Buku Memperadabkan Bangsa: Sebuah Kegelisahan Pontjo Soetowo
- vstory
VIVA - Belum lama ini, Pontjo Soetowo meluncurkan sebuah buku Memperadabkan Bangsa – Paradigma Pancasila untuk Membangun Indonesia. Buku yang merangkum hasil diskusi ‘Aliansi Kebangsaan’, sebuah lembaga yang didirikannya.
Menarik, Pak Pontjo, demikian saya memanggilnya, demikian konsen akan masa depan Pancasila sebagai ideologi sekaligus dasar negara. Menurut Pak Pontjo, “Bangsa Indonesia bersyukur memiliki Pancasila sebagai ideologi dan modal budaya yang berhasil menyatukan berbagai perbedaan, sehingga kemajemukan tidak menjadi sumber konflik, namun menjadi sumber kebahagiaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”
Buku setebal 500 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, merangkum hasil diskusi Aliansi Kebangsaan dan dipecah menjadi lima bagian: Pendahuluan, Ranah Mental- Kultural, Tata Kelola Kelembagaan Politik, Ranah Material-Teknologikal dan Penutup, Memperadabkan Bangsa dan Membangun Negara Bangsa dengan Paradigma Pancasila.
Dalam pengantarnya, Pak Pontjo menulis, “Keampuhan Pancasila sebagai ideologi menuntutnya menjadi “ideologi kerja” dalam praksis pembangunan. Dengan kata lain, ideologi Pancasila itu harus menjadi kerangka paradigmatik dalam pembangunan nasional, yang dibudayakan dalam tiga ranah peradaban: ranah nilai budaya (mental-spritual-karakter) dalam kerangka “tata nilai”, ranah kelembagaan sosial politik dalam kerangka “tata kelola”, dan ranah material-teknologikal dalam kerangka “tata sejahtera”.
Pak Pontjo menyadari, masih terdapat jurang yang lebar antara idealitas Pancasila dengan realitas kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
Karenanya, Pak Pontjo dan Aliansi Kebangsaan tidak henti menyuarakan pentingnya membumikan dan membudayakan Pancasila dalam ranah kehidupan dan peradaban. Sebab, Pancasila bukanlah sebatas bahan hafalan, melainkan nilai hidup yang harus dialami dan dijalani penuh integritas, dengan menjaga konsistensi antara pikiran, perkataan, sikap, dan perbuatan; antara keyakinan, pengetahuan, kebijakan dan tindakan.
Nilai Pancasila bukan saja harus dijaga tapi juga dirawat. Caranya dengan melibatkan seluruh komunitas, seperti sekolah, agama, ormas, orpol, media, adat dan seluruh komunitas yang ada di Indonesia. Dengan begitu akan terbentuk rantai nilai Pancasila secara holistik dan integral.
Pancasila sebuah warisan yang tak ternilai dari pendiri bangsa. Sangat disayangkan bila nilai-nilai luhur itu menguap begitu saja. Saya mengajak para generasi muda terus melestarikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam seluruh aspek kehidupan.
Buku ini penting dan perlu dibaca sebagai penggugah kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila yang perlahan mulai memudar. Buku Memperadabkan Bangsa – Paradigma Pancasila untuk Membangun Indonesia merupakan oase di tengah dahaga keteladanan nilai-nilai luhur Pancasila. Selamat membaca. (Lalu Mara Satriawangsa, Wakil Sekretaris Dewan Pembina Partai Golkar)