Ibu Karsi, Guru dengan Honor Dua Ratus Ribu Per Bulan

Ibu Guru Karsi bersama anak didiknya di SDN 01 Margorejo, Pati.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Ini kisah duka Ibu guru Karsi, 40 tahun. Ia mengajar sebagai guru honorer di Sekolah Dasar Negeri 01, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Dia dipercaya menjadi wali kelas untuk para murid yang duduk di bangku Kelas II. Karena statusnya yang honorer itu, membuat dirinya harus pasrah tak bisa berbuat apapun dan hanya menerima honor mengajar Rp200.000 setiap bulannya.

Viral Guru Honorer Lagi Hamil Tua Dipecat Pejabat Sekolah

Bu Karsi bercerita, dia hanyalah lulusan Sekolah Pendidikan Guru dan mulai mengajar ketika usianya 22 tahun. Semula dia berharap bisa diangkat menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Saat diberlakukan ketentuan bahwa seorang guru bisa diangkat menjadi PNS jika punya gelar S1, segeralah dirinya ikut kuliah di Universitas Terbuka. “Biayanya murah dan tidak harus meninggalkan anak didik,” kilah Bu Karsi.

Sebagai kelengkapan kuliah, Bu Karsi harus mempunyai laptop. Maka dijuallah empat ekor kambing miliknya untuk membeli sebuah laptop bekas. Dua orang anaknya, perempuan dan laki-laki yang masih duduk di bangku SMK dimintanya untuk mengajari cara mengoperasikan laptop tersebut.

Kemendikbud: Guru Honorer Tak Lulus Seleksi PPPK Jangan Berkecil Hati

Akhirnya, gelar S1 berhasil diraihnya. Setelah itu, beberapa kali dirinya ikut ujian Calon-PNS. Tapi entah suratan tangan atau faktor apa, dirinya tak pernah lolos test tersebut. Hingga usianya memasuki 40 tahun saat ini, yang berarti menutup peluangnya untuk bisa diangkat menjadi seorang guru dengan status PNS.

Walaupun di hati memendam rasa kecewa karena menyadari tidak bakal bisa diangkat menjadi PNS, namun Ibu Karsi masih setia dengan profesi panggilan hatinya yaitu guru. Setiap hari selalu penuh semangat dengan disertai wajah ceria, beliau tampil di muka kelas. Dia mengajar anak-anak yang umumnya dari keluarga masyarakat pedesaan. Dari Senin hingga Kamis, pada sore hari di rumahnya yang sederhana yaitu di Desa Badegan, Margorejo, Pati, dia menerima murid-murid yang ingin mengikuti les atau bimbingan belajar.

Sertifikat Pendidik di Kriteria PPPK Rugikan Sekolah Swasta

Untuk kegiatan yang bersifat pribadi ini, sama sekali tidak dipungut biaya sepeserpun. Dari 10 murid peserta les, hanya dua orang yang memberi uang les sebesar Rp 25.000 dan Rp 50.000, sedang yang lainnya gratis. “Tak tega memungut uang les, anak-anak itu dari keluarga miskin,” tutur Bu Karsi. Karena honor mengajar yang minim, Bu Karsi dan suaminya yang buruh tani harus banting tulang guna mencukupi ekonomi keluarga.

Suaminya beternak kambing dan ke sawah menjual tenaga. Bu Karsi juga pergi ke pematang sawah guna mencari keong, yang kemudian dimasaknya menjadi sate keong. Dari penjualan sate keong di SD dekat rumahnya, dia mendapatkan uang beberapa puluh ribu. “Bisa untuk membeli bumbu dapur,” ucap Bu Karsi sambil tersenyum.

Semoga Bu Karsi diberikan ketabahan dalam mengemban profesi, khususnya di dalam mengarungi kehidupan pribadinya yang terasa tidak ringan tersebut. Inilah refleksi kehidupan seorang guru Sekolah Dasar Negeri berstatus honorer di pedesaan Provinsi Jawa Tengah dan jumlahnya mencapai puluhan ribu. (Tulisan ini dikirim oleh Heru Christiyono Amari, Pati, Jawa Tengah)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya