Aksi Melawan Radikalisme dalam Rangka Sumpah Pemuda
VIVA – Aksi melawan radikalisme terus menggelora di berbagai penjuru. Termasuk salah satunya di Tuban. Pada Sabtu, 28 Oktober 2017, bertepatan dengan lahirnya Sumpah Pemuda para dosen dan mahasiswa dari beberapa kampus menggelar aksi melawan radikalisme. Aksi ini digelar mulai pukul 13.00 hinggga pukul 16.00.
Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung KSPKP Tuban ini diikuti oleh 500 orang. Terdiri dari pimpinan universitas se-Kabupaten Tuban, dosen, dan para mahasiswa lintas kampus. Kampus yang terlibat dalam aksi ini di antaranya Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Universitas Sunan Bonang Tuban, Stikes NU Tuban, STITMA Tuban, STAI Al-Hikmah, STIE Muhammadiyah Tuban, dan Poltana Mapena Tuban.
Ketua Panitia Kegiatan Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme, Supiana Dian Nurtjahyani mengatakan aksi kebangsaan ini adalah kegiatan bersama yang diselenggarakan forum pimpinan perguruan tinggi Kabupaten Tuban. ‘’Kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab perguruan tinggi dalam menjaga ruh NKRI. Apalagi perguruan tinggi adalah sebagai pusat pengembangan keilmuan,’’ ujarnya.
Dia menjelaskan, langkah aksi ini ditempuh karena ada kecenderungan munculnya paham radikalisme yang terjadi di Indonesia. Maka, perguruan tinggi mengambil sikap jelas melawan dan mencegah radikalisme. ‘’Perguruan tinggi harus mengambil peran nyata dalam membela Pancasila dan keutuhan NKRI,’’ tambahnya.
Dalam aksi ini, orasi kebangsaan juga disampaikan Bupati Tuban, KH. Fathul Huda. Dalam orasinya, beliau menjelaskan empat pilar yang sudah ada di Indonesia yang tidak perlu diubah. Dia mencontohkan Pancasila yang merupakan sudah rumusan final. ‘’Para perumusnya dari berbagai elemen. Termasuk, para kiai dan para pendiri bangsa,’’ ujarnya.
Bupati berharap, agar Indonesia jangan sampai seperti negara Timur Tengah yang terus diguncang konflik. Jadi, kesatuan dan persatuan bangsa perlu terus dipupuk agar negara ini tetap damai.
“Langkah yang harus dilakukan agar kedamaian terus ada di Indonesia salah satunya adalah dengan menghilangkan kesenjangan sosial,” tambahnya. Menurutnya, Pemkab siap bersama-sama semua elemen masyarakat untuk melawan radikalisme di bumi wali itu. “Mari kita rawat ke kebinekaan di Nusantara ini,” tegasnya.
Dalam aksi ini, para mahasiswa juga mengggunakan pakaian adat. Mereka juga mengucapkan Sumpah Pemuda yang pernah didengungkan pada 1928 itu. Kemudian, acara dilanjutkan oleh para pimpinan perguruan tinggi dengan membacakan pernyataan sikap atas munculnya gerakan radikalisme.
“Saya merasa harus bisa membaca Sumpah Pemuda dengan menggunakan pakaian adat ini,” papar Alfian. Dia mengatakan, sebagai bentuk menghormati para pahlawan yang saat itu sedang mendorong adanya kemerdekaan di Indonesia, dan sikap menolak paham radikalisme adalah sebuah kewajiban. (Tulisan ini dkiirim oleh Fisip Unirow, Tuban)