- vstory
VIVA – Akhir-akhir ini istilah “ learning loss” menjadi hal yang sering disebut- sebut oleh kementerian pendidikan sebagai sesuatu yang telah terjadi selama pembelajaran daring di masa pandemi. Telebih lagi dalam konferensi persnya waktu meluncurkan kurikulum Merdeka, Menteri Nadiem bahkan menyebutkan salah satu alasan kurikulum itu diluncurkan untuk mengatasi “learning loss” tersebut di samping mutu pendidikan Indonesia jalan di tempat selama dua puluh tahun terakhir berdasarkan hasil tes PISA.
Apa sebenarnya makna learning loss? Defenisi umum dari learning loss adalah hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa, baik secara spesifik atau umum, yang dipengaruhi berbagai faktor.
Istilah ini sering diartikan sebagai kemunduran secara akademis yang berkaitan dengan kesenjangan yang berkepanjangan atau proses pendidikan yang berlangsung secara tidak baik. Pertanyaan sederhana menyusul, apakah selama pandemi saat ini di pembelajaran daring siswa-siswa Indonesia tidak mempelajari sesuatu yang baru? Atau apakah mereka tidak memahami materi yang diajarkan? Bagaimana raport mereka? Kalau dalam penilaian guru, siswa-siswa memenuhi capaian pembelajaran, berarti tidak terjadi learning loss.
Indonesia sebagaimana semua negara di dunia memang migrasi dari belajar di kelas ke media platform berbasis internet. Namun, metode pendidikan ini sudah lama dijalankan bahkan dalam dunia perguruan tinggi. Kita mengenal universitas terbuka, banyak juga sekolah yang sepenuhnya diselenggarakan secara online sebelum pandemi akan tetapi siswa dan mahasiswanya tidak pernah dicap mengalami learning loss. Istilah ini, baru populer ketika pembelajaran online diterapkan selama pandemi Covid.
Selama proses belajar daring di masa pandemi guru-guru sudah berusaha untuk melakukan metode yang terbaik dalam mengajar. Mereka mengerahkan berbagai inovasi untuk membuat siswa tidak meninggalkan kelas zoom atau melakukan upaya-upaya palsu supaya seolah-olah berada di kelas online tersebut.
Guru-guru sudah melakukan semua hal agar tujuan pembelajaran tercapai, termasuk juga membuat grup orang tua agar lebih bisa memantau keberhasilan pembelajaran. Istilah learning loss adalah salah satu perendahan yang tidak menghargai upaya dan kemampuan para guru yang telah berakrobat melakukan hal-hal yang terbaik dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran hendaknya diukur dengan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran tersebut. Bukan hanya sekadar mencap bahwa telah terjadi learning loss, di mana para guru telah menilai bahwa tujuan pembelajaran tercapai. Kalau misalnya learning loss yang dimaksud adalah karena ketimpangan akses internet, berarti yang terjadi adalah disparitas infrastruktur, ketidakmampuan pemerintah menyediakan akses belajar.
Sudah dua tahun pandemi berlangsung, model pembelajaran ini, membuka banyak tabir, khususnya infrastruktur yang masih belum memadai, banyak siswa miskin yang belum mampu memiliki alat komunikasi untuk belajar daring, terutama di daerah-daerah 3T.
Pemerintah harusnya fokus pada permasalahan tersebut, bukannya meluncurkan kurikulum yang katanya sama saja dengan K13 hanya ada perubahan sedikit. Kalau demikan, mengapa tidak memakai saja K13 sehingga dana serta energi yang ada dipusatkan untuk memperbaiki infrastruktur, meningkatkan mutu guru ketimbang mempermasalahkan learning loss yang belum terbukti benar adanya.
