Meski Gempa, Ekspor Tuna ke Jepang Berlanjut

Ikan super mahal, tuna sirip biru, di pasar Tsukiji, Jepang
Sumber :
  • AP Photo/Kyodo News

VIVAnews - Ekspor tuna Sumatera Barat (Sumbar) ke Tokyo, Jepang, masih menunggu kebijakan dari pemerintah setempat. Namun, pasca-tsunami yang menghantam bagian utara Jepang, sejauh ini belum ada pemberitahuan dari otoritas pengusaha ikan di Tokyo untuk pembatalan ekspor tuna dari Sumbar.
 
"Terakhir, kita ekspor sebelum gempa dan tsunami melanda Jepang. Dalam minggu ini ekspor tuna segar akan tetap dilakukan Rabu depan," ujar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumbar Yosmeri saat ditemui VIVAnews.com, Senin, 14 Maret 2011.
 
Dia mengakui, ekspor tuna Sumbar di awal tahun ini meningkat drastis dibanding tahun lalu (2010). Meningkatnya hasil tangkapan nelayan membuat laju ekspor tuna Sumbar di awal tahun ke Tokyo mencapai 50 ton per minggu.
 
Tahun lalu, ekspor tuna segar kualitas terbaik dari Sumbar ke Tokyo mencapai 500 ton dari sekitar 700-an ton hasil tangkapan. Jepang menjadi tujuan utama ekspor tuna segar dari Sumbar dalam tiga tahun belakangan. Selain Jepang, ekspor tuna olahan dari Sumbar juga dikirim ke Amerika Serikat seberat 200 ton pada tahun lalu.
 
Sampai saat ini, ujar Yosmeri, belum ada pembatalan pengiriman tuna segar yang diterima dari Jepang. "Belum ada pembatalan sejauh ini, kita masih terus berkoordinasi dengan sejumlah pengusaha di sana," ujarnya.
 
Diketahui, harga satu kilogram tuna dengan kualitas terbaik di negeri Sakura bisa mencapai 1.000—1.800 Yen dalam keadaan normal. Pada kondisi sekarang, dikhawatirkan akan terjadi penurunan harga atau penghentian sementara pasokan tuna ke sana.
 
Sebelum gempa, Yosmeri mengaku Sumbar belum mampu memenuhi permintaan tuna segar untuk pasar Jepang. "Untuk Jepang, berapa pun jumlahnya mereka tampung, asalkan sesuai dengan kriteria yang mereka tetapkan, yakni tuna dengan kualitas terbaik," katanya.
 
Jepang pun berniat membantu nelayan Sumbar untuk memasok kapal penangkap ikan dengan bobot melebihi 100 GT. Bahkan, ahli penangkap tuna dari Jepang telah membuka rumpon di kawasan Siberut, Mentawai, Sumbar, untuk merealisasikan kerja sama tersebut.
 
Kekhawatiran akan tindak lanjut kerja sama ini muncul saat gempa dan tsunami menghantam Jepang, Jumat siang waktu setempat. Kehilangan pasar Jepang untuk sementara waktu pasca bencana tersebut akan mendatangkan kerugian pengusaha tuna di Sumbar.
 
Saat ini, baru satu perusahaan pengolahan ikan yang berdiri di Sumbar dengan kapasitas produksi mencapai 300 ton. Jumlah ini belum terpenuhi dengan hasil tangkapan nelayan di Sumbar. Dalam waktu dekat, satu perusahaan pengolahan ikan baru telah mengajukan izin prinsip untuk membangun perusahaan yang sama.
 
Kementerian Kelautan dan Perikanan berniat menambah lima unit kapal penangkap ikan berbobot 30 GT untuk meningkatkan kapasitas hasil tangkapan nelayan. Tahun lalu, dua kapal penangkap ikan yang dilengkapi sonar juga didatangkan dari Kementerian Kelautan untuk mendongkrak hasil tangkapan ikan di perairan Sumbar. (Laporan: Eri Naldi | Padang)

Biadab, Tentara Israel Hancurkan Puluhan Rumah Badui di Gurun Negev
Ilustrasi emas batangan Antam.

Harga Emas Hari Ini 10 Mei 2024: Produk Global dan Antam Meroket

Harga emas internasional dan produk Antam mengalami kenaikan pada pembukaan perdagangan hari ini.

img_title
VIVA.co.id
10 Mei 2024