Migrasi Siaran Televisi Digital, Permasalahan dan Solusinya

Fitur EPG (electronic program guide) pada siaran televisi digital
Sumber :
  • vstory

VIVA – Saat ini program suntik mati siaran televisi analog (analog switch off / ASO) di Indonesia sedang berlanjut dengan target bulan November 2022 nanti.

Tv Analog Wilayah Jabodetabek akan Mati Minggu Depan

Suntik mati ini adalah konsekuensi yang dibutuhkan agar semua siaran analog yang ada di Indonesia bisa ditampung pada platform siaran televisi digital. Spektrum frekuensi yang semula digunakan untuk satu kanal siaran televisi analog bisa dimanfaatkan untuk pengiriman sekaligus beberapa kanal televisi digital dengan efisiensi yang jauh lebih tinggi.

ITU-T (International Telecommunication Union - Telecommunication) bahkan sudah menetapkan tahun 2015 yang lalu sebagai deadline bagi negara-negara anggotanya untuk proses migrasi ini. Tentu pada kenyataannya, praktik di lapangan akan sangat tergantung dari kondisi negara masing-masing sehingga progres migrasi sangat bervariasi dari satu negara dengan negara yang lain, baik dari segi durasi, tahapan, penyediaan infrastruktur, perkembangan konten, dan sebagainya.    

Ini Dia Lift Penumpang Terbesar di Dunia, Bisa Angkut 235 Orang Sekaligus

Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2021 membandingkan proses migrasi televisi digital yang dilakukan pada periode tahun 2010 s/d 2018 di beberapa negara seperti Australia, Kanada, AS, Inggris, serta beberapa negara di benua Afrika seperti Afrika Selatan, Uganda, Kenya, dan Tanzania. Studi tersebut memaparkan hal-hal yang terkait dengan migrasi dari siaran televisi analog ke televisi digital dan hubungannya dengan jangkauan (coverage) layanan televisi digital sebagai berikut:

  1. Biaya yang dibutuhkan untuk migrasi 
  2. Awareness konsumen / pengguna layanan siaran televisi digital
  3. Keberadaan layanan berlanggan berbayar
  4. Keberadaan layanan interaktif khusus 
Pengakuan Mengejutkan Pelaku Tega Cekoki Narkoba Remaja Jaksel Hingga Tewas

Biaya migrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perangkat untuk konsumen, perangkat yang digunakan oleh pihak penyiar, serta biaya untuk penempatan sumber daya manusia pada pihak penyiar. Biaya migrasi ini, di sisi konsumen, tentu akan langsung mempengaruhi kemampuan akses konsumen terhadap layanan siaran televisi digital. Sebaliknya, di sisi penyiar, pengaruhnya terasa langsung pada kapasitas siaran yang dibuat oleh pihak penyiar. Tentu semuanya itu menjadi kendala bagi perluasan cakupan siaran televisi digital. Solusinya adalah penurunan harga perangkat penerima siaran digital, kampanye media yang lebih luas bagi masyarakat, dan dibebankannya sebagian biaya migrasi ini kepada lembaga penyiaran dan pemerintah.

Studi terhadap consumer awareness terhadap layanan televisi digital dan hubungannya terhadap cakupan layanan siaran televisi digital menemukan faktor-faktor yang bisa meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat seperti penggunaan website, surat kabar, flyer, pendekatan terpadu, keterlibatan langsung pemangku kepentingan, marketing/pemasaran (yang mencakup iklan, call center, dan juga website), pendekatan langsung terhadap masyarakat (seperti penyediaan layanan instalasi ke rumah-rumah, dan ketersediaan walk-in help center), dan juga publikasi serta komunikasi secara tertulis lainnya.

Minimnya awareness masyarakat terhadap (migrasi) layanan televisi digital akan berpengaruh langsung terhadap penerapan penggelaran layanan televisi digital ini. Awareness yang komprehensif, di lain pihak, tentu akan sangat mendukung penerapan dan penggunaan layanan televisi digital selain juga menghindari terjadinya kebingungan ataupun kesimpangsiuran pada masa transisi peralihan ke layanan televisi digital.

Pada masa peralihan ke layanan televisi digital di Indonesia saat ini, fokus transisi diberikan pada layanan televisi digital FTA (free-to-air) dengan kampanye bahwa televisi digital bisa dinikmati secara gratis. Walaupun demikian, awareness terhadap beberapa mode penyiaran televisi digital masih belum diekspos secara luas. Misalnya, pengertian siaran televisi digital di Indonesia dipersempit pada layanan FTA ini padahal secara umum layanan televisi digital pun mencakup juga layanan televisi digital berbayar.

Penulis melihat adanya kekhawatiran dari regulator untuk memberikan pengertian yang lebih umum kepada masyarakat agar proses transisi berjalan lancar.  Padahal, seperti yang dipaparkan di atas, dari hasil studi diperlihatkan bahwa jika tingkatan awareness masyarakat lebih ditingkatkan (dengan knowledge/pengetahuan yang benar alih-alih terbatas pada pengertian dengan wawasan sempit) sehingga awareness masyarakat bisa lebih komprehensif, maka penerapan dan penggunaan layanan televisi digital pun akan mendapatkan dampak positifnya.

Studi yang dilakukan antara 2011-2015 memang menunjukkan bahwa layanan televisi berbayar di satu sisi membatasi keterjangkauan layanan televisi digital (berbayar) karena tidak semua segmen masyarakat memiliki kemampuan finansial untuk menikmati layanan berbayar ini. Walaupun demikian, studi lebih lanjut di tahun 2017 menunjukkan pengaruh yang sebaliknya; artinya, konsumen bisa melihat bahwa opsi layanan berbayar memberikan pilihan yang lebih luas untuk mengakses layanan televisi digital secara umum. 

Salah satu kelebihan sistem penyiaran televisi digital adalah adanya layanan atau fitur tambahan yang bisa dinikmati oleh pengguna. Misalnya, adanya sistem EPG (electronic program guide) yang bisa memberikan panduan mengenai program acara serta informasi ekstra terkait isi/konten sebuah program televisi kepada konsumen. Hal seperti ini jelas tidak bisa dinikmati pada layanan siaran televisi analog. Fitur tambahan lainnya yang bisa ditambahkan pada televisi digital adalah sistem peringatan dini bencana (early warning system).

Layanan interaktif di dalam sistem adalah fitur lain yang bisa ditambahkan pada layanan televisi digital. Sifat interaktif ini sudah menjadi hal yang sangat umum pada layanan televisi digital berbayar berbasis streaming, misalnya, dengan tersedianya opsi on-demand, yang dimungkinkan karena adanya return channel melalui jaringan data. Untuk sistem televisi digital FTA terestrial, infrastruktur return channel tidak tersedia namun sifat interaktivitas secara terbatas masih bisa ditambahkan. Studi yang dilakukan pada periode 2010 s/d 2018 menunjukkan bahwa faktor interaktivitas ini bersifat netral terhadap perkembangan jangkauan layanan televisi digital.

Lalu bagaimana dengan proses migrasi di Indoensia jika kita bandingkan dengan hasil studi migrasi sistem televisi digital sebagaimana dipaparkan oleh berbagai studi pada periode 2010-2018 di atas?

Isu biaya sepertinya memang sudah menjadi satu hal yang diperhatikan oleh Pemerintah. Ini ditunjukkan dengan disiapkannya sekitar 1 juta STB (set top box) oleh Kominfo agar bisa digunakan oleh keluarga prasejahtera di Indonesia. Di sisi lain, beberapa penyelenggara siaran memang pernah mengutarakan 'keberatan' atas tenggat waktu bulan November ini, namun sepertinya ini tidak membuat target yang dicanangkan Pemerintah berubah.

Awareness masyarakat umum Indonesia terhadap siaran televisi digital distimulasi dengan tayangan informatif di televisi, selain kampanye yang sudah sangat gencar dilakukan oleh Kominfo. Sayangnya memang kampanye yang didengungkan selama ini masih belum memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai apa dan bagaimana televisi digital ini. Kampanye yang didengungkan pun masih bias terhadap pengertian yang sangat terbatas pada siaran FTA yang sebenarnya hanya merupakan satu mode dari televisi digital secara umum. 

Dua aspek lain yang berhubungan dengan migrasi ke sistem penyiaran televisi digital di Indonesia, yaitu keberadaan layanan berbayar serta fitur interaktivitas, sepertinya masih belum terlalu diperhatikan di sini. Setidaknya, untuk masa transisi sekarang ini, kedua hal tersebut barangkali masih bisa ditunda hingga tenggat waktu ASO nanti.  Toh sebenarnya layanan televisi digital berbayar di Indonesia sudah beredar dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun barangkali masyarakat tidak menyadari sepenuhnya bahwa alternatif ini sudah tersedia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.