Lomba Artikel Pemilu 2009

Potensi Indonesia di Tengah Pesta Demokrasi

VIVAnews -  Hiruk pikuk Pesta Demokrasi di Indonesia masih berada dititik awal. Tak ayal lagi seluruh mata, tenaga, energi, terpusat pada perhelatan ini. Semua orang sibuk membicarakan hasil quick count yang dimata sebagian orang memberikan hasil yang mengejutkan.

Riders Papan Atas Tampil di Equestrian All Star Tour 2024

Suara Partai Demokrat yang melonjak tajam, merosotnya suara Parta Golkar secara drastis setelah menjadi jawara di Pemilu 2004 lalu, lahirnya kuda hitam Gerindra dan Hanura, menurunnya penguasaan partai-partai dengan basis massa tradisionil seperti PDIP, PPP dan PKB dan berbagai issue lainnya. Semua orang sibuk memperkirakan akan seperti apa peta perpolitikan di republik ini.

Ditengah keramaian pesta demokrasi yang berlangsung di republik ini, sebuah peristiwa terjadi di negara tetangga, Thailand.  Event internasional KTT Asia Timur yang dihadiri oleh para Kepala Negara se Asia Timur ditambah beberapa negara lain seperti Jepang, China, Australia dan Amerika terpaksa di tunda.

Demo besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat negeri Gajah Putih yang pro pada pemimpin yang lama, Thaksin Sinawatra terhadap Perdana Menteri Thailand yang baru,  Abhisit Vejjajiva membubarkan acara tersebut sehingga terpaksa ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan. Negeri Gajah Putih itu telah mencoreng muka mereka sendiri di mata dunia internasional.

Dan saya melihat sebuah momentum, lagi.  Momentum bangkitnya kekuatan baru yang disegani di kancah Internasional.

Saya tidak mampu menahan kegairahan dan rasa percaya diri tentang nasib sebuah negeri indah bernama Republik Indonesia. Terlalu banyak tanda-tanda yang telah Tuhan berikan tentang masa depan dan nasib negeri ini. Saya seakan melihat bahwa tidak lama lagi, akan lahir kekuatan baru di dunia, yang akan mengalihkan pandangan kagum orang dari fenomena Cina dan India.

Kekuatan baru itu bernama Indonesia.

Lihat saja apa yang terjadi di negara-negara tetangga kita. Thailand tengah disibukkan oleh kudeta yang silih berganti, pasca kudeta militer terhadap PM Thaksin.

Reaksi Shin Tae-yong Usai Gol Timnas Indonesia U-23 Dianulir Wasit

Kepemimpinan Badawi di Malaysia juga digoyang. Perjuangan tak kenal henti yang dilakukan oleh Anwar Ibrahim, ketidakpuasan ras-ras minoritas Cina dan India memaksa Badawi meletakkan kursi kepemimpinannya dan menyerahkannya pada  Perdana Menteri yang baru, Abdul Razak.

Filipina? Dalam 20 tahun terakhir negeri ini telah 9 kali mengalami kudeta militer.  Dan negeri ini, pernah mengalami peristiwa besar yang sama, 12 tahun lalu. Dan setelah itu, meski ditandai proses demokrasi yang kebablasan, dimata saya apa yang terjadi di Indonesia jauh lebih baik.

Saya membayangkan parawisata Indonesia akan bangkit. Wisatawan yang datang ke Thailand, yang jumlahnya 3 kali lipat jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia, akan beralih ke Indonesia.

Zaidul Akbar Sebut Ada Bahaya Tersembunyi di Balik Kebiasaan Minum Saat Makan

Dunia akan lebih nyaman menyelenggarakan event internasional di tempat kita. Terbukti dari banyaknya kegiatan Internasional yang diselenggarakan di sini, berjalan dengan baik. Wisatawan asing akan lebih memilih Indonesia sebagai “The Real Truly Asia” daripada Malaysia setelah mereka tahu bahwa budaya yang dijual di Malaysia berasal dari Indonesia.

Mereka juga akan lebih memilih Indonesia yang masyarakatnya lebih ramah dan tidak rasialis, karena disini masyarakat Cina dan India memiliki hak-hak yang sama ketimbang masyarakat minoritas di Malaysia. Bahwa Bali masih jauh lebih indah dan aman daripada Pattaya. Bahwa Reog itu adanya di Ponorogo, bukan Malaysia.

Para Investor semakin terbuka matanya bahwa keamanan berinvestasi lebih terjamin di negeri ini. Karena Indonesia memiliki SDM yang berlimpah, dan pemerintahan yang mampu menjamin keamanan mereka berinvestasi.

Mereka yang berpandangan luas sadar bahwa Indonesia memiliki catatan sejarah sebagai negara yang besar jauh sebelum republik ini ada, ketika Majapahit dan Sriwijaya menguasai daratan Asia.

Industri berbasis teknologi tinggi yang saat ini banyak berinvestasi di India dan Cina semakin sadar bahwa Indonesia memiliki kombinasi keduanya. Jika pertumbuhan di India didorong oleh gerakan sosial dan industri, dan keberhasilan Cina ada pada etos kerja masyarakat dan komitmen pemerintah yang kuat, Indonesia berada diantaranya.

Mereka sadar, jurang antara si miskin dan si kaya di India yang terlalu tinggi berpotensi untuk menciptakan chaos. Sedangkan dominasi pemerintah yang kuat di Cina berpotensi mereka tidak memiliki bargaining yang kuat. Lagi, lagi, Indonesia berada diantaranya.

Munculnya Indonesia sebagai negara yang melakukan kejahatan digital nomor 2 terbesar di awal tahun 2000 menunjukkan bahwa SDM Indonesia memiliki kualitas intelektual yang tinggi namun tidak memiliki cukup wadah untuk mengimplementasikannya secara benar.

Negeri ini memang pernah mengalami chaos yang cukup besar ditandai jatuhnya rezim orde baru terjadi 12 tahun lalu. Namun apa yang terjadi setelah itu jauh lebih baik daripada apa yang terjadi di negara tetangga kita.

Sekali lagi, saya melihat momentum atas apa yang terjadi di tetangga-tetangga kita.

Andai saja pemerintah kita melihat momentum ini. Saya membayangkan Pak Jero Wacik tengah memimpin rapat di Kementerian Pariwisata untuk mengambil kebijakan dan langkah untuk menarik wisatawan yang datang ke Thailand berpindah ke Indonesia.

Ibu Sri Mulyani beserta menteri-menteri dibawah jajaran Menko Ekuin tengah menyusun strategi dan menyiapkan para negosiator yang siap berangkat untuk melakukan lobi. Pak Widodo AS beserta Kapolri dan Panglima ABRI tengah rapat untuk menjaga segala kemungkinan yang ada.

Hal yang sama terjadi di tokoh-tokoh partai. Pak Jusuf Kalla tidak lagi sibuk memikirkan soal suara Golkar yang “terjun payung”, tidak lagi mempedulikan kepentingannya untuk menjadi presiden ditengah tanggungjawabnya sebagai Wakil Presiden, dan kembali dengan kompak bersama Pak SBY menyiapkan langkah-langkah pemerintah.

Ibu Megawati tidak lagi sibuk mencari-cari kesalahan pemerintah dan mengeluarkan statemen-stetemen ngga penting. Pak Prabowo lalu mengalihkan dana kampanyenya yang bermilyar-milyar itu untuk kegiatan real memberdayakan petani, nelayan, pedagang pasar dan bukan “memperdaya” mereka untuk kepentingan dirinya dan menghamburkan uang untuk iklan-iklan yang tiada hentinya.

Dan pak SBY tetap fokus sebagai nakhoda, melupakan kemungkinannya dipilih kembali dan percaya kepada rakyat bahwa rakyat pasti akan memilihnya kembali  setelah sekian banyak pencapaian yang dilakukan pemerintah selama kepemimpinannya.

Pesta demokrasi ini memang berpontensi membawa Indonesia menghancurkan dirinya sendiri. Pilihan ada ditangan kita, apakah kita memilih untuk mempermalukan diri sendiri dengan sibuk saling menyalahkan, mencari-cari kesalahan, sibuk mencaci maki diri sendiri dan hanya mengeluarkan sumpah serapah. 

Namun saya selalu percaya, setidaknya mencoba untuk selalu memperkuat keyakinan bahwa negeri  indah bernama Republik Indonesia suatu saat nanti akan menjadi negeri yang disegani.

Semoga perhelatan pesta demokrasi  ke 3 setelah rezim orde baru ini mendewasakan kita.

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya