Hukum Kepastian Uang Oligarki

Ilustrasi uang
Sumber :
  • vstory

VIVA - Mantan anggota DPR RI Fahri Hamzah mengomentari pernyataan yang diberikan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Haedar Nashir Sindir UU Titipan Oligarki 'Kun Fayakun': Tak Peduli Suara Muhammadiyah-NU

Megawati Soekarnoputri memberikan ancaman kepada kader PDIP untuk tidak bermain dua kaki.

"Kalian, siapa yang berbuat manuver-manuver, keluar! Karena tidak ada di dalam PDI Perjuangan itu yang namanya main dua kaki, main tiga kaki, melakukan manuver," kata Megawati Soekarnoputri pada beberapa waktu yang lalu.

Romo Magnis Sebut Indonesia saat Ini Dalam Situasi yang Cukup Berbahaya

Relawan Ganjar

Relawan Ganjar sudah adu Kepala lawan pimpinan PDIP Trimedya. Kalian dibayar siapa para relawan ini? Demikian kata Trimedya.

Gonjang-ganjing Pemilu, Rakyat Harus Cerdas agar Tak Jadi Kayu Bakar Politik Oligarki

Jadi Rakyat pun menunggu Megawati. Perhitungan saya belum sepenuhnya selesai, kata Megawati.

Jadi orang-orang melihat pesta demokrasi ini seperti random. Bayangkan, bilamana urusan kekuasaan jatuh di tangan dadu. Bagaimana repotnya ibu pertiwi ini?

Kepastian uang

Jadi zaman old para landlord berperang dengan penguasa tetangga tersebut ditinggalkan. Terlalu risiko besar.

Rezim supremasi sipil membuat kekuasaan lebih stabil. Caranya lumbung nasional tersebut merupakan waduk bendungan. Bendungan uang tersebut naik dan turun debit air.

Pada saat debit air turun, penerimaan pajak pun turun, negara kekurangan defisit anggaran. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan yaitu oligarki harus terus menerus membesarkan waduk.

Pada hakikatnya apa pun di permukaan bumi dipijak dari zaman es dulu pun sama. Oleh karena itu, supaya oligarki terus sustainable, mereka pun butuh tangan kekuasaan.

Ada kisah seseorang hidupnya tekor dikejar uang kontrakan. Ada pengusaha kecil yang gara-gara pandemi main voucer yang nilainya Rp 15 juta dibeli seharga Rp 10 juta. Keenakan untung terakhir bayar Rp500 juta ditinggal pergi si penjual.

Pengusaha menengah kredit bank Rp300 miliar dengan asumsi bisa masuk jadi kontraktor institusi. Dilalah pandemi. Macet.

Jadi sifat kekuasaan uang mengecoh, yang kecil dimakan yang lebih besar, terakhir yang oligarki punya assets Rp70 triliun pun bergerak. Ya bergerak maju atau mati.

Bayangkan saja, untuk kredit bank raksasa sebesar Rp 70trilun, bunga cicilan nya minimum Rp 700 miliar per bulan. Dengan kekuatan mereka, seluruh tangan-tangan kekuasaan bergerak.

Kadang pemerintah membatasi peran mereka, betapa mereka merasakan penat menunggu. Sejak zaman Gatot tujuh tahun lamanya mereka istirahat. Jokowi jengkel.

Bagi mereka, kepastian uang tidak bisa lagi menunggu dadu. Semua mengerucut kepada kiblat kekuatan satu orang. Inilah yang ditunggu Megawati. Kepastian dari pihak-pihak pemangku kepentingan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.