Pertumbuhan Sektor Pertambangan Anjlok, Ini Penyebabnya

Ilustrasi pertambangan.
Sumber :
  • MARKO DJURICA/REUTERS

VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2016 sebesar 4,92 persen yang didukung oleh berbagai sektor. Sejumlah sektor tercatat positif namun tidak untuk sisi produksi di sektor pertambangan dan penggalian.

Pencairan Gaji 13 dan THR Jadi Ajang Pedagang Naikkan Harga

Dalam laporan BPS, pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian turun dari 8,28 persen pada kuartal I 2015 menjadi 6,81 persen pada kuartal I 2016.

Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya sektor ini di antaranya karena harga yang anjlok dan permintaan pasar yang cukup sulit, misalnya untuk produk batu bara.

April, Jumlah Pelancong Mancanegara Merosot

"Yang pertama sebetulnya karena harga batu bara, kemudian permintaan dari negara-negara yang mengimpor ini turun jauh, itu dua faktor yang terutama," kata Suhariyanto di gedung pusat BPS, Rabu 4 Mei 2016.

Ia menjelaskan tidak hanya pertambangan seperti batu bara, namun untuk penggalian logam lainnya, seperti tembaga, emas dan logam mulia juga menurun. "Penggalian, selain batu bara seperti emas dan lain-lain juga (turun), tapi share yang besar adalah batu bara," kata dia.

Komoditi Pangan dan Tarif Angkutan Umum Sumbang Inflasi Mei

Menurutnya, hal ini lantaran adanya kebijakan dalam undang-undang mineral dan batu bara yang mewajibkan untuk mengimpor batu bara dan logam yang telah diolah. Ditambah lagi, adanya kebutuhan untuk pembangunan smelter yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Ini dimulai dengan adanya UU Minerba bahwa kita tidak boleh mengirim batu bara mentah. Harus diolah dulu, dan kita perlu waktu membangun smelter. Mulai dari sana sudah negatif dibarengi dengan harganya yang anjlok," katanya.

Ia memperkirakan untuk kuartal selanjutnya, tren yang sama akan kembali terjadi, di mana akan terus menurun. Butuh cukup waktu untuk memulihkan sektor ini.

"Kalau dari perkembangan sudah beberapa triwulan, kita lihat dari triwulan ke triwulan itu memang negatif. Kemungkinan kuartal depan masih anjlok. Jadi memang butuh waktu untuk pulih," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya