Sumber :
VIVAnews
- Di Semarang, Jawa Tengah terdapat tradisi bernama Dugderan yang berasal dari kata “dug” dan “der”. Kata "dug" diambil dari suara beduk masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya Ramadan, sedangkan kata “der” berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan beduk.
Biasanya tradisi ini digelar pada satu atau dua minggu sebelum Ramadan. Seluruh kalangan masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua ikut gembira pada tradisi ini.
Tradisi Dugderan sudah menjadi pesta rakyat karena turut menampilkan tari japin, arak-arakan (karnaval), dan tabuh beduk oleh walikota Semarang. Namun, proses ritual atau pengumuman awal puasa tetap menjadi puncak acara yang masih bersifat sakral bagi para tokoh masyarakat.
Kini dentuman meriam pada tradisi Dudgeran diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran yang terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya. Untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya bleduran diberi karbit yang kemudian disulut api.
Kini dentuman meriam pada tradisi Dudgeran diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran yang terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya. Untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya bleduran diberi karbit yang kemudian disulut api.
Viral Pria di Medan Bakar Rumah Sendiri Diduga Kecanduan Narkoba, Pihak Keluarga Minta Rehabilitasi
Sebuah video viral di media sosial menunjukkan seorang pria membakar rumahnya sendiri. Diduga kuat, tindakan nekad ini dilakukan karena pria tersebut kecanduan narkoba
VIVA.co.id
14 Mei 2024
Baca Juga :