Otomotif China Siap Investasi Rp 2 Triliun

VIVAnews - Dua prinsipal otomotif China saat ini tengah menjajaki kemungkinan investasi kendaraan roda empat di Indonesia. Perusahaan ini siap menginvestasikan duitnya Rp 300 miliar sampai Rp 2 triliun.

"Mereka masih lihat-lihat. Masih dalam taraf survei pasar," kata Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Depperin Budi Darmadi di sela-sela Pameran dan Seminar Produk Industri Alat Transportasi dan Pendukungnya di kantor Departemen Perindustrian Gatot Subroto Jakarta, Selasa 21 Juli 2009.

Budi menjelaskan ada dua prinsipal China yang tertarik untuk menanamkan modal di Indonesia. DI negara asalnya kedua perusahaan ini termasuk perusahaan besar. "Saya belum bisa beri tahu siapa. Tapi yang jelas, perusahaan besar, bahkan lebih besar ketimbang perusahaan di Amerika Serikat," ujarnya.

Ketertarikan dua prinsipal China tersebut menurut Budi karena ingin lebih eksis dan lebih berkembang ketimbang industri otomotif Amerika Serikat. "Mudah-mudahan tidak hanya mencari pasar kita yang besar tapi juga ingin menjadi Indonesia sebagai basis produksi di ASEAN," ujarnya.

Rencananya, produksi dari investasi baru tersebut untuk pasar ASEAN. Budi enggan menjelaskan jenis kendaraan apa yang akan diproduksi dua prinsipal China tersebut. "Nilai investasinya dalam kisaran Rp 300 miliar hingga Rp 2 triliun," ujarnya.

Investasi industri otomotif, menurutnya, masih akan terus dipacu melalui insentif pajak dari PP No.62/2008. "Kendaraan roda empat masuk dalam sektor tertentu yang mendapat insentif," kata Budi.

Semester pertama 2009, industri otomotif diperkirakan akan tumbuh lebih dari 7 persen dan hingga akhir tahun diperkirakan akan melebihi pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 12 persen.

5 Orang jadi Tersangka Baru Korupsi Timah, Siapa Saja Mereka?
Ilustrasi resesi ekonomi/ekonomi global

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menyebut, risiko RI masuk ke jurang resesi masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024