munsyi itu memikat perhatian lebih 150 peserta acara. Pada kesempatan itu, Remy menjelaskan perihal keilmuan dalam bidang seni, terutama 5 bidang, yaitu Susastra, Musik, Senirupa, Drama dan Film.

Sebelum diskusi dimulai, Tan De Seng Seniman ahli Karawitan Sunda memberikan komentar cukup banyak tentang sosok Remy yang dikenal di masa lalu sebagai teman dekat. “Banyak orang tahu tentang seni, tetapi tidak tahu asal muasal kata dalam setiap istilah. Remy tahu dan bisa menjelaskan secara baik segala hal tentang pengetahuan seni. Mau sastra, musik, drama, film dan banyak hal ia tahu. Urusan seni, Remy memang gila,” tutur De Seng disambut tawa hadirin.

Kisah Mualaf Jorvan Vieira Pelatih Timnas Irak yang Berhasil Membawa Timnya Menjuarai Piala Asia

Deseng juga mengenang, “dulu kita senang berdiskusi, tapi tiap seperempat jam diskusi pasti berantem, tetapi sekali pun begitu, jiwa Remy itu baik. Perkawanan kita senantiasa baik.” Peserta yang sebagian terdiri dari kaum muda yang tak mengenal Remy di era 1970an kontan terhibur oleh cerita kenangan itu.

“Saya menulis buku ini dengan cara baru supaya pembaca lebih memiliki cara pandang lain dalam memahami teks,” papar Remy.  Tetapi, sekalipun setiap ayat memisahkan bagian secara pendek, masing-masing tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan.

Pratama Arhan Jadi Sasaran Bully Netizen, Ibunda Teteskan Air Mata

Maksud lain dari penulisan buku ini juga ditujukan supaya bangsa Indonesia memiliki semangat membangun kemandirian, atau menjadikan karakter diri yang lebih baik. “Selama ini Eropa selalu berhasil mempengaruhi kita, kita selalu terpengaruh, tetapi kita tidak pernah berhasil mempengaruhi Eropa. Hanya Cina dan Jepang yang mampu menarik perhatian Eropa, yaitu dengan seni rupa.

Sebagaimana saya tulis pada Ayat 112 tentang Seni Rupa, Jepang dan Cina memiliki lukisan-lukisan yang sempat menarik perhatian Barat untuk ditimba sebagai dorongan ilhamnya. Itu pada contoh Van Gogh yang mengkopi lukisan “Hujan di Atas Jembatan” karya pelukis Jepang Ando Hiroshige. Van Gogh menghayati ‘perasaan’ orang Jepang” lewat ‘pikiran’ Belanda,” papar Remy.

Itulah salah-satu uraian diskusi seni yang kemudian memancing peserta yang terdiri dari seniman angkatan 1970an, seniman muda, penulis, dan pecinta buku yang hadir dari berbagai kampus perguruan tinggi  di Bandung dan juga beberapa peserta dari luar kota seperti Bogor, Jakarta dan Cirebon.
Setelah 15 menit Remy melakukan presentasi, Moderator, Faiz Manshur, memberikan kesempatan peserta untuk dialog secara interaktif.  Satu persatu peserta bertanya dan menimba ilmu dari Sang Maestro.

Beberapa pertanyaan seperti, Mengapa kita miskin ilmu-seni? Apakah generasi kita sekarang memang instan dan berbeda dengan keseriusan seniman jaman dulu yang mendalam? Mengapa sekarang, dengan banyaknya literatur tidak menjadikan generasi lebih memiliki pemahaman keilmuwan seni secara mendalam? Bagaimana fenomena underground di kalangan anak muda Bandung? Bagaimana kita harus tetap disiplin menulis dalam berbagai situasi?

Satu persatu pertanyaan dijawab oleh Remy, sebagian dijawab secara ilmiah serius, sebagian lagi dengan cara jenaka. Remy memang menarik perhatian. Dalam diskusi yang santai di puncak bukit dengan semilir angin serta pemandangan alam terbuka itu para peserta tak henti-hentinya memanfaatkan kesempatan menimba ilmu dari sang Mastro kelas wahid Indonesia.

Seorang peserta yang mengapresiasi buku tersebut mengatakan, bahwa buku 123 Ayat tentang Seni akan menolong banyak pengajar, terutama guru dan dosen seni yang selama ini tidak memiliki buku acuan secara utuh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya