Kenapa Badak memilih Ujung Kulon?

Sungai Cigenter merupakan sungai yang terdapat dalam Pulau Handeuleum, sebuah pulau kecil di gugusan Pulau Taman Nasional Ujung Kulon.
Sumber :

VIVA.co.id - Pernahkah kamu melihat badak, lalu berfoto bersama saat kamu ada di dekatnya atau bahkan ketika kamu memberinya makan? Seperti kamu bisa saja berfoto dengan lumba-lumba di Ancol ataupun dengan gajah di Ragunan. Tidak semudah itu kita bisa menemui badak.

Detik-detik Jelang Terbitnya Buku Terbaru Pidi Baiq

Ia tidak seperti selebriti yang bermaksud menghindari spotlight atau menolak untuk mengekspos diri. Walau banyak yang bilang ia pemalu dan menghindari paparan langsung matahari terhadap kulitnya. Kondisi alam yang mempunyai spesifikasi tersendiri membuat kita sulit menemuinya dengan mudah. Badak pernah tinggal di Ragunan agar bisa dilihat para “penggemarnya”, tapi itu tidak bertahan lama. Tidak ada seekor pun badak yang bisa dipindahkan dari habitat asalnya yang spesial.

Saat ini hanya tersisa 5 jenis Badak di dunia, yaitu Badak Sumatera (Dicherorinus Sumatrensis), Badak Jawa ( Rhinoceros sondaicus  ), Badak Hitam (Diceros bicornis longipes ), Badak Putih (Ceratotherium simum ), dan Badak India ( Rhinoceros unicornis ). Kelimanya dinyatakan terancam punah. Di antaranya disebabkan oleh maraknya perburuan, hilangnya hutan sebagai tempat tinggal, berbagai jenis penyakit, maupun persaingan antar makhluk hidup.

Dari kelima jenis tersebut, Badak Sumatera dan Badak Jawa termasuk dalam kategori kritis dan menjadi prioritas utama untuk diselamatkan. Keduanya berada dalam daftar Red List Data Book yang dirilis oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources). Yang paling mengkhawatirkan adalah keberadaan Badak Jawa yang jumlahnya sangat sedikit, yaitu sekitar 64 ekor dan hanya ada di satu tempat: Taman Nasional Ujung Kulon (Banten). Kenapa Badak Jawa di Indonesia hanya terpusat di satu tempat? Kenapa mereka memilih Ujung Kulon?

Seperti halnya Britney Spears, Mariah Carey dan Shania Twain yang memilih Las Vegas untuk “bertahan” dan tetap berada dalam spotlight di tengah kondisi industri yang makin menggeser posisi mereka, Taman Nasional Ujung Kulon memberikan berbagai alasan bagi Badak Jawa untuk bisa bertahan hidup, antara lain masih luasnya hutan hujan tropika, vegetasi sumber makanan yang masih cukup berlimpah, jaraknya dengan pantai, atau sekadar kubangan tempat mereka bisa “memanjakan diri”.

Hal-hal alami tersebutlah yang sangat jarang terdapat di berbagai tempat, yakni kawasan hutan yang telah banyak berubah menjadi lahan pertanian ataupun industri, kubangan-kubangan ditimbun menjadi perumahan, kawasan sekitar pantai yang berubah menjadi penginapan-penginapan turis dan hal-hal lainnya demi segudang alasan. Perubahan-perubahan tersebut membuat para badak mau tidak mau harus memilih suatu tempat agar mereka bisa meneruskan kehidupan mereka di tengah berbagai kekhawatiran yang membuat mereka tidak mudah ditemui.

Kondisi yang dialami Badak ini harus diketahui oleh banyak orang dari berbagai pihak. Oleh karena itu, walaupun para badak mungkin tidak suka, orang-orang yang peduli harus memberikan spotlight pada kondisi badak yang terancam hilang dari muka bumi. Berbagai tulisan, berita-berita di media, tayangan televisi, artikel ilmiah, penelitian, artikel hiburan, berwisata langsung untuk melihat habitat badak, ataupun status di media sosial menjadi alat yang ampuh untuk memberikan ekspos kondisi badak dan tempat tinggal yang mereka butuhkan. Supaya suatu hari, banyak pihak yang peduli dan bisa mendukung atau mendorong pemerintah untuk membuka rumah baru bagi para badak agar dapat bertahan serta melanjutkan keturunan mereka.

Sensasi Keripik Rasa Paru dari Daun Singkong
Hadiah lomba

Edu House Rayakan Harlah ke-8

Acara kali ini bertajuk “Discover the Magic on You”.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016