Catatan Ringan: Belanda vs Argentina; Pragmatis Efektif vs Keindahan

Kapten Timnas Argentina, Lionel Messi (AP Photo/Thanassis Stavrakis)
Sumber :
  • vstory

VIVA - Lolosnya Belanda dan Argentina ke babak 8 besar mengulang kembali pertemuan keduanya pada semi final Piala Dunia 2014 di Brazil. Kala itu, Belanda takluk melalui adu pinalti 2-4 atas Argentina.

UMKM Binaan Pertamina Berhasil Raih Transaksi Lebih dari 4,5 Miliar di Belanda

Belanda kembali diarsiteki oleh Louis val Gaal. Meski Belanda bermain tidak impresif, tapi menyajikan permainan efektif. Tipikal van Gaal yang taktikal.

Tidak lagi dengan pola baku 4-3-3, tapi Belanda memainkan pola 3-4-1-2. Tampaknya van Gaal pragmatis dan lebih mementingkan memetik hasil positif. Tidak peduli lawan menguasai lebih banyak menguasai bola (ball possesion). Yang penting saat ada peluang, jadi gol!

Israel Batalkan Kunjungan Menlu Belanda ke Tel Aviv gegara Dukung Netanyahu Ditangkap

Lini belakang Belanda diisi oleh dua pemain mahal, duet Virgil van Dijk (Liverpool) dan Nathan Ake (Manchester City) sebagai tembok kembar. Keduanya ditemani Jurrien Timber.

Ada juga Denzel Demfries dan veteran Daley Blind yang juga berfungsi sebagai back sayap.

Argentina Tiba-tiba Posting Foto Lawan Timnas Indonesia, Beri Dukungan Lawan Jepang atau Mau Rematch, Ternyata karena...

Baik Demfries dan Blind di saat tertentu aktif membantu serangan.

Sementara di tengah, van Gaal memplot Frenky de Jong sebagai jangkar. Tugasnya menjaga keseimbangan permainan. Kemampuannya memotong aliran bola lawan dan mengalirkan bola ke depan sudah teruji. Wajar bila pemain Barcelona ini menjadi incaran Manchester United.

Di depan duet Memphis Depay dan Gakpo silih berganti menjadi target man. Bila Gakpo buntu, maka Depay yang masuk.

Permaianan Belanda boleh dibilang tak menarik, tidak impresif. Tapi efektif. Karena van Gaal meninggalkan total football, memilih pragmatis. Yang penting menang dan atau tidak kalah.

Karenanya Van Dijk dan kawan-kawan membiarkan lawan menguasai penguasaan bola. Dan menunggu lawan lengah, baru melakukan serangan balik.

Tampak dari 3 gol Belanda (Depay, Blindi dan Denfries) saat menghadapi Amerika Serikat. Sangat text book.

Argentina di bawah Scaloni

Argentina pasca kekalahan atas Arab Saudi di babak penyisihan grup menemukan bentuk permainannya.

Messi semakin menikmati permainan. Semakin Messi menikmati permainan, maka semakin tajam pula Argentina. Messi bukan saja bertindak sebagai play maker, tapi juga pencetak gol. Dan hingga saat ini Messi mencetak 3 gol hingga babak 16 besar. Bukan tak mungkin Messi akan menjadi top skor bila perjalanan Argentina berlanjut.

Kelebihan Argentina selain Messi adalah penjaga gawang Emy (Emiliano) Martinez. Dia bukan saja membuat lini belakang Argentina tenang, tapi juga seluruh tim.

Lionel Scaloni tetap memainkan formasi 4-3-3. Menyerang adalah pertahanan terbaik. Bedanya, Scaloni jarang memainkan trio: Paulo Dybala (Roma), Messi (PSG) dan Lautaro Martinez (Inter) di depan. Tapi lebih memilih Di Maria (Juventus) atau Alejandro "Pepu" Gomez (Atalanta) dan atau Julian Alvarez (Manchester City) untuk mendampingi Messi membongkar pertahanan lawan.

Pertemuan Belanda vs Argentina akan menyajikan adu taktik dua pelatih senior dan yunior. Louis van Gaal memang lebih berpengalaman ketimbang Lionel Scaloni. Keduanya sama-sama memperoleh respek dari seluruh pemain dan sudah teruji.

Belanda yang pragmatis dan efektif, Argentina yang indah. Adakah hasil akhir ditentukan melalui adu pinalti? Menarik juga melihat duel penjaga gawang Emy Martinez vs Andries Noppert dalam upaya memblok penalti lawan. Kita tunggu Sabtu yang akan datang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.